Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Nazar Setelah Ku Bebas dari Narkoba

20 Agustus 2019   03:05 Diperbarui: 20 Agustus 2019   03:14 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seminar Bahaya Narkoba. Dokpri

Bagi saya, bisa keluar dari jerat narkoba adalah sebuah mujizat dari Yang Kuasa. Jika saya mampu keluar dari lingkaran narkoba ketika itu, kemampuan itu adalah dari DIA Yang Maha Kuasa yang memampukan saya lewat caraNYA yang luar biasa. 

Jika saya sampai hari ini masih diberikan kesempatan menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang bisa menikmati kebahagiaan dan keindahan hidup tanpa narkoba, itu semua karena anugerah dari DIA Yang Maha Kuasa. 

Tak pernah kulupakan nazar ku ketika masa dimana aku berjuang bersama mama meraih mimpi masa depan yang indah yang sempat tertunda dan mimpi menjadi pribadi yang berguna bagi sesama seperti pesan mama sebelum beliau tiada. 

Sebuah nazar yang ketika aku sembuh selalu terngiang dalam hati dan pikiranku untuk ku penuhi. 

Sebuah nazar untuk menjadi berkat bagi sesama, terutama bagi mereka yang masih bingung mencari jalan keluarnya. Sebuah jalan keluar untuk membebaskan diri dari belenggu bahaya narkoba. Dan mengingatkan orang lain untuk tidak bersentuhan dengan narkoba yang hanya menjadi racun bagi kebahagiaan dan masa depan kita. 

Setiap kali diminta membawakan testimoni dalam sebuah seminar bahaya narkoba, kadang diri ini ingin menolak karena berbagai kesibukan dan aktivitas pekerjaan yang memang banyak menyita waktu dan sulit untuk ku tunda. 

Namun setiap kali ku ingin menolak membawakan sebuah testimoni, diri ini kembali teringat akan filosofi "pemulung" yang ku pegang sejak aku dalam masa penyembuhan. 

Filosofi pemulung yang memulung sampah dari tempat sampah. Sebagaimana hidupku dulu yang di anggap orang hanyalah sampah, namun Tuhan sang "pemulung mulia" itu mengambil saya yang dulunya sampah yang tiada berharga dan dibentuk Nya menjadi sesuatu yang berharga dimata Nya, sesuatu yang berguna bagi sesama. 

Setiap kali aku ingat akan 'filosofi pemulung" itu, setiap kali itu juga aku bisa bangkit dari zona nyaman ku untuk berbagi bagi mereka yang butuh akan sebuah semangat, mereka yang butuh akan sebuah cerita, mereka yang butuh akan sebuah contoh nyata dimana sebuah sampah yang tiada berguna yang di daur ulang atau yang dibentuk kembali menjadi sesuatu yang indah dan berguna bagi sesama. 

Seminar Bahaya Narkoba. Dokpri
Seminar Bahaya Narkoba. Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun