Mohon tunggu...
jaucaw
jaucaw Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

mas-mas pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Refleksi dari Formasi Ferguson

23 Agustus 2017   06:32 Diperbarui: 23 Agustus 2017   07:01 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belajar memahami hidup, tidak selamanya dengan menggoreskan pena pada kertas putih. Memahami tujuan juga tidak selamanya dengan mendalami seabrek  teori hidup dengan rumus yang rumit. Terkadang memahami suasana disekitar, dengan peka terhadap suara lingkungan, serta kritis memerhatikan not not kehidupan mampu mengantarkan kepada pemahaman hidup yang simpel dan tidak ruwet.

Sepak bola adalah satu olahraga yang paling disukai oleh seluruh kalangan didunia. Tak ayal jika semua memiliki masing-masing jagoan club atau negara yang menurut perspektif sendiri memiliki statistik, strategi dan nilai plus masing-masing. Salah satunya Manchester United.

Manchester United adalah klub besar yang sukses didaratan Britania, maupun Eropa, setiap musimnya, Club ini selalu mengangkat tropi juara. Prestasi ini juga tak lepas dari peran pelatih berkepala dingin Sir Alex Feguson yang berkat kecerdikan strateginya, Manchester United menjadi buah bibir penggemar sepak bola didunia.

Sebenarnya, pola bermain yang diterapkan oleh Sir Alex Ferguson, memiliki filosofi hidup jika kita peka dan kritis mendalami peran dan fungsi masing-masing pemain yang dipasang. Seperti dalam raihan tropi Premier League yang ke-20, disitu sangat terlihat bahwa Sir Alex begitu mendalami filosofi yang hal ini bisa direfleksikan pada kehidupan.

Dari dulu, Sir Alex identik dengan formasi 4-4-2, di pengujung masa kepelatihannya ia justru mulai "iseng". Pada musim 2012/2013, Sir Alex memilih formasi 4-2-3-1 sebagai andalan. Pada musim itu, dia menggunakan formasi tersebut sebanyak 28 kali; jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan formasi 4-4-2 yang hanya 5 kali ia pakai. Dari "keisengan" itu, Manchester United dia antar meraih gelar juara Liga Inggris untuk kedua puluh kalinya. Jika kita bongkar formasi 4-2-3-1, seperti ini:

Menempatkan De Gea sebagai key player dibawah mistar gawang, dilapisi dengan Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic yang sama-sama memiliki karakter bertahan, kuat, jago duel udara. Rafael Da Silva dan Patrice Evra, disiapkan sebagai wingback yang siap sedia menyerang dan membantu bertahan. Sama sama memiliki kecepatan dan umpan yang perfect dan apik.

Beralih ke tengah, Sir Alex mempercayakan kepada Paul Scholes dan Tom Cleverley atau Michael Carrick. Sama-sama bertugas untuk mengatur serangan, dan punya kemampuan untuk menyeran g dan sigap untuk bertahan. Diposisi winger kanan diisi oleh Antonio Valencia yang memiliki kemampuan crossing menawan, namun berbeda dengan karakter dengan winger kiri yang diisi oleh Ashley Young. Winger ini paling senang membawa bola, sehingga lebih suka bermain menusuk daripada melepaskan umpan ketengah.

Dibelakang striker ada Wayne Rooney yang siap menyerang, siap membantu tengah dan sigap turun ketika pertahanan sedang goyah. Wayne Rooney memiliki peran nomor 10, yakni peran yang paling dibutuhkan oleh banyak sektor. Kemudian depan diisi oleh Robin Van Persie yang tinggal santap dan menganulir menjadi gol.

Sekilas seperti biasa saja, dan sama sekali tidak ada filosofi dalam formasi itu. Namun hakikatnya memang harus jeli melihatnya. Maksud penempatan Rafael, Ferdinand, Vidic, dan Evra adalah memperkuat barisan terbelakang, filosofinya kita diharuskan memperkuat benteng kehidupan kita. Pun juga sebagai pijakan dasar. Tujuannya simpel, supaya tidak terbobol hal-hal yang tidak diinginkan serta tidak terombang-ambing oleh keadaan. Biasanya hal ini kita refleksikan pada waktu masih kecil. Betapa orang tua membekali apapun supaya kita kuat menahan godaan dari luar yang mengandung unsur negatif.

Penempatan pemain tengah yang berkarakter menyerang dan bertahan memberikan pemahaman manusia bebas berpetualang mengeksplore dan namun tetap memiliki pijakan yang kuat serta senantiasa bertahan dalam benteng yang telah terbentuk.

Winger memberikan pengajaran bahwa dalam pencapaian tujuan hidup tidak hanya dengan satu cara. Karena tetap ada kemungkinan gagal dalam penggunaan plan A, dan plan B tetap menjadi pilihan cadangan dalam pencapaian tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun