Mohon tunggu...
Josephine Winda
Josephine Winda Mohon Tunggu... wiraswasta -

membaca itu candybar dan menulis itu lollypop, yummy !.... googling me windascriptease ;)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dua Sisi Mata Uang

3 Februari 2014   10:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:12 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="foto: investingcaffeine"][/caption]

Pernah melihat dua sisi mata uang? Kepala atau ekor? Angka atau gambar? Itu adalah pilihan ketika melempar si mata uang. Dalam satu kesempatan, biasanya satu orang melempar dan hasil yang muncul hanyalah satu sisi, terbaca dan dilihat jelas oleh semua orang.

Hal yang sama terjadi ketika seseorang diberitakan oleh orang lain. Satu sisi saja yang nampak. Dipuji atau dicela. Jika dipuji artinya orang tersebut adalah pengagum orang yang lain dan jika dicela maka orang tersebut adalah penghujat yang lainnya. Hal yang wajar. Orang bisa suka bisa juga benci.

Dalam hidup ini sering muncul suatu jebakan untuk "melihat satu sisi mata uang." Satu hal saja yang kita lihat tentang diri seseorang. Jika sudah melihat satu sisi, banyak yang kemudian cepat memutuskan. Menyukai atau membenci sisi tersebut. Keputusan satu sisi menjadi keputusan yang mampu melahirkan salah keberpihakan. Memilih untuk tersenyum atau mencibir detik itu juga.

Padahal selalu ada dua sisi mata uang. Dalam laku orang yang paling baik pun kadang terbersit hal yang tidak menyenangkan. Dalam laku orang yang paling jahat bisa jadi muncul secercah kebaikan. Apakah kita akan buru - buru memutuskan suatu hal hanya melihat dari satu sisi?

Dalam perceraian kita akan buru - buru memvonis, "Oh, suaminya nggak bener. Tukang selingkuh!" Padahal tidak ada yang tahu, setiap hari istrinya mencaci sang suami karena merasa kurang dicukupi. Dalam hak warisan kita buru - buru mencibir "Oh, kakaknya sudah kaya kok masih doyan duit?!" Padahal tidak ada yang tahu bahwa sang kakak memang berhemat dan bekerja bersusah - payah, sementara sang adik rajin berfoya menghamburkan uang. Dalam hidup bertetangga buru - buru berkomentar,"Tetangga yang itu pelit, iuran sampah saja tidak mau bayar." Tidak ada yang tahu bahwa setiap bulan ia harus menyetor biaya rumah sakit ibunya dikota lain. Banyak hal, banyak peristiwa, orang buru - buru memuji atau mencela. Satu sisi saja!

Sangat sedikit yang bolak - balik melempar mata uang, sehingga mampu melihat dari dua sisi dengan probabilitas yang sama besar dan melahirkan keputusan keberpihakan yang lebih jernih. Tanpa terburu - buru mengikuti arus yang paling kuat. Melihat pada satu sisi mata uang saja dapat menimbulkan salah persepsi yang nantinya bisa jadi akan berdampak panjang dan berbuntut penyesalan. Melihat pada dua sisi mata uang membuat kita mengetahui NILAI YANG SESUNGGUHNYA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun