Pembangunan Light Rail Transit (LRT) yang bertujuan mengurangi kemacetan lalu lintas di wilayah Jabodetabek berdampak ganda. Geliat ekonomi di sepanjang jalur LRT ikut terdongkrak. Terutama bisnis properti.
Infrastruktur transportasi memang sangat efektif menolong pertumbuhan pengembangan maupun investasi properti. Harga lahan kosong serta hunian yang dilintasi jalur LRT menjadi lebih tinggi. LRT dan delalapan proyek transportasi yang dicanangkan pemerintah, merupakan harapan besar moda transportasi masa depan di Jabodetabek.
Sejauh ini, moda transportasi publik yang tersedia dan diminati adalah commuterline dan Trans Jakarta. Adapun angkutan kota kurang diminati karena nir kenyamanan.
Ditilik dari multiplier effectnya, LRT tidak hanya menjadi solusi transportasi, tapi juga bermanfaat bagi pengembangan hunian di luar pusat kota. Integrasi transportasi publik dengan pembangunan properti, menjadi pusat energi yang menggerakkan pendulum pengembangan wilayah.
Jakarta sudah terlalu sesak dengan proyek-proyek pembangunan hunian di dalam kota. Dalam jangka pendek, tak jarang pembangunan tersebut malah menjadi biang macet.
Pembangunan LRT, kunci pembuka aksesibilitas wilayah yang selama ini memiliki waktu tempuh berjam-jam. Perjalanan dari Cawang ke Ciawi (Bogor) misalnya, biasanya ditempuh dengan waktu 90-120 menit, dengan adanya LRT dipangkas menjadi 45 menit saja. Ada efisiensi waktu sebesar 50%.
Dengan moda transportasi massal yang memadai seperti LRT, maka para pengembang berlomba-lomba ke wilayah pinggiran. Harga lahan relatif lebih murah ketimbang di dalam kota. Menawarkan hunian terjangkau kepada psar yang belum mampu membeli properti di pusat kota.
Terlebih, pengembang seperti Agung Podomoro Land pasti tidak melewatkan untuk membangun kota mandiri. Hal ini dicanangkan untuk proyek Podomoro Golf View, Cimanggis yang persis bersisian dengan LRT. PGV dibangun laiknya kota sendiri yang memiliki mal, pusat pertokoan hingga sekolah jenjang pendidikan bertaraf internasional. Bukan tidak mungkin, kawasan sekitar juga berkembang menjadi area perkantoran.
Tak heran bila kemudian beberapa pengembang besar sudah menyiapkan produk mereka memanfaatkan. Developer berlomba-lomba membangun hunian, terutama apartemen karena menyasar pangsa pasar commuter yang kebanyakan anak muda maupun keluarga muda.
LRT serta proyek transportasi publik lainnya, tak relevan lagi dilihat sebagai moda transportasi atau bahkan energi ekonomi semata. Lebih dari itu, proyek yang dihidupkan oleh Presiden Jokowi ketika menjabat sebagai Gubernur DKI ini, bahkan mampu menciptakan ruang redesign tata kota Megapolitan, Jabodetabek. Inilah saatnya menata Jabodetabek agar humanis dan civilized, dimulai dari aspek fisik sejalan dengan pembangunan jiwanya.