Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Sebelum diangkat menjadi abdi negeri, pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MEGELANG. Sekarang, KS di Pati . Sebagian tulisan telah dibukukan. Antara lain: OPINI GRASSROOT SOAL PENDIDIKAN GRES; Si Playboy Jayanegara dan Bre Wirabhumi yang Terpancung. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf SMS doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengintip Rujuknya Prabowo-Titiek Soeharto Perspektif Suksesi 2014

21 April 2014   20:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23 7214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Di tengah spekulasi bahwa Prabowo rujuk dengan Titiek Soeharto (fiksikulo.wordpress.com/2014/04/13). Tadi malam (20/4) sebagaimana diberitakan detikNews siang ini (12:18 WIB), Prabowo menghadiri pesta ulang tahun mantan istrinya, Siti Hediati Hariyadi atau sering disebut Titiek Soeharto.

Dikabarkan, sebenarnya Titiek Soeharto berulang tahun ke-55 tanggal 14 April lalu. Namun karena kesibukan di partai baru dirayakan semalam. "Pak Prabowo datang lebih awal dari pukul 18.30-20.30 WIB," kata Fadli Zon, Petinggi Gerindra .

Lebih lanjut menurut Fadli, hubungan Prabowo dan Titiek semakin baik. Selama ini keduanya juga menjaga komunikasi meski sudah tak lagi jadi suami istri. Namun, ketika ditanya apakah ada kemungkinan Prabowo dan Titiek bersatu kembali? Fadli berkata, "Kalau itu persoalan privat saya nggak bisa komentar."

Adalah menarik menyorot mendekatnya hubungan Titiek-Prabowo ini dalam perspektif susksesi 2014. Sebab, Titiek Soeharto selangkah lagi menjadi anggota dewan. Bahkan, jubir Golkar Tantowi Yahya menyebut Titiek berpotensi untuk menjadi Pimpinan DPR. “Kalau dibilang berpotensi sih memang betul, tapi di kita ada mekanisme penilaian yang nantinya menentukan apakah layak dijadikan Ketua atau Wakil Ketua DPR.”

Sementara itu pada sisi lain, Prabowo capres Gerindra yang berdasar hasil hitung cepat pileg 9 April kemarin meraih posisi 3 besar juga disebut-sebut berpotensi menjadi Presiden.

Soal tingkat kompetensi terkait jabatan yang ditengarai bakal mereka sandang tersebut, sepertinya tidak ada maslah. Titiek Soeharto, seorang pengusaha sukses yang alumnus UI dan Prabowo merupakan prajurit milter berkarir cemerlang yang alumnus AKMIL.

Pertanyaannya ialah bagaimana kalau betul kejadian, Titiek-Prabowo rujuk sebelum ataupun setelah pilpres? Dan, bagaimana pula andaikan Titiek Soeharto yang menjadi Pimpinan DPR sementara Presidennya Prabowo Subianto yang notabene mantan pasutri atau sudah menjadi pasutri lagi? Seru, khan?

Menjomblo, mantan pasutri atau bahkan rujuk antara pimpinan DPR dan Presiden, misalnya, merupakan sesuatu yang belum detil diatur dalam sistem ketatanegaraan. Namun sejauh mana hal-hal demikian berimplikasi langsung ataupun tidak langsung dalam sistem ketatanegaraan? Akan menimbulkan masalah?

Dalam adat ketatanegaraan suami atau istri (pendamping) jabatan Pimpinan parlemen (DPR) tidak merupakan suatu kelaziman ---karena barangkali sifatnya yang kolektif kolegial itu. Tapi pada posisi Kepala Negara telah lazim adanya istilah First Lady (Ibu Negara). Namun, kalaupun tidak terisi apakah secara esensi hal itu akan berpangaruh terhadap proses ketatanegaraan ataukah hanya soal seremonial belaka yang bisa mudah diatasi?

FENOMENA JODOH DAN POLITIK?

Terlepas dari kepastian soal rujuknya, ada baiknya kalau kita menengok ke belakang, kabarnya, penyebab perceraian Prabowo-Titiek ialah soal politik, yakni setelah Prabowo dianggap “kurang ajar” karena telah berani-beraninya juga menyarankan Pak Harto untuk mundur (1998) kemudian ia harus minggat (diusir) dari keluarga cendana.

Dan, andaikan oleh karena hembusan-hembusan momen-momen politik, sebagaimana diharapkan oleh para petinggi Gerindra agar Titiek-Prabowo rujuk, lalu kejadian rujuk, yang notabene berarti juga karena politik, maka pertanyaan berikutnya yang tak kalah menarik ialah, bagaimana dengan perjalanan tugas-tugas profesional mereka akan berjalan?

DPR dalam sistem pemerintahan presidensiil ialah mitra Presiden dalam mengemban tugas legislator dan budgeter, akan tetapi DPR juga sekaligus sebagai supervisor Presiden, bahkan berdasarkan hasil fungsi pengawasannya, DPR bisa saja mengajukan pemakzulan Presiden kepada MK.

Dan, dalam koridor skenario itu, bila yang terjadi ialah kemungkinan terburuk dari hubungan Presiden-DPR, pemakzulan, misalnya, haruskah beliau berdua juga harus berpisah lagi, juga gara-gara politik pula? Sebuah lakon (jalan hidup), gileee bingit gitu loh, kalau skenarionya harus begitu, kalee…***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun