Mohon tunggu...
Lily Elbe
Lily Elbe Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Elektabilitas Menurun, Ahok-Djarot Mulai "Menjilat Ludah Sendiri?"

28 Maret 2017   11:23 Diperbarui: 28 Maret 2017   11:42 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://wartakota.tribunnews.com/2016/11/23/rina-hasyim-dukung-ahok-djarot-karena-kinerja

Elektabilitas Ahok-Djarot ibarat layangan yang dihempaskan angina, terombang-ambing dan kemudian menukik jatuh. Kita masih ingat priode sebelum Pilkada DKI Jakarta resmi diselenggarakan, popularitas dan elektabilitas Ahok sangat tinggi. Masyarakat suka rela memberikan KTP-nya sebagai bentuk dukungan terhadap Ahok untuk maju kembali sebagai calon gubernur. Bahkan, pada saat itu banyak yang menilai Pilkada DKI Jakarta sudah ketahuan pemenangnya sebelum pencoblosan dimulai. Para pengamat menilai kans Ahok untuk menjadi gubernur kembali sangat besar dan sulit disaingi oleh pasangan calon baru.

Tapi, kenyataan berubah. Setelah munculnya Anies-Sandi, perlahan popularitas dan elektabilitas Ahok-Djarot mulai tersaingi. Karena itu, dalam beberapa kesempatan saya sering mengatakan kesalahan Jokowi – yang kebetulan lebih mendukung Ahok-Djarot – adalah terlalu dini mereshuffle Anies Baswedan dari kursi sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Akhirnya, partai-partai politik yang tengah mencari lawan yang setimpal untuk Ahok-Djarot berlabuh pada sosok Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Kita bisa memperhatikan hasil-hasil survey terbaru yang menunjukkan bahwa popularitas dan elektabilitas Anies-Sandi sudah mengungguli Ahok-Djarot. Bahkan, beberapa lembaga survey menyebutkan jika Pilkada dilakaukan saat-saat ini, mutlak Anies-Sandi yang akan menduduki kursi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Selain karena program-program yang Anies-Sandi tawarkan membawa solusi bagi sekelumit persoalan Jakarta, sosok kedua calon tersebut juga bisa diterima oleh semua kalangan.

Mengetahui hal ini, pasangan Ahok-Djarot yang sudah mulai keteteran menaikkan popularitas dan elektabilitas mereka mulai terlihat “menjilat ludah mereka sendiri”. Anjloknya elektabilitas dan popularitas Ahok-Djarot tidak lepas dari sosok Ahok yang banyak mendapatkan resistensi dari warga, di samping program-program yang merekawa tawarkan tidak popular di mata publik.

Akhirnya, Ahok-Djarot mulai menarik kata-kata atau kebijakan-kebijakan yang tidak popular. Misalnya mengenai isu penghilangan angkot di Jakarta. Dulu, Ahok-Djarot ketika masih nyaman di kursi jabatan mereka, sangat anti dengan keberadaan angkot. Bahkan, dalam berbagai kesempatan dan wawancara, Ahok memperlihatkan maksud ingin menghapuskan angkot dengan berbagai alasan. Tapi, kali ini, karena kampanye, pernyataan Ahok-Djarot mulai berubah. Bahkan mereka ingin mengajak angkot bekerjasama dengan moda Transjakarta atau KRL sebagai angkutan pengumpan.

Artinya, Ahok-Djarot sudah mulai tidak percaya diri dengan apa yang telah mereka ucapkan dan dengan kebijakan yang telah mereka terapkan. Jika memang mereka merasa bahwa ucapan dan kebijakan tersebut sudah tepat, seharusnya mereka konsisten. Tapi inilah masa kampanye. Di masa ini, sikap orang bisa berubah drastis dalam skala waktu yang sesingkat-singkatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun