Saya berpikir bahwa dunia ini seharusnya menampilkan layout yang sangat cantik dan nyaman, belum lagi dinamika di atasnya yang penuh dengan kedamaian. Kenapa begitu? Rasanya sudah sangat jelas sekali kalau Allah SWT telah berfirman bahwa kita semua (manusia) adalah Khalifah fil Ardi, pernyataan yang sungguh tidak main-main, karena salah satunya untuk meredam para malaikat yang meragukan kapasitas manusia untuk mengemban tugas itu
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS 2 : 30)
Sebagai seorang pemimpin, manusia mempunyai peran untuk mengubah wajah dunia ini menjadi lebih baik, membuat hutan dan semak belukar menjadi taman kehidupan yang indah, begitu kata Muhammmad Iqbal, Filsuf Muslim asal Pakistan yang hidup pada abad 19. Belum lagi bahwa memang Nabi Muhammad (dan tentunya juga kita sebagai pengikutnya) diutus untuk menjadi rahmah bagi alam semesta, QS 21 : 107 ini seharusnya menjadi inspirasi bahwa kehadiran kita di sini adalah sepenuhnya sebagai Pemimpin yang selalu memberikan kebaikan-kebaikan bagi alam semesta, universe.
Tapi apa yang terjadi pada hari ini, bumi seolah (dan memang demikian adanya) mau musnah, lingkungan menjadi rusak, isu global warming menjadi tren, padahal kita juga yang menjadi penyebab dari tingginya pemanasan global, belum lagi berbicara tentang dinamika kehidupan manusia itu sendiri, bagaimana ketidakadilan terjadi, masyarakat yang tinggal di bumi bagian utara, hanya berjumlah 20 % saja dari total penduduk dunia, rakus menikmati hasil sumber daya alam yang bahkan 80 % berada di bumi bagian selatan,sedang warga bumi bagian selatan yang berjumlah 80 % harus berebut sisa 20 % dari sumber daya alam dunia. Tragis dan sungguh ironis.
Karena itu, umatislam sesegera mungkin harus menyadari tantangan kepemimpinan, tidak perlu pesimis dengan kondisi realitas sekarang, karena ketahuilah bahwa sejarah berjalan dalam dialektika antara tantangan dan respon (challenge and response), sejarah yang monumental terjadi ketika kita merespon tantangan realitas yang sudah Allah siapkan dengan sebuah optimisme
Begitulah, sebagai manusia yang ditakdirkan untuk mengemban peran kepemimpinan terhadap dunia ini, kita harus mempunyai sikap jiwa sebagai seorang pahlawan, pecinta sekaligus pembelajar. Mari kita buat lagi sejarah, kita jadikan dunia ini memang seperti taman kehidupan yang indah, semoga Allah meridhai kita semua.