Dalam stuktur pembangunan sebuah perkumpulan dibutuhkan profesionalisme pengatur, konsistensi yang diatur, serta batasan aturan oleh pengatur tehadap yang diatur. Sebenarnya semuanya berkutat pada satu hal. Atur. Jika ketiga aspek tersebut berjalan lancar beriringan, damai sejahtera adalah keniscayaan bagi pengatur dan yang diatur.
 Namun, saat ini aspek yang sering disorot dan digugat tentang mutu profesionalnya adalah pengatur, pemimpin. Acapkali dalam penyampaian misi dan mimpi, pemimpin mambawa orang dibawahnya untuk terbang kelangit ketujuh. Sangat tinggi terbangnya, sangat merah 'abang-abang lambe'nya. Namun kebanyakan dari mimpi itu, hanya sedikit yang benar-benar terjadi. Jika ditanya, salah siapa? Mereka kompak, pemimpi(n)!
Aslinya, konsistensi yang diatur adalah satu aspek yang penting juga. Sebaik apapun aturan dan seprofesional apapun pengatur, jika yang diatur malah nglewes, damai sejahtera adalah ibarat orang gundul kepingin kuncrit kuda rambutnya, Mustahil. Karena disini dibutuhkan collective collegial antara pengatur dan yang diatur. Satu diantara keduanya keluar jalur, hasilnya tetap saja, nol.
Suatu perkumpulan analogi seperti sebuah truk. Pemimpin adalah layaknya pengatur yaitu sopir. Setiap elemen seperti ban, rem, mesin, klakson memiliki fungsi masing-masing. Jika satu saja elemen itu tidak berfungsi, rem blong misalnya, apakah truk akan berjalan lancar seperti layaknya? Tapi satu hal, apakah rem blong itu ulah sopir? Ingat, sopir hanya mengatur teknis kelancaran jalan, hal diluar itu adalah tanggung jawab masing-masing. Artinya rem blong, adalah ulah rem itu sendiri, dan itu memang diluar kendali sopir.