Mohon tunggu...
Bahsuan_Anin
Bahsuan_Anin Mohon Tunggu... Guru - Anin Lihi

Anin Lihi lahir di Amaholu Seram Bagian Barat. Adalah anak ke 7 dari 9 bersaudara. Hidup sederhana dan berusaha menyebar manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peran Suami Terhadap Kemudahan Istri dalam Melahirkan

27 April 2017   03:43 Diperbarui: 27 April 2017   12:00 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jujur saja, saya sebenarnya tidak berani menuliskan artikell ini, sebab saya sendiri belum merasakan seperti apa hidup berumah tangga itu, artinya saya sendiri belum menikah. Saya juga tidak ingin mengarang cerita, saya  juga tidak mau mengulas artikel ini berdasarkan akal saya semata, sebab saya tau bahwa dalam diri saya ini ada hawa nafsu yang kapan saja dapat membelokkan pikiran saya untuk menagarang-ngarang cerita fiktif, yang bisa mendorong saya kepada jurang kebinasaan dan dosa sehingga mengundang kemurkaan Allah. Saya ingin menceritakan sebuah fakta.

Jadi ketika salah seorang teman dekat saya, mengundang saya untuk menghadiri acara Aqiqah anaknya yang baru dilahirkan tujuh hari setelah pengaqiqahannya, dia mengatakan bahwa: “dia menyaksikan tentang orang  yang melahirkan di rumah sakit, hampir sepuluh orang sedang dalam tahap akan melahirkan, mereka berderetan sedang dalam keadaan berjuang, kasur-kasur mereka hanya ditutupi dengan lembaran kain, teman saya melihatnya, bahwa karena  bayinya tidak mau keluar.

Maka ada yang sudah dilakukan dengan cara perlahan-lahan di injak perutnya oleh dokter agar, tetapi bayi dalam kandungan tidak mau keluar, sampai-sampai sebagiannya berteriak-teriak memanggil seluruh keluarganya, masya Allah begitu sadisnya orang yang melahirkan. aku sendiri mendengar cerita itu, tidak tahan mendengarnya, bagaimana jika kita yang merasakan perjuangan yang sedang orang itu hadapi. Masya Allah.Teman saya, sedari istrinya berada dirumah sakit, dia duduk dan berdoa di musollah masjid, dia meminta tolong kepada Allah untuk di ampuni dosa-dosannya kemudian memint agar istrinya diberi kemudahan, agar istrinya tidak seperti kebanyakan orang-orang didalam ruangan persalinan itu. Tentunya dalam kondisi demikian, dia betul-betul ikhlas mengungkapkan perasaanya kepada Allah. menurutnya, istrinya tidak akan mekelahirkan dengan selamat jika dia tidak meminta tolong kepada Allah dengan khusyu’. 

Permintaannya  Alhamdulillah di qabulkan oleh Allah, Al-hamdulillah setelah dia kembali dari musholla, dia mengatakan; tidak lama istrinya melahirkan dengan baik, istrinya tidak berteriak-teriak seperti kebanyakan orang, katanya istrinya seperti orang yang sedang buang hajat saja, tidak mearasakan apa-apa, padahal dulunya istrinya katanya cengeng sekali. Masya Allah.

Hal ini, juga berlaku sama dengan salah seorang teman saya juga, ceritanya begini: suatu ketika saya diperjalan menuju sebuh kota di Sulawesi, saya, duduk di kursi depan menemani teman saya untuk bercerita. Temanku kemudian menceritakan pengalamannya sembari memegang stir, katanya: ketika istrinya dalam keadaan mau melahirkan  di rumah  sakit, dia melihat istrinya sudah berada pada puncak kritis sekali, dia sendiri berada dalam kebingungan, tiba-tiba dalam benaknya terbetik untuk pergi ke masjid, diapun memenuhinya.

Sesampainya di Masjid  kemudian dia shalat sunnah dhuha dua rakaat, pgi itu dia benar-benar berharap meminta kepada Allah untuk diampuni dosa-dosanya, dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya, sembari mengnigat kesalahan-kesalahan yang pernah dia lakukan, kemudian meminta agar istrinya yang sedang dalam keadaan kritis di beri kemudahan oleh Allah. Dan ternyata al-Hamdulillah setelah dia kembali dari masjid, dia melihat istrinya sudah melahirkan dengan selamat. Masya Allah.

Mendengar penjelasan beliau, saya tiba-tiba keceplos mengatakan “terjadinya kerumitan-kerumitan istri kita ketika melahirkan itu karena dosa yang dilakukan dari kedua belah pihak. dosa yang saya maksudkan disisini adalah kesalahan. Boleh jadi kita sebagai laki-laki terlalu banyak melirik perempuan lain secara sembunyi-sembunyi dari istri kita atau sebaliknya. Jadi yah kalau kita sudah menikah harus betul-betul membersihkan diri kita bertobat kepada Allah, fokus kita yah hanya ditujukan kepada istri kita, jangan kita secara sembunyi-sembunyi bermain gelap-gelapan dengn perempuan lain.

Kalau ingin menambah istri harusnya kita ungkapkan dan bicara kepada Istri kita, sebab jika tidak maka apa yang kita lakukan tanpa nikah itu adalah perbuatan zina dan itu dosa besar, itulah sebbnya dalam hukum Islam menjelaskan, bahwa orang yang melakukan perzinahan jika mereka belum menikah sama sekali maka keduanya di cambuk sebagai hukumn, sementara bagi orang yang sudah menikah kemudian berzinah maka dia harus di rajam hingga mati, hal itu berlaku untuk menebus dosa-dosa yang telah dia lakukan.  Jadi kenakalan-kenalan kita dulu, harus kita ganti dengan tobatan nasuha kepada Allah, dan insya Allah cara itu akan mempermudah segala urusan rumah tangga kita termasuk kemudahan kepada istri kita ketika dia melahirkan nantinya.

Mendengar ceplosan saya, istri teman saya dari belakang mengatakan, ya betul, dulu suamiku itu selalu main perempuan memang. Tapi al-Hamdulillah, teman saya itu sekarang sudah betul-betul bertobat kepada Allah, dia telah menjadi orang yang ahli membaca qur’an, ahli Ibadah, dan selalu mengikuti kajian-kajian keislaman, semoga Allah mengampuni dan menerima ketulusannya beribadah kepada Allah. Dia memaang secara jujur pernah menceritakan kelakuannya. Oleh karena itu, insya Allah perbuatan dosa akan di ampuni oleh Allah asalkan kita benar-benar ingin bertobat kepada Allah dengan tobat yang betul-betul/sebenar-benarnya tobat.

Mohon maaf, saya serahkan saja kepada pembaca untuk menyimpulkan sendiri maksud dari cerita ini. Wallahu a’alam.

Makassar, Rabu 26 Aril 2017/ 1 Sya’ban 1438.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun