Setelah "terpeleset " menjadi dugaan penistaan Agama, dalam debat pilkada DKI yang lalu Ahok terpleset kata lagi menjadi dugaan penghinaan profesi dosen. Begitulah yang diungkap oleh seorang  profesor yang menyampaikan surat terbuka melalui media sosial.
"Sudah Miskin Belagu" kata itu menjadi viral belum lama berselang Ahok menjabat sebagai Wagub DKI menyebut warga yang susah diatur dalam penertiban waduk Pluit, Ibu ini maling yang diucapkan kepada seorang ibu yang mengadu kesulitan mengurus dana "subsidi" pendidikan. Sederet kata "sangar" terucap sehingga Ahok mendapat label mulut comberan.
Lucunya, kata kata tak semestinya tersebut seolah menjadi ciri dari keunggulan Ahok sebagai pejabat sehingga mendapat dukungan yang luar biasa yang hanya tetandingi oleh pemimpin parlemen jalanan Habib Rizieq Shihab yang sama2 dilaporkan kepolisi karena statemennya.
Dua massa pendukung tokoh ini saling berhadapan mengiringi persidangan penistaan agama, sementara di Mapolda Jabar dua massa pendukung Rizieq dan massa yang mengaku sebagai ormas GMBI saling berhadapan yang berlanjut dengan pembakaran kantor ormas ini di Ciampea, Bogor.
FPI pun berencana unjuk rasa di Mabes Polri menuntut Kapolda Jabar dicopot setelah sebelumnya Dandim Lebak dicopot karena dinilai tidak melapor keatasan ketika melatih anggota FPI.
FPI disukai dan tidak disukai, begitu juga Rizieq yang dirangkul Paslon kompetiter Ahok yang dinilai tidak memiliki kapability karena pengalamanya sebagai pengajar yang mengundang kolega Paslon itu menulis surat "protes"
Politikus berkompetisi, rakyat adu otot layaknya negara ini terdiri banyak gerombolan yang memperjuangkan tokohnya yang katanya berkompetisi secara fair dan demokratis.
Namun sayangnya, pelaku pengrusakan yang ditangkapi oleh polisi dalam peristiwa di Ciampea kebanyakan anak remaja dibawah umur yang sangat mungkin belum memahami dunia politik. Â Ini menjadi persoalan lain dalam apa yang disebut demokrasi, demokrasi dalam persaingan liberal yang menyeret anak2 terlibat didalamnya.Â