bagaimanapun sikap kesatria adalah ketika ia rela mati demi membela harkart martabat sebuah keyakinan yang sedang diperjuangkannya enyaglah segala tentang dirinya yang ia tau, selurh hidupnya telah di hibahkan pada yang ia bela.
wahai kesatria pulanglah, biarkan kami jadi saksi apa bila kau mati dan darah berceceran, maka lihatlah sejarah kelak akan membuktikan bahwa engkau telah syahid di jalan keyakinanmu membela martabat. tidak perlu takut sebab kami akan tuliskan bagaimana heroisme seorang kesatria yang berdiri gagah di depan podium. ada kami bila mereka para penguasa benar-benar melukaimu.
engkau biasa didepan diantara kami, lalu ketika engkau pergi kami dengan siapa? usahlah engkau ragu wahi kesatria janji Tuhan itu benar adanya, bukan kah kami juga belajar darimu, bahwa keyakinan harus benar-benar 100 persen hanya kepadaNya maka percayala wahi engkau kesatriaku Tuhan ada bersama kita.Â
sebab kita yang telah membela kitabnya dari penista kitab Tuhan. ayooo kesatria munculah seperti dulu ketika engkau teriakan kalimat penyemangat kami, aku rindu teriakan Takbirmu, aku rindu gema semangat dari suaramu.Â
tapi kini engkau pergi, ke negri sebrang membiarkan kami berjuang mengadapi mereka yang telah kita sama-sama anggap mereka adalah musuh. kita akan menjaga Tuan dari serdadu penguasa yakinlah seperti dulu kau ucapkan itu berkali-kali pada kami,
lagi, bila kaupun harus gugur wahai kesatria tinta-tinta emas akan siap melukiskan sejarah tentangmu, namamu akan abadi dalam tinta sejarah, dan engkau paham bahwa surga dan bidadari telah menanti.Â
jadi puanglah wahai kesatriaku.......................