Mohon tunggu...
Panji Joko Satrio
Panji Joko Satrio Mohon Tunggu... Koki - Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Email: kali.dondong@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Benarkah Wanita Berjilbab, Nafsu Seksnya Lebih Besar?

16 April 2015   10:11 Diperbarui: 1 Juli 2017   02:20 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bernarkah wanita jilbab, hasrat seksualnya lebih tinggi?  Itu pertanyaan keponakan saya yang masih jomlo. Keponakan saya itu laki-laki, mahasiswa sebuah PTN. Menurut KBBI, jomlo (tanpa "b") berarti "gadis tua".

Nggak tahu mengapa bertanya begitu. Mungkin dia resah. Banyak mahasiswi brukut di sekitarnya yang tetap menampakkan hasrat seksual tanpa canggung. Tak beda dengan mahasiswa centil nan mni-seksi.

Mestinya memang begitu. Seorang wanita berjilbab, dalam logika saya, memiliki nafsu seksual lebih besar dibanding yang terbuka. Karena tertutup, maka lebih peka terhadap impuls.

Menurut kawan saya yang mbeling, jilbab dan busana brukut itu justru merupakan upaya kolektif masyarakat padang pasir untuk menumbuhkan hasrat seksual mereka. Di kawasan berhawa panas itu, hasrat turun pada titik nadir. Jilbab menjadi solusi. Karena dalam keseharian kurang mengalami sesuatu yang "menggairahkan", maka begitu melihat yang terbuka, langsung greng. Jadi jangan heran, konon, orang Arab nafsunya besar.

Kesimpulannya, jilbab bukan untuk membunuh hasrat. Melainkan sebaliknya, meningkatkan vitalitas.

"Contohnya pelaut," kata kawan saya yang mbeling itu. "Meski duitnya banyak, mayoritas tapi istrinya tidak cantik," katanya, entah benar entah membual. "Karena mereka lama di laut dan kesepian, begitu mendarat dan melihat betina langsung bergairah. Jadi cari istri ya sedapatnya," imbuhnya.

Wah kawan saya itu kalau ngomong sembarangan. Entar kalau ada pelaut yang tersinggung bagaimana? Bisa berabe, kan?

Dia menyoroti Jepang yang konon sedang diambang kepunahan generasi. Anak muda di negeri matahari terbit itu ogah ngeseks. Bercinta sudah tidak menarik lagi. Akibatnya, angka pertumbuhan stagnan. Dominasi generasi  tua berpotensi mengancam keberlangsungan peradaban mereka sendiri. Indikasinya mulai tampak, industri Jepang berguguran dilibas KOrea. Konon karena para pekerjanya kehilangan inovasi gegara tak terpenuhi hasrat seksualnya.

Aneh bukan. Padahal di Jepang banyak gadis cantik seksi. Ada Mie-yabi, mie gelas, mie godhog, dan seterusnya. Tapi karena di diumbar di mana-mana, malah bikin bosan.

Impulsif dan Gradatif
Nafsu seksual bersifat impulsif dan gradatif. Impulsif artinya muncul tiba-tiba dan dan butuh pemenuhan seketika. Adapun gradatif, dimaknai butuh peningkatan kualitas seiring waktu.

Kala SMA dulu, melihat betis saja rasanya sudah indah bukan main. Lama-lama tak cukup. Betis tak menarik, minta paha. Begitu seterusnya.  Nah kalau masih SMA, melihat paha sudah tidak greng, mungkin ada masalah. Artinya, dia butuh "lebih" dari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun