Mohon tunggu...
Joko Lodang
Joko Lodang Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola oleh kuartet Sarjono, Eko, Marcello, dan Endang (disingkat JOKO LODANG). Kami berempat menolak hegemoni oleh siapapun dan dari apapun.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tidak Butuh Komentator Bola

13 Juni 2012   18:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:01 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

semangat nonton bola di euro ini entah mengapa paling terganggu kalau udah harus dengerin komentator bola ngomong. para komentator itu seperti tidak pernah menghargai kerja keras pemain dan pelatih. nyebutnya pasti ada "dewi fortuna". kalau enggak, mereka para komentator itu seolah-olah jadi orang paling ahli melebihi pelatih tim yang berlaga di euro. yang paling membuat kesal adalah ketika mereka selalu bikin prediksi. duh! ampuuuun... selalu tidak ada dasarnya dan cuma pake perasaan. lah kalau gitu mah tukang becak lebih jago.

Saya sebagai penonton lebih tertarik mengikuti sisi human interest dari sepakbola, apakah itu pemain bola, pelatih, tempat diselenggarakannya pertandingan, latihan tim kesebelasannya, dan lain sebagainya. Rasanya sudah terlalu banyak informasi yang kita gali dari googling, majalah, tabloid olahraga, koran yang mengulas bola sebelum kita ini menonton pertandingan sesungguhnya.

Informasi yang dipapar oleh komentator bola menjadikan banjir informasi tadi menjadi tsunami yang jelas tidak kuat lagi kita tahan. Terus terang saya heran, kenapa jatah waktu untuk para komentator berkicau menjelang pertandingan sangat lama. Rata-rata informasi yang mereka jual tentang bola (atau olah raga manapun) sudah kita ketahui lewat media-media tadi. Apalagi kompasianer. Saya yakin makin terbuka dengan informasi, bahkan bisa jadi kompasianer lebih terampil mengolah informasi dibanding komentator bola. Bedanya, tidak diliput televisi saja.

Di beberapa negara, yang ditayangkan hanya sisi non-teknis sepakbola sebagai "hiburan" menjelang pertandingan. Paling tidak untuk mengademkan suasana sebelum panas betulan pas pertandingan. Kalau pun di beberapa negara lain ada komentator, metode penyampaiannya cerdas: melibatkan instrumen visual, simulasi pemain dan strategi, kritis terhadap kedua tim maupun pelatih.

Lha di Indonesia ini, metode yang ditempuh para komentator bola ini tidak pernah berubah dari jaman Orde Baru. Selalu sama "modus operandi"-nya: moderator, komentator, dan diselingi kuis pakai perempuan seksi. Begitu terus selama ini. Paling tidak sejak saya menyukai bola ketika masih SD pertengahan tahun 1990-an. Betul-betul membosankan. Bisa jadi acara menonton komentator bola ini adalah acara paling membosankan dan malah membuat ngantuk para gibol (apalagi ditunggangi iklan partai baru yang lagi senang ngiklan).

Tak ayal, bisa dimaklumi jika banyak yang me-mute diskusi komentator bola atau menggantinya dengan menonton acara lain di channel lain untuk menghindari rasa kantuk.

Sebaiknya para penyelenggara siaran bola berubah! Buatlah acara pra-pertandingan yang lebih relevan, lebih kreatif, dan lebih menyenangkan. Toh yang untung juga para pemodal TV kalau penonton bisa "patuh" dengan selera yang diingini oleh orang-orang kaya itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun