Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tetap Jaga Toleransi Meski Berbeda Pandangan

23 Mei 2017   09:26 Diperbarui: 23 Mei 2017   09:41 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Tulisan ini saya tunjukan kepada semua aliran atau faham yang memusuhi Nahdlatul Ulama. Terbesit menulis ini karena saya mendengar khutbah Jumat yang tidak sepantasnya disampaikan hanya untuk mengeluarkan unek-unek kebencian kepada akidah NU. Bahkan sempat ingin meninggalkan masjid saya mendengar kat demi kata yang tajam ditunjukan untuk para kyai dan ulama NU dengan berbagai sindiran. Kalau saja faham rukun sholat Jum’at mungkin khotib kemarin tidak sampai berkata demikian dengan nada yang terkesan marah.

Yang pertama saya sebagai kaum nahdliyin menyampaikan permohonan maaf jika ada beberapa sahabat kami yang se-akidah atau orang yang sengaja mengatasnamakan NU untuk menyerang akidah atau ajaran wahabi dan salafi. Menuduh teroris dan aliran menyimpang. Saya rasa bukan seperti akidah warga NU yang benar-benar faham tentang NU. Kami sangat menghargai toleransi dalam beragama atau berakidah. Jika memang demikian adanya saya fikir mereka merasa terdholimi karena merasa amaliyahnya dikatakan sirik, musyrik dan bid’ah dholalah. Dan sifat manusiawi jika kaum atau golonganya merasa terancam atau dirugikan. Karena semua hal di dunia ini pasti ada sebab-akibat. Namun sekali lagi saya memohon maaf kepada kalian yang merasa berbeda pandangan dengan orang NU. 

Yang kedua saya mengajak kepada seluruh aliran atau golongan di indonesia bahkan dunia untuk saling toleransi dalam beragama. Jika toh faham anda menginginkan kesamaan dalam beragama dan berfaham saya rasa sangat mustahil hingga kiamat. Bukankah perbedaan itu indah dan nikmat? Setiap golongan mempunyai dasar landasan dan dalil tersendiri menyikapi hukum beragama. Bukan lantas menyalahkan satu sama lain. Dan sampai saat ini saya rasa kita tidak akan mengetahui kebenaran yang sejati atas dasar yang dipegang oleh berbagai aliran tadi. Karena kebenaran hanya kuasa Allah, dan itu akan diketahui setelah kita keluar dari kehidupan dunia yang penuh tipu daya ini. 

Yang ketiga saya memohon dengan sangat beberapa akun medsos yang secara terang-terangan menyerang NU sebagai golongan atau aliran yang menyimpang. Saya selalu mengikuti perkembangan medsos apapun mengenai ini. Sempat saya marah namun saya rendam kembali. Penghinaan yang demikian akan membuat siapa yang merasa pasti akan naik pitam. Dan sebagian besar dari mereka yang ajarannnya berlandaskan “Al-Qur’an dan Hadist” menyerang amaliyah NU. Padahal NU juga berpedoman pada “Al-Qur’an dan Hadist” namun dengan ijma’ dan qiyas serta berhaluan pada 4 madzab dunia. 

Yang keempat saya berterimakasih kepada beberapa ustad yang menyatakan permintaan maaf kepada warga NU dan mengajak jamaahnya untuk meghargai perbedaan pendapat. Saya melihat beberapa kajian di Youtube mengenai toleransi tersebut. Semua faham mengatakan dirinya ajaran ahlussunah wal jamaah. Namun terjadi perbedaan pendapat ketika melihat hukum beragama. Bukan malah saling membenci dan memecah belah. Seharusnya bersatu karena syahadat kita insyaallah masih sama.

Yang terakhir, saya melihat perkembangan aliran di Indonesia sangat ekstim dan radikal. Saya tidak mengatakan salah, namun jika kita berkaca sebelum tahun 2008, Indonesia sangat aman dan damai melihat situasi dalam keberanekaragaman akidah dan amailyah. Mungkin juga pengaruh medsos yang kebanyakan darinya belajar agama dari alat tersebut. Tidak ada yang salah, silahkan saja belajar agama meski tidak dengan kitab atau ulama. Tapi point utamanya adalah bagaimana kita menghargai perbedaan bukan malah saling membenci satu sama lain. Menuduh dan menghakimi akidah yang lain. Kita tidak akan pernah mengetahui ajaran/golongan/aliran/faham yang benar sebelum kita mengahdap Allah SWT. Dan untuk meyakini kebenenaran masing-masing jangan saling menyalahkan. Kita punya “pagar” masing-masing. Silahkan masuk halaman yang lain tapi jangan merusak “pagar” pemiliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun