Mohon tunggu...
Lina Achien
Lina Achien Mohon Tunggu... Dokter - berusaha mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat

berusaha mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ternyata Pergaulan di Desa Terpencil Lebih Bebas..!!

17 Maret 2012   16:26 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membaca tulisan kompasioner Priyono hari ini yang berjudul " Hamil Duluan? Di Kampung Kami Itu Hal yang Biasa ", saya jadi terinspirasi untuk menulis pengalaman waktu dinas desa terpencil kira-kira 15 tahun yang lalu.

Awal dinas di desa itu saya agak ragu, apa saya sanggup. Sebetulnya lokasi desa tidak terlalu jauh dari ibukota kabupaten. Tapi karena jalan menuju ke sana melalui medan yang sulit, di kiri- kanan jurang terjal, jalan mendaki dan menurun dan yang lebih sulitnya lagi, jalannya rusak berat dan sebagian masih jalan tanah yang bila hujan berubah jadi kubangan.

Karena kondisi alam yang begitu sulit, maka kendaraan umum untuk ke kota hanya sekali sehari jam 5 pagi dan untuk pulang dari kota jam 3 sore. Tapi walaupun terpencil, saya cukup senang melihat desa yang begitu indah. Banyak sawah terhampar luas, kebun cabe, kolam ikan dan sungai yang airnya jernih dan sangat sejuk.

Pasar hanya ada sekali dalam seminggu. Pada hari lain, kios-kios di pasar itu kosong. Kalau saya melewati pasar itu di waktu malam, dalam gelap (karena tidak diterangi listrik) sering kelihatan orang-orang yang lagi ngobrol mojok berdua. Pakai sarung. Sehingga wajahnya tak terlihat. Awalnya saya pikir itu hal biasa, mungkin para pemuda menghabiskan waktu malam ngobrol bareng dan karena hawanya sangat dingin maka mereka semua pakai sarung.

Setelah saya amati kondisi ini beberapa kali, akhirnya saya bertanya kepada salah seorang tetangga tentang kebiasaan orang ngobrol di pasar yang gelap. Ternyata jawabannya di luar dugaan. Yang saya lihat pakai sarung berdua itu adalah orang pacaran. Memang begitulah gaya pacaran orang di desa itu. Wah, ternyata pergaulan anak mudanya sangat bebas dan ini diketahui oleh orang tua dan masyarakat kampung.

Wajar kalau di desa itu sering anak gadis hamil di luar nikah. Apakah mereka malu? Saya lihat mereka tidak begitu mempersoalkan kalau ada anak gadisnya hamil duluan sebelum nikah. Karena setelah itu dapat dipastikan kalau si pemuda pasti mau bertanggung jawab, karena mereka masih satu desa. Tidak mungkin dia melarikan diri dari tanggung jawab. Beda dengan yang saya lihat di kota. Jika ada anak yang hamil di luar nikah, dia akan malu dan berusaha melakukan aborsi atau akan disembunyikan oleh keluarganya agar orang lain tidak tau.

Selain hamil di luar nikah, ada banyak kasus perceraian dan perselingkuhan. Saya tidak habis pikir, mengapa di di desa yang belum tercemar oleh narkoba, belum dipengaruhi oleh sinetron, belum dipengaruhi oleh internet, bisa terjadi hal demikian?

Akhirnya saya menyimpulkan hal ini disebabkan karena rendahnya pendidikan masyarakat di sana. Pendidikan mereka rata-rata sampai SD. Jarang yang mau masuk SMP, karena sekolahnya jauh dan harus jalan kaki. Apalagi SMA yang letaknya di kota kabupaten.

Tamat SD mereka mulai ikut membantu orang tua bertani. Setelah bisa menghasilkan uang sendiri, yang laki-laki mulai memikirkan untuk mencari isteri. Begitu juga anak perempuan, tamat sekolah mulai memikirkan siapa yang akan jadi suaminya.

Yah, karena pendidikan rendahlah yang membuat pergaulan mereka bebas, membuat mereka sering menikah di usia muda, membuat mereka sering kawin cerai.

Saat ini, menurut kabar yang saya dapat, kondisi ini sudah mulai berangsur berubah. Transportasi menuju ke sana sudah lancar. Anak-anak sudah banyak yang sekolah sampai SMA, bahkan kuliah. Desa itu tidak terpencil lagi. Kebiasaan jelek dalam pergaulanpun berangsur-angsur sudah berubah.

Itu pengalaman saya di desa terpencil. Bagaimana di desa terpencil lainnya? Semoga tidak begitu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun