Mohon tunggu...
Ahmad Athoillah
Ahmad Athoillah Mohon Tunggu... Jurnalis - -------

--------

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

BBM dan Generasi Mudah Move On

16 Juli 2017   12:38 Diperbarui: 16 Juli 2017   12:45 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

BBM nasibmu kini. Mungkin kata itulah yang pas untuk disematkan seiring dengan kondisi ''kesehatan'' penyedia layananan yang memiliki nama lengkap Blackberry Messenger tersebut.

Layaknya kisah cinta Raditya Dika dalam filmnya Cinta Brontosaurus, bahwa cinta juga memiliki tanggal kadaluarsa. Mungkin itulah nasib BBM saat ini. Rasa cinta para pengguna BBM secara perlahan mulai kadaluarsa (Hemmmm, kalau sudah ada yang baru dan lebih ca'em, yang lama mulai ditinggalkan. Dasar playboy-playgirls yang suka gonta-ganti pasangan). Hehehe...

Semua memang ada masanya. Seperti halnya manusia, yang akan menua seiring dengan bertambahnya usia. Setelah itu tutup usia. Menghadap Sang Kuasa. Begitu juga dengan BBM, seiring kemunculan gadget baru dengan layar sentuh OS (operasi sistem) android dan messenger berupa Whats App (WA), kini aplikasi pengiriman pesan yang disediakan untuk para pengguna perangkat BlackBerry itu mulai dicampakan. Satu persatu pengguna BBM mulai mengajukan kata ''putus''. Pindah ke lain hati, WA (sebentar lagi ada hari move on dari BBM).

Jika menilik kedatangan BBM dalam kehidupan kita sekitar empat-lima tahun yang lalu, ''makhluk'' yang hidupnya bergantung dengan peket kuota ini seakan menjadi primadona bagi setiap warga sosial media (sosmed). Tak akan kadaluarsa layaknya cinta Raditya Dika dengan Pamela Bowie dalam sekuel film yang ditulis sendiri oleh stand up komedi gaek tersebut.

Namun bagaimana lagi. Namanya juga manusia. Sukanya yang baru dan instan (tapi untuk Jawa Pos Radar Bojonegoro tetap di hati para pembaca).

Menyukai hal yang instan, mudah, dan nggak ribet adalah bagian dari sifat manusia. Jangankan dunia teknologi informasi (TI). Soal duit pun, kalau bisa pinginnya yang instan. Tanpa bekerja yang berat-berat, tapi banyak mendatangkan uang (yang biasa seperti ini, jangan tersinggung ya...). Hehehe...

Dan, inilah yang ditawarkan WA. Ada semacam kemudahan yang lebih ketimbang BBM. Begitu aplikasi ini diinstal pada smartphone anda, maka secara otomatis kita bisa terintegrasi dengan teman-teman yang ada di dalam gawe kita. Mudah, simple, dan tidak ribet. Itu karena WA menggunakan sistem nomor telepon. Asal gawe yang kita punya sama-sama terkoneksi dengan aplikasi WA, maka secara otomatis satu sama lain bisa langsung terintegrasi. Beda dengan BBM yang harus invite dulu kode PIN calon ''pasangan'' chat kita.

Tak hanya sekadar mengirim pesan, aplikasi sosial media karya Jan Koum ini juga bisa mengirim foto, video, hingga file. Seperti mantan kita, BBM (Lo aja kali yang bilang mantan, kalau saya sih masih setia dengan BBM. Ini PIN saya 2B30EXXX). Hahaha...

Apakah hal yang instan-instan ini salah? Tidak. Tidak ada yang salah dalam perkembangan dunia TI. Bahkan, kita atau saya, sebagi generasi millennial ini dituntut untuk mengimbangi perkembangan IT. Apalagi generasi Z, yang lahir disaat semua sudah serba digital. Mampu mengoprasikan berbagai aplikasi sosial media seakan sudah menjadi tuntutan. Namun, semua itu harus diimbangi dengan pemakaian yang bijaksana dan bermanfaat.

Jangan sebaliknya, dunia yang sebenarnya juga ''nyata'' ini dipakai untuk menebar pesan provokator dan berita hoax yang bisa memicu perselisihan dan perpecahan warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seperti yang terjadi dalam setahun terakhir ini. Kerap pesan berantai dalam WA itu menjadi sumber adu nyinyir hingga saling menghujat satu dengan lain. Bahkan, ada yang sampai melaporkan ke ranah hukum gara-gara merasa hatinya dihinakan, dinistakan, hingga di-di yang lain. Sungguh dampak yang sebenarnya juga tidak diinginkan oleh para pencipta aplikasi-aplikasi sosial media itu sendiri.

Terakhir, meski sampean sekarang sudah menjalin hubungan dengan WA setelah mutusin aku (BBM). Tolong jangan lupain aku begitu saja. Begini-begini, aku juga pernah mengisi hidup kamu. Dan, yang juga pernah kamu agung-agungkan. Dulu, hampir setiap hari aku selalu menjadi temat curhatmu yang selalu kau lampiaskan melalui status. Jadi, sekali-kali tolong tetap (PING) aku sebagai tanda kangen. (*)

@atok_baiq

*Terbit di Kolom Redaksi Jawa Pos Radar Bojonegoro Edisi 16 Juli 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun