Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Cerita Mantan Teroris yang Memiliki 20 Ribu Peluru di Rumahnya

23 Juni 2017   13:50 Diperbarui: 11 Mei 2018   10:37 24883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, salah satu tim Kompasiana, Diaz Abraham berkesempatan untuk mewawancarai salah satu mantan anggota teroris dari kelompok Al-Qaeda. Narasumber ini mengaku bahwa ia telah ikut andil bagian dalam aksi terorisme di beberapa lokasi di Indonesia seperti Poso, Ambon, pengeboman kantor polisi di daerah Cirebon, serta aksi lainnya di Aceh.

Sesuai kesepakatan, nama narasumber tentu saja kami rahasiakan. Hal ini kami lakukan demi kenyamanan dan keamanan narasumber yang bersangkutan. Berikutnya dalam artikel ini, kami menyebut narasumber dengan nama "Arif" sebagai nama samaran.

--

"Mungkin sudah takdir menjadi seorang teroris", itulah yang terpikir di awal pembicaraan kami dengannya beberapa waktu lalu. Apalagi ketika ia mulai bercerita dari mana sejatinya ia berasal.

Aceh, kampung halamannya memang sempat dilanda konflik berkepanjangan. Tidak sedikit kontak senjata pernah terjadi di sana dengan berjuta alasan. Kampung halamannya inilah yang menjadi salah satu jembatan takdirnya untuk menjadi seorang teroris. Kebiasaannya melihat senjata dan berada di situasi mencekam dalam adu senjata membuatnya mencintai peralatan berperang ini.

Kecintaannya pada senjata dan peperangan semakin meluap ketika mendengar kisah rekan-rekan pengajiannya sepulang dari daerah konflik di Poso. Dengan alasan agama, ia semakin yakin untuk terjun "berjihad", untuk angkat senjata.  

"Awalnya saya hanya ikut pengajian tapi belum ikut aksi. Hanya sebatas mengenal beberapa kelompok jihadis. Waktu itu kan masih ramai kasus Poso. Jadi teman pulang dari poso, mereka kembali jadi ketemu di pengajian," ujar Arif pada tim Kompasiana.  

Dalam melancarkan aksi dan serangannya, para teroris ini tentu membutuhkan fisik dan stamina yang kuat layaknya anggota militer juga dibutuhkan kemampuan bersenjata khusus untuk melakukan aksi serangan. Menurut pengakuan Arif, para anggota membentuk fisik dan stamina mereka masing-masing. Caranya adalah dengan menyamar selayaknya warga biasa yang berolahraga di tempat-tempat umum. Untuk latihan ketepatan menembak, Arif mengaku ia dapat menyewa latihan tembak militer secara leluasa.

"Latihan menembak nyewa lapangan tembak militer, bisa masuk kita, hebat kan? Kita banyak kenal orang militer, orang komando lapangan kita banyak kenal. Pejuang Ambon itu banyak orang militer lho," lanjutnya.

Mengejutkan memang, namun kita tidak bisa begitu saja berasumsi bahwa ada keterlibatan lebih dalam dari anggota militer tersebut dalam pelatihan pelaku terorisme ini.

"Latihan menembak nyewa lapangan tembak militer, bisa masuk kita, hebat kan? Kita banyak kenal orang militer,"

Obrolan ringan kami berlanjut, Arif bercerita lebih jauh soal senjata. Ada sebuah keintiman terjadi di antara anggota teroris dengan senjata yang ia pegang. Selama masih aktif mengikuti aksi, ia tidak pernah mau memegang senjata yang dipakai anggota lainnya. Menurutnya, setiap senjata memiliki settingannya sendiri sesuai dengan orang yang memegangnya, sehingga jika diberikan ke orang lain rasanya akan berbeda.

Selain untuk keperluan jihad, senjata dianggap sebagai istri atau pendamping kedua. Dengan senjata itu ia mengaku menjadi orang yang lebih sederhana dan sabar dalam melakukan setiap kegiatan. Mendengar pengakuan ini, kami pun masih belum habis piker di mana letak korelasinya antara kepemilikan senjata dengan kesederhanaan. Ia pun mengaku saat mengenal kelompok-kelompok jihadis tahun 2005, ia selalu membawa senjata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun