Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop featured

Tito Karnavian Jadi Kapolda Metro Jaya, FPI Tiarap dan Silent

29 Juni 2015   06:08 Diperbarui: 16 Juni 2016   07:33 27225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tito Karnavian. Tempo.co

Aksi-aksi sweeping FPI yang biasanya marak pada saat bulan ramadhan, kali ini hampir tak terdengar. Sejak mulai puasa 18 Juni lalu, kita tak mendengar lagi khususnya di wilayah DKI Jakarta sepak terjang FPI. Sejumlah pihak yang kerap diusik oleh keberadaan FPI mulai bertanya-tanya, kemana gerangan FPI? Apakah FPI sudah tobat? Kalau tobat, syukurlah. Apakah FPI sedang tiarap? Kalau memang sedang tiarap, apakah ada hubungannya dengan kedatangan Tito Karnavian sebagai Kapolda Metro Jaya?

FPI memang sedang tiarap, sedang dilanda sunyi senyap (silent). Gelagat tiarap FPI ini sangat erat kaitannya dengan tiga hal. Pertama, kedatangan Tito Karnavian, kedua, keberadaan sosok Kabareskrim Budi Waseso, dan ketiga, sosok garang amat berani Gubernur DKI Jakarta, Ahok. Mari kita cermati sunyi-senyapnya FPI di bulan Ramadhan ini dengan hati sabar dan pikiran jernih.

Pertama, Kedatangan Tito Karnavian. Kedatangan Inspektur Jenderal Tito Karnavian, M.A, Ph.D sebagai Kapolda Metro Jaya, membuat nyali FPI benar-benar ciut. Mengapa? latar belakang Tito sebagai mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, menjadi jaminan keamanan Ibu Kota Jakarta dari gangguan radikalisme seumpama FPI. Siapakah sebenarnya Inspektur Jenderal Tito Karnavian?

Tito Karnavian (50 tahun) yang lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964, adalah seorang perwira tinggi Polri angkatan 1987. Ia adalah salah satu perwira polisi yang berprestasi. Seiring dengan prestasinya, karir Tito pun di kepolisian melesat cepat hingga menjadi Kapolda bergengsi sekarang ini, Kapolda Metro Jaya, Jakarta.

Sebelum Tito jadi Kapolda Metro Jaya, Tito telah meniti sejumlah karir cemerlang di lingkungan Polri. Pada tahun 2001, Tito ditugaskan memimpin Tim Kobra kepolisian untuk menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syarifudin. Tugas itu berhasil diemban oleh Tito dengan sukses menangkap Tommy. Kemudian pada tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) dipercaya memimpin tim antiteror yang terdiri dari 75 personel, dan berhasil gilang gemilang melakukan tugasnya.

Setahun kemudian Tito bersama timnya berhasil melumpuhkan teroris Dr. Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Sukses menangkap Dr. Azahari, Titopun mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, dan Ryco Amelza Dahniel. Pada saat itu juga Tito mendapat kenaikan pangkat luar biasa menjadi Kombes Polisi. Tidak lama kemudian Kombes Tito bersama Densus 88 Antiteror, berhasil lagi menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut. Dari prestasi ini Kombes Tito pun mendapat kenaikan pangkat menjadi Brigjen Polisi dan menjabat sebagai Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

Pada tanggal 12 juni 2015, Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti melantik Inspektur Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolda Metro Jaya di Mabes Polri menggantikan Inspektur Jenderal Unggung Cahyono, yang kini mengemban jabatan Asisten Kepala Polri Bidang Operasi (Asops Kapolri). Irjen Polisi Tito Karnavian pun menjadi Angkatan Akpol 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang dua.

Diangkatnya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolda Metro Jaya, membuat FPI ketakutan. Sosok Tito Karnavian yang sarat pengalaman dalam memberantas terorisme dan radikalisme, membuat FPI melakukan strategi tiarap. Kali ini FPI tidak berani ngotot lagi untuk menyerbu balaikota Gubernur Ahok. FPI juga tidak berani melakukan onar semacamsweepingdi wilayah Jakarta. Dan kalau berani, FPI akan berhadapan dengan Jenderal Tito yang pernah menangkap Tommy Soeharto.

Kedua, sosok Kabareskrim Budi Waseso. Keberadaan Kabareskrim Budi Waseso benar-benar ikut membuat nyali anarkis, demo berlebihan FPI menjadi ciut. Hal itu karena Budi Waseso benar-benar tidak menoleransi aksi-aksi radikalisme dan aksi main hakim sendiri di wilayah DKI saat ini. Penangkapan dan penetapan tersangka Habib Novel Bamukmin bersama 21 anggota FPI terkait demo anarkis di depan Gedung DPRD dan Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (3/10/2014), telah menyisakan trauma dan ketakutan tersendiri kepada FPI. Pada saat itu Kapolda Metro Jaya yang masih dipegang oleh Irjen Polisi Unggung Cahyono memimpin langsung pengepungan markas FPI di Jalan Petamburan, Jakarta Pusat. Kini Tito Karnavian bahu-membahu dengan Kabareskrim Budi Waseso untuk membungkam total FPI.

Ketiga, sosok keberadaan Gubernur Ahok. Mungkin Ahok adalah satu-satunya gubernur atau kepala daerah yang berani mengajukan kepada pemerintah pusat untuk membubarkan FPI. Berbeda dengan para gubernur sebelumnya yang kebanyakan merangkul FPI, Ahok dengan sangat berani langsung menyerang dan mau berhadapan secara frontal dengan FPI. Akibatnya setelah Ahok tak tergoyahkan di kursi Gubernur DKI 1 oleh gerakan habis-habisan FPI bersama GMJ plus Lulung dan Taufik, akhirnya semangat FPI menjadi turun di titik nadir untuk bereaksi di bulan Ramadhan ini. Bila masih ngotot berani, maka FPI akan berhadapan dengan trio maut: Tito Karnavian, Budi Waseso dan Ahok.

Tentu saja aksi tiarap atau silent FPI ini menjadi buah simalakama. Bila mereka terus tiarap, maka nama FPI di percaturan politik di tanah air, semakin hilang ditelan jaman. Namun jika mereka memaksakan diri untuk bereaksi, maka mereka harus siap ditangkap, dijadikan tersangka sebagai pelaku anarkis dan kemudian berurusan dengan hukum. Padahal aksi-aksi ekstrim FPI sebelumnya yang membuat nama mereka melejit, terkenal dan disegani bahkan ditakuti oleh para kepala daerah, Kapolri, Kapolda, Kapolres, ormas-ormas lainnya dan bahkan mantan Presiden SBY sendiri. Namun sekarang, jaman telah berubah, Jokowi telah menjadi Presiden yang tegas dan bukan lagi SBY yang terkenal lembek terhadap FPI. Maka ucapan yang paling cocok sekarang ini adalah: “Selamat datang kepada Bapak Tito Karnavian, selamat bertiarap kepada FPI”.

Asaaro Lahagu

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun