Mohon tunggu...
Korina
Korina Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

dare to dream and dare to make my dream come true

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemanfaatan Energi Ramah Lingkungan, Menghambat Laju Pemanasan Global

31 Juli 2017   22:50 Diperbarui: 31 Juli 2017   23:27 5145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian depan beting es di area Thwaites, Antartika. Es yang terus mencair akibat pemanasan global membuat gletser ini rentan pecah dan tenggelam. (Foto oleh James Yungel, NASA, via National Geographic)

Baru-baru ini publik dikejutkan dengan berita mengenai ditemukannya jenazah sepasang suami istri yang dinyatakan hilang 75 tahun lalu. Jenazah beku pasangan suami istri dari Swiss bernama Marcelin & Francine Dumoulin tersebut ditemukan seiring mencairnya gletser di Pegunungan Alpen.

Seperti yang dilansir oleh BBC Indonesia, Rabu (19/7/2017), Marcelin & Francine Dumoulin dinyatakan menghilang pada ketinggian 2600 meter setelah menggembalakan sapi mereka di Pegunungan Alpen pada Agustus 1942.

Fenomena mencairnya gletser adalah salah satu dampak nyata semakin tingginya suhu Bumi, yang tentunya adalah akibat dari terjadinya pemanasan global. Dampak pemanasan global perlahan-lahan mulai terlihat saat ini. Pemanasan global membuat suhu Bumi meningkat, gletser dan lautan es meleleh dan pola curah hujan berubah.Apabila pemanasan global terus berlanjut, maka Bumi pun terancam. Dikutip dari pernyataan Peter deMenocal, seorang ilmuwan iklim purba di Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, New York, kepada LiveSciencedimana kenaikan suhu rata-rata planet Bumi adalah permasalahan besar, walaupun hanya beberapa derajat saja. "Seseorang yang tinggal di satu lokasi bisa mengalami perubahan besar pada cuaca dan iklim, tetapi hal ini biasanya terkompensasikan oleh perubahan di belahan bumi lainnya," katanya kepada LiveScience seperti yang dilansir oleh National Geographic Indonesia, Rabu (3/5/2017).

Fenomena dampak pemanasan global yang melanda Bumi, pun juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Suhu kota-kota besar yang semakin panas, pola curah hujan yang berubah, hutan-hutan sekarat, berserta satwa liarnya. Tanda-tanda tersebut memperjelas bahwa manusia, termasuk masyarakat Indonesia telah menyebabkan pemanasan paling tinggi selama seabad terakhir dengan melepaskan gas pemerangkap panas untuk menggerakkan kehidupan modern kita. Contoh nyata seperti pada bulan Juli 2017 ini di kota besar seperti Surabaya pun masih dilanda hujan, sedangkan di belahan Indonesia lainnya terutama di Indonesia Timur masih banyak yang dilanda kekeringan. Kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Bandung dan Malang yang dahulu terkenal akan suhu udaranya yang dingin, kini tak lagi sama. Panas, polusi udara, gas karbon monoksida dari kendaraan bermotor telah menggeser dinginnya udara yang pernah kita rasakan di masa lampau.

Ya, tidak dipungkiri bahwa salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah adanya gas karbon dioksida yang dihasilkan dari kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil. Tidak hanya dari kendaraan bermotor, gas karbon dioksida juga banyak dihasilkan dari perusahaan manufaktur yang menggunakan bahan bakar fosil seperti solar dan batu bara sebagai sumber energi penggeraknya. Sifat dasar manusia yang dinamis dan seiring dengan adanya modernisasi membuat penggunaan energi di dunia, termasuk Indonesia semakin meningkat. Sampai saat ini bahan bakar fosil masih menjadi sumber energi favorit masyarakat.

Semakin banyak bahan bakar fosil yang digunakan oleh manusia maka akan semakin meningkatkan laju pemanasan global di Bumi ini. Pemanasan global yang terjadi sebenarnya adalah akibat dari adanya gas rumah kaca yang membentuk lapisan yang menyelimuti Bumi. Bumi sendiri dilapisi oleh selimut yaitu atmosfer. Dengan adanya gas rumah kaca akan ada partikel yang melayang di antara Bumi dan atmosfer yang mengakibatkan panas Bumi memantul. Panas Bumi yang seharusnya dibawa keluar, akan kembali masuk sehingga suhu bumi naik, menghangat dan akhirnya memanas. Gas karbon dioksida (CO2) sendiri adalah jenis gas rumah kaca yang keberadaannya di Bumi cukup dominan dibanding gas rumah kaca lainnya.

Polusi udara di Jakarta, akibat gas buangan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang berbahan bakar fosil. (via BBC Indonesia)
Polusi udara di Jakarta, akibat gas buangan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang berbahan bakar fosil. (via BBC Indonesia)
Dampak pemanasan global yang semakin nyata, akhirnya membuat masyarakat berbondong-bondong mencari sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Kita dapat menggunakan energi alternatif untuk meminimalisir hal-hal yang dapat menjadi penyebab pemanasan global. Misalnya mengganti pemakaian pembangkit listrik yang berbahan bakar fosil dengan memanfaatkan energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari, angin atau air.

Sebenarnya ada banyak sumber energi ramah lingkungan yang layak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh penjuru Bumi. Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (8/7/2017), sebuah hamparan pembangkit listrik tenaga surya yang baru dan berskala besar seluas hampir 250 hektar dibangun di Datong, China. Menariknya, pembangkit listrik tenaga surya tersebut dibangun dengan tampilan panel-panel yang menyerupai panda raksasa apabila dilihat dari udara. Pembangunan "Pembangkit Listrik Panda" tersebut tahap pertamanya telah selesai pada 30 Juni 2017, dan direncanakan proyek keduanya akan selesai pada akhir 2017. 

Pembangkit Listrik Panda tersebut ditargetkan untuk mampu memproduksi listrik sebesar 3,2 miliar Kwh dalam 25 tahun, seperti yang diberitakan oleh Republika.co.id, Jumat (7/7/2017). Pembangkit skala masif itu akan menggantikan jutaan ton batu bara yang biasanya digunakan unyuk menghasilkan listrik, dan hal tersebut dapat mengurangi emisi karbon sebesar 2,74 ton, yang tentunya akan berdampak baik bagi lingkungan.

Foto dari udara ini memperlihatkan sebuah hamparan pembangkit listrik tenaga surya tahap pertama seluas hampir 250 hektar yang dibangun di Datong, China dan didesain menyerupai panda raksasa. (via Kompas.com)
Foto dari udara ini memperlihatkan sebuah hamparan pembangkit listrik tenaga surya tahap pertama seluas hampir 250 hektar yang dibangun di Datong, China dan didesain menyerupai panda raksasa. (via Kompas.com)
Tak hanya di China, Indonesia pun juga memiliki potensi sumber energi ramah lingkungan yang sangat melimpah. Sayangnya, sumber-sumber energi ramah lingkungan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Jenis sumber energi ramah lingkungan yang dimiliki Indonesia cukup banyak. Jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, diyakini dapat menggantikan energi fosil. Inilah daftar 8 sumber energi ramah lingkungan yang dapat dimanfaatkan di Indonesia.
  1. Air.Energi air adalah salah satu alternatif bahan bakar fosil yang paling umum. Sumber energi ini didapatkan dengan memanfaatkan energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki air. Di Indonesia terdapat puluhan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), seperti : PLTA Singkarak (Sumatra Barat), PLTA Gajah Mungkur (Jawa Tengah), PLTA Jatiluhur (Purwakarta), PLTA Karangkates (Jawa Timur), PLTA Riam Kanan (Kalimantan Selatan), dan PLTA Larona (Sulawesi Selatan) dan masih banyak lagi.
    PLTA Jatiluhur yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. (via Kompas.com)
    PLTA Jatiluhur yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. (via Kompas.com)

  2. Matahari.Serupa dengan terobosan yang dilalakukan pemerintah China, Indonesia juga telah memanfaatkan sinar matahari menjadi sumber energi. Energi matahari atau surya adalah energi yang bersumber dari radiasi sinar dan panas yang dipancarkan matahari. Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang terdapat di Indonesia antara lain : PLTS Karangasem (Bali), PLTS Raijua, PLTS Nule, dan PLTS Solor Barat (NTT).
  3. Angin.Kincir angin digunakan untuk menangkap energi angin dan kemudian diubah menjadi energi kinetik atau listrik yang ramah lingkungan. Pemanfaat energi angin/bayu menjadi listrik di Indonesia telah dilakukan seperti pada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTBayu) Samas di Bantul, Yogyakarta.
  4. Biofuel. Biofuel disebut juga bahan bakar hayati, yang berupa bahan bakar (baik padat, cair atau gas) yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Sumber biofuel adalah tanaman yang memiliki kandungan gula tinggi (seperti sorgum dan tebu) dan tanaman yang memiliki kandungan minyak nabati tinggi (seperti jarak, ganggang dan kelapa sawit).
  5. Biomassa. Biomassa adalah jenis energi ramah lingkungan yang mengacu pada bahan biologis yang berasal dari organisme yang hidup atau belum lama mati. Sumber biomassa antara lain kayu, limbah dan alkohol. Di Indonesia sendiri telah ada Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) Pulubala yang berada di Gorontalo. PLTBM tersebut memanfaatkan tongkol jagung sebagai sumber energinya.
  6. Energi panas bumi / Geothermal. Energi panas bumi yang dimaksud di sini bukan energi panas di permukaan Bumi, melainkan energi panas yang dihasilkan dan disimpan di dalam Bumi. Energi panas bumi diyakini cukup ekonomis, berlimpah dan ramah lingkungan. Namun pemanfaatannya masih terkendala pada teknologi eksploitasi yang hanya dapat menjangkau area sekitar lempeng tektonik. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang dimiliki Indonesia tersebar di beberapa tempat, antara lain: PLTP Sibayak di Sumatra Utara, PLTP Salak di Jawa Barat, PLTP Dieng (Jawa Tengah) dan PLTP Lahendong di Sulawesi Utara.
  7. Gelombang Laut.Energi gelombang laut atau ombak adalah energi ramah lingkungan yang bersumber dari dari tekanan naik turunnya gelombang air laut. Indonesia sebagai negara maritim yang terletak diantara dua samudera berpotensi tinggi memanfaatkan sumber energi dari gelombang laut. Sayangnya sumber energi alternatif ini masih dalam taraf pengembangan di Indonesia.
  8. Pasang Surut.Energi pasang surut air laut adalah energi yang bersumber dari proses pasang surut air laut. Perbedaan tinggi rendah air laut dan arus saat pasang surut dapat dimanfaatkan sebagai energi yang ramah lingkungan. Layaknya energi gelombang laut, Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam pemanfaatan energi pasang surut air laut. Sayangnya, sampai sekarang sumber energi yang ramah lingkungan ini belum termanfaatkan.

Sumber-sumber energi alternatif di atas selain ramah lingkungan juga merupakan sumber energi terbarukan. Artinya, sumber energi tersebut cepat dipulihkan kembali secara alami dan tidak akan habis, bahkan berkelanjutan jika dikelola dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun