Mohon tunggu...
LIDYA LESPIANA
LIDYA LESPIANA Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengenal Tanah Air

11 Juli 2017   01:34 Diperbarui: 11 Juli 2017   01:41 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertubi-tubi percobaan melanda negeri. Banjir dann longsOr, merapi mengancam meletus, akhirnya gempa dan pasang gelombang tsunami. Kitapun melihat ke kiri dan ke kanan, ke Negara-negara tetangga dekat dan tetangga jauh, kita temukan kenyataan sebagian bangsa dan Negara bertumbuh cepat. Kini Indonesia mulai ketinggalan, bahkan oleh Vietnam. Sebagai bangsa yang bijak kita bersama berada dalam keadaan tertinggal itu, apa yang seharusnya kita lakukan? Kita saling menyalahkan dan cekcok dan bukan kembali ke dalam atau intropeksi bersama untuk serentak bangkit. Beragam bencana yang menimpa kita ambil hukmahnya. Bencana yang disebabkan oleh perbuatan warga karena tidak tahu maupun oleh perbuatan warga perusak karena motif keuntungan harus dikoreksi dan dididik. Mereka yang merusak lingkungan dengan melanggar hukum demi keuntungan, ditindak tegas sesuai hukum.

Selanjutnya kita melakukan sikap cerdas dan bijak dari masa pergerakan dan perjuangan Indonesia merdeka, yaitu kita harus kembali mengenal Tanah Air kita secara lebih mendalam, mencakup dan actual. Artinya sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman. Kita mengenal, menangkap arti dan implikasi dari negeri kepulauan Indonesia. Negeri kepulauan yang terdiri dari sekitar 7.500 pulau besar, sedang dan kecil, berpenghuni dan tidak berpenghuni berada dalam lingkungan rawan gempa. Termasuk gempa besar yang menyebabkan tsunami. Kita sadar perihal terjadinya bencana gempa sewaktu-waktu. Seperti bangsa Jepang, kita harus menyesuaikan peri kehidupan kita bersama berikut semua infrastruktur yang pribadi, keluarga maupun yang public sesuai dengan lingkungan bencana.

Sudah lebih dari waktunya kita, bangsa dan warga bangsa mengenal lebih mendalam sumber kekayaan alam Indonesia di laut, di darat, dan di udara. Cinta tanah air diekspresikan dan diamalkan secara lebih mencakup wajah dan panorama alam, kemudahan dan kekhasannya, sumber kekayaannya serta tantangan dan persoalan ekologinya.

Pandangan kebangsaan dan kemasyarakatan Bhineka Tunggal Ika diterjemahkan secara nyata. Di antaranya dengan di angkat ke atas panggung terbuka media massa cetak dan elektronik. Digerakkan pariwisata domestic di samping turisme internasional. Dipelihara warisan sejarah, seni budaya, adat istiadat, ditempatkan dalam realitas peri kehidupan bersama yang dikagumi banyak bangsa.

Mau tidak mau, apalagi dalam kaitannya dengan hari kemerdekaan, kita bertanya sambil menggugat diri: bagaiman mungkin masih ada kemiskinan di tengah potensi sumber alam semacam itu. Bagaimana mungkin Malaysia yang satu generasi lalu banyak belajar dari kita, kini telah meninggalkan kita. Kenapa tak berhasil usaha dan komitmen kita untuk maju bersama Negara-negara macam Asia, Korsel, Taiwan, Singapura? Belum terlambat dan memang tidak ada kata terlambat. Dengan reformasi kondisi buruk itu justru akan kita ubah bersama. Lewat reformasi kita bangkit sebagai bangsa yang sehat badannya, jiwanya, watak dan sikap hidupnya.

Untuk itu, kita harus berani koreksi diri. Kita agar mau dan mampu belajar dari masa lampau. Yang buruk kita tingggalkan dan kita koreksi, yang baik kita hargai dan kita kembangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun