Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Refleksi Valentine, Berikan Kasih Sayang Setiap Saat

14 Februari 2017   06:08 Diperbarui: 14 Februari 2018   13:06 2209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: @kulturtava

Tanggal 14 Februari diperingati sebagai Hari Kasih Sayang atau Valentine’s Day. Ada banyak versi mengenai sejarah Hari Valentine. Versi yang paling sering muncul yakni 14 Februari diperingati sebagai Hari Peringatan Santo Valentinus.

Negara-negara di Eropa dan Amerika merayakan Hari Kasih Sayang. Berbeda dengan beberapa negara Muslim yang melarang adanya perayaan Valentine. Menurut beberapa pendapat, Valentine erat kaitannya dengan budaya Kristen.

Realitanya, Valentine menjadi momen yang menguntungkan bagi para penjual bunga, coklat, boneka, dan kartu. Para pemilik hotel dan restoran pun diuntungkan. Sebab banyak orang yang memanfaatkan Hari Valentine untuk reservasi tempat-tempat spesial dalam rangka kencan romantis.

Banyak versi beredar mengenai asal-usul Valentine. Sejumlah sektor usaha diuntungkan. Namun bukan fenomena itu yang ingin saya bahas. Ada makna lain dari Hari Kasih Sayang yang jauh lebih dalam dibandingkan soal seremonialnya saja.

Terlepas dari adanya pro dan kontra perayaan Valentine, sungguh menyenangkan hadirnya Hari Kasih Sayang di tengah segala konflik dan permusuhan yang tengah menguji bangsa kita. Saat kebhinekaan diragukan, nilai toleransi luntur, dan perbedaan mendatangkan konflik, hadirlah Hari Kasih Sayang. Satu hari yang mengingatkan kita untuk saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi. Momen yang bisa membuka mata hati kita semua bahwa kasih sayang sangat penting untuk ditumbuhkan.

Mencintai, mengasihi, dan menyayangi tidak terbatas. Jarak dan waktu tidak bisa membatasi seseorang untuk memberikan kasih sayang pada orang lain. Mencintai, mengasihi, dan menyayangi pun dilakukan tanpa syarat. Kita bukan mencintai, mengasihi, atau menyayangi seseorang karena ketampanan/kecantikannya, kepintarannya, kebaikan hatinya, keshalehannya, kekayaannya, maupun prestasinya. Melainkan cintai, kasihi, dan sayangi apa adanya. Tanpa memandang kelebihan dan kekurangannya. Jika kita hanya mencintai seseorang karena segala kelebihannya, bagaimana dengan orang-orang difabel, orang yang berasal dari keluarga tidak mampu, para pengidap kusta, kanker, penyakit-penyakit menular lainnya, para narapidana, para gay, lesbian, dan pelaku hal-hal menyimpang? Apakah mereka tidak pantas dicintai?

Siapa orang yang tak ingin dicintai dan disayangi? Siapa orang yang tidak bahagia dicurahi perhatian, dipedulikan, dan diberi pertolongan oleh orang lain? Semua orang pantas dicintai. Semua orang pantas disayangi. Bagaimana pun keadaan mereka. Bukan manusia yang menjaminnya, melainkan Tuhan. Bukankah tiap agama mengajarkan cinta kasih? Bukankah terdapat kata cinta dan kasih sayang dalam kitab suci agama mana pun? Al-Qur’an saja menyebut kata cinta dan derivasinya sebanyak 83 kali.

Kembali ke Hari Kasih Sayang, 14 Februari hanya satu dari sekian banyak simbol kasih sayang di dunia. Hari Kasih Sayang tak hanya milik para kekasih atau orang yang sedang jatuh cinta. Valentine pun menjadi milik orang tua dan anak, guru pada muridnya, para pemuka agama dengan umatnya, dan seseorang pada sahabatnya.

Waktu saya duduk di Elementary School, saya memiliki seorang sahabat. Dia gadis yang cantik dan baik hati. Akibat kelumpuhan yang dideritanya, dia terpaksa menggunakan kursi roda. Saya sering mendorong kursi rodanya, mengajaknya jalan-jalan di seputar koridor dan taman sekolah sewaktu istirahat. Film, mainan, dan makanan favorit kami hampir sama. Menjelang Natal, saya selalu memberinya kado. Begitu pun saat Idul Fitri, dia memberi saya hadiah dan ucapan. Tiap Minggu pagi, dia tidak pernah lupa mendengarkan siaran saya di radio di sela kegiatan ibadahnya ke gereja dan program terapi syaraf dengan dokternya. Di sekolah, tiap kali saya ditunjuk mengikuti kontes menyanyi, dialah yang pertama kali mensupport saya. Dia selalu menemani saya saat latihan. Saya masih ingat, kami selalu bertukar coklat di Hari Kasih Sayang. Momen yang seru dan berkesan sekali. Meski dia lumpuh, kesulitan berbicara dengan jelas, dan tingkat intelektualitasnya di bawah rata-rata karena kerusakan syaraf otaknya, namun dia sahabat yang baik dan tulus. Saya menyayangi dia apa adanya. Saya menikmati lima tahun persahabatan dengannya. Terakhir saya mengontaknya dua tahun lalu. Saya kehilangan kontaknya.

Terbukti kan, Hari Kasih Sayang milik siapa saja? Siapa pun yang ingin berbagi kasih sayang. Namun, kasih sayang tidak hanya diberikan dalam satu hari. Berikanlah kasih sayang terus-menerus. Setiap saat, setiap waktu. Cinta dan kasih sayang tidak akan habis. Jika kita terus memberikan cinta dan kasih sayang, maka akan ada lebih banyak cinh lebih ta dan kasih sayang mengalir untuk kita.

Jadikan setiap hari penuh kasih sayang dan cinta. Jangan ragu menebar kasih sayang dimana saja dan pada siapa saja. Bahkan pada orang-orang yang membenci kita, orang-orang yang memusuhi kita, balaslah kejahatan mereka dengan kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun