Mohon tunggu...
Nusantara Link
Nusantara Link Mohon Tunggu... Pegawai Pasar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reintegrasi Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Target Operasi: Mahasiswa

12 November 2016   12:51 Diperbarui: 12 November 2016   17:22 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com

Aksi Demo Front Pembela Islam (FPI) yang melibatkan ribuan orang dari sejumlah ormas Islam di Jakarta pada hari Jumat tanggal 4 November lalu masih kita ingat dan akibat lanjutannya masih bergulir sampai hari ini. Aksi massa tersebut dihadiri oleh kader-kader partai dan tokoh-tokoh politik, yang paling vokal salah satunya adalah Fahri Hamzah, yang dalam demo menyerukan untuk memakzulkan Presiden Jokowi dari jabatannya. Selain Fahri, politisi lain dengan membawa pesan kudeta yang senada di antaranya adalah Fadli Zon, Amien Rais, AM Fatwa, dan Fahira Idris. 

Muatan politis dan seruan untuk menggulingkan kekuasaan Presiden Joko Widodo santer sekali terdengar dari orasi-orasi dan poster-poster yang dibawa. Memang ada seruan jatuhkan hukuman terhadap Ahok, karena menista agama lewat surat Al-Maidah ayat 51. Tapi isu hasil pelintiran praktisi dan dosen pengajar komunikasi Buni Yani itu terasa hanya sebagai kamuflase saja. Tujuan politis dan seruan untuk mengkudeta presiden Jokowi telihat dan terdengar lebih jelas.

Aksi massa yang pada malam harinya dimanfaatkan oleh oknum kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk memprovokasi dan memicu kerusuhan. Akibatnya memang mengerikan, api menyala membakar mobil-mobil polisi, beberapa orang petugas dan peserta demo lain terluka bersimbah darah.

Dan sayangnya, banyak media dan masyarakat luas termasuk dunia Internasional melakukan tudingan yang terlalu menggeneralisir bahwa kerusuhan tersebut dilakukan oleh ormas-ormas Islam yang berdemo sejak sehabis Shalat Jumat di Mesjid Istiqlal.

Padahal jelas-jelas barisan HMI adalah rombongan yang menyusul di sore hari. Dan polisi juga sudah berhasil mengidentifikasi serta menangkap aktor-aktor penyusup ini. Kita masih menunggu pengembangan kasus untuk tahu siapa dalang yang berkepentingan menggerakkan pengacau-pengacau ini.

Organisasi Islam terbesar Indonesia, Nahdlatul Ulama yakin bahwa kerusuhan yang terjadi di akhir Aksi Damai Islam di Jakarta, sudah direncanakan. Menurut Wakil Ketua Pengurus Besar PBNU As'ad Said Ali, bukan massa pengunjuk rasa yang memancing kerusuhan. Namun, berita-berita sudah digulirkan, opini publik sudah dibuat, kerusuhan sudah terjadi. 

Pihak-pihak yang memiliki kepentingan, melalui corong-corong medianya telah berhasil menghasut umat Islam untuk turun ke jalan dan dimanfaatkan hingga terjadi kerusuhan. Ribuan orang dari daerah terpancing oleh gembar-gembor isu soal Gubernur Ahok yang dipelintir BuniYani hingga seolah melakukan tindak penistaan agama lewat surat Al-Maidah ayat 51. Tak ada yang menduga bahwa aksi massa ini akan disusupi dan dimanfaatkan oleh gerombolan yang menyimpan maksud jahat.

 Maksud jahat terhadap negara, maksud jahat terhadap umat Islam.

 Jelas, dalam kerusuhan malam itu, umat Islam telah difitnah, dan sentimen bemuatan SARA telah dibangun.

Setelah berhasil menghasut dan menunggangi umat Islam, pihak yang sama sepertinya ingin melanjutkan upaya menciptakan kerusuhan dan kudeta tersebut. Kali ini sasaran hasutannya tak lagi hanya ummat Islam, tapi meluas ke kalangan akademisi dan mahasiswa. Lagi-lagi Fahri Hamzah menjadi aktor utama. 

Sasaran Fahri Hamzah kali ini bukan lagi umat Islam, tapi aktivis dan mahasiswa. Dalam acara Malam Keprihatinan Anak Negeri yang dilaksanakan semalam, dengan jelas Fahri Hamzah mengajak elemen akademisi dan aktivis untuk turun ke jalan. Hasutan kudeta diserukan kembali. Kali ini Sri Bintang Pamungkas ikut ambil bagian berorasi. isinya? Hasutan untuk melakukan KUDETA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun