Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Pintar Kalah sama Orang Bejo

25 Agustus 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:21 15357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Orang bodoh kalah sama orang pintar, orang pintar kalah sama orang bejo".

Begitu bunyi iklan jamu masuk angin di TV

Bejo itu artinya orang yang selalu beruntung, alias bernasib baik. Tidak ada yang salah dengan iklan ini, karena memang tidak ada yang bisa melawan "nasib baik".

Yang salah adalah dalam memaknai nasib baik. Dalam memaknai nasib baik, ada dua kelompok manusia. Kelompok pertama "yang menunggu nasib baik mampir", dan kelompok kedua "yang mengejar nasib baik kemanapun". Sebenarnya kedua kelompok ini sama-sama tidak tahu kapan nasib baik muncul dan kalau muncul dalam bentuk apa, waktu dan wujud dari nasib baik itu tidak jelas.

Chentiao dan Bongak sama-sama dua pemuda energik dan keduanya teman akrab yang sedang tumbuh dan sedang merajut mimpi menjadi pemuda kaya-raya. Dan karena masih muda mereka merasa perlu menambah keyakinan diri, dan berangkatlah mereka menuju tukang ramal, seorang nenek tua yang menyendiri dan tinggal di pinggir hutan kampung, dekat kuburan lagi. Harus tahu masa depan, demikian mereka berpikir.

Dengan sejumlah mantra, tentu saja ada sajen seperti kembang bunga kamboja, sirih, telur ayam kampung, dan ayam hitam yang lidahnya juga hitam, masa depanpun diramalkanlah. Dan, alhamdulilah, kedua pemuda mendapat hasil yang sama, sepuluh tahun ke depan mereka berdua akan menjadi orang yang kaya raya. Terimakasih nek.

Di rumah Chentiao merenung tentang apa yang harus dilakukannya agar ramalan itu terwujud?, aku harus mewujudkannya, harus.

Chentiao meminta uang ke bapaknya untuk modal usaha.

Di rumah Bongak merenung tentang bagaimana cara merayakan ramalan ini?. Ini pantas dirayakan, dan harus dirayakan.

Bongak meminta uang ke bapaknya untuk membuat perayaan.

Chentiao sekarang lebih percaya diri mengejar kekayaannya, menjadi lebih yakin akan kesuksesannya, maka banyak usaha yang dicoba dilakukannya. Dia buka bengkel tapi bangkrut, dia berkebun sayur habis dimakan hama, dia berkebun kacang habis dimakan tikus, dan sekian banyak percobaan yang gagal. Tapi ramalan itu menguatkannya, dia menjadi pantang menyerah, setiap kali jatuh selalu bangkit lagi. Jadi dia coba lagi, dan dia lakukan lagi, dan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun