Apa yang bisa dilakukan oleh gambar? Seberapa jauh gambar dapat memprovokasi, menginspirasi, menggerakkan, memaknai, dan membuat diri berkontemplasi? Gambar bukan sekedar goresan dari pensil ataupun kuas. Gambar bukan sekedar tentang komposisi, karakter, pewarnaan. Gambar dapat menjadi pesan. Gambar dapat menjadi jiwa. Konon katanya 1 gambar dapat lebih mewakili dibandingkan dengan seribu kata. Gambar dapat menjadi enigma. Lihat saja master piece dari Leonardo Da Vinci berupa lukisan Monalisa. Lukisan Monalisa adalah enigma yang sempurna. Mulai dari cerita di balik siapa sosok Monalisa sesungguhnya, komposisi dari pembuatan Monalisa, hingga makna senyum dari Monalisa. Dalam jagat sastra, lukisan Monalisa bahkan menjadi fragmen penting dari novel Da Vinci Code. Lukisan Monalisa seakan bicara. Lukisan Monalisa seakan setia mendekap rahasianya yang bertahan mengarungi waktu. Begitulah kiranya kumparan makna dari novel Da Vinci Code perihal lukisan Monalisa. Gambar dapat menjadi karakter khas dari seseorang ataupun suatu entitas. Maka para seniman di bidang gambar berusaha untuk menemukan “tanda tangannya”. “Tanda tangan” sendiri merupakan bukti dari aktualisasi diri dan karya. Setelah melalui detak waktu, setelah menghasilkan karya demi karya. Dan pengakuan pun terjadi. Maka berbanggalah sang seniman di bidang gambar. “Tanda tangannya” bukan sekedar goresan singkat tentang inisial. Ada proses perjuangan di balik menemukan “tanda tangan”. “Tanda tangan” juga dapat menunjukkan karakter dan kekhasan dari seniman gambar. “Tanda tangan” tersebut seperti mengkonfirmasi dari sebuah karya dengan karakter khas yang kuat. Dalam novel Perahu Kertas karangan Dewi Lestari misalnya bagaimana Keenan yang cerdas, artistik dan mampu menghasilkan lukisan-lukisan yang impresif pada kenyataannya harus bertemu dengan realita sosial jagat perlukisan. Keenan yang pendatang baru di blantika perlukisan langsung melesat dengan menempatkan karya lukisnya di Galeri Warsita yang merupakan tempat prestisius bagi pelukis. Namun talenta dan impresifnya gambar dari Keenan belum cukup untuk menarik seorang pembeli pun yang orisinal untuk membeli karyanya. Keenan untuk kemudian harus melakukan perjalanan personal menemukan takdirnya. Ia pergi ke Bali, ia menggali inspirasi dari sebuah buku cerita yang dikarang oleh orang yang dicintainya. Dan Keenan pun secara perlahan berhasil menyusun balok-balok kesuksesannya. Keenan menemukan “tanda tangannya” dengan sebuah kerja keras, perjalanan, dan takdir. Seperti itu pula perjalanan nyata dari seorang seniman gambar. Tidak sekedar talenta yang dibutuhkan untuk berhasil, masih ada ornamen lain seperti konsistensi, kerja keras, kerja cerdas, dan takdir yang mempengaruhi keberhasilan menempuh jalan sebagai seniman gambar. Dalam talk show yang berlangsung di Indonesian Comic Fair II, Djair Warni (pengarang Jaka Sembung) mengemukakan pendapatnya bahwa kemampuan menggambar dari komikus era sekarang cukup bagus. Menurutnya titik lemah dari komikus era sekarang ialah pada kekuatan cerita. Benar kiranya gambar merupakan medium dari pesan. Sama halnya dengan tulisan yang menjadi artikulasi dari pesan, gambar pun memiliki efek untuk mempengaruhi. Lalu seberapa besar pengaruh dari gambar dapat mempengaruhi si pembacanya?