Merah putih teruslah kau berkibar....
Di ujung tiang tertinggi,
Di Indonesia ku ini,
Lirik lagu dari grup band "Coklat" ini seakan menggugah semangat kaum muda Indonesia yang sudah lama tidak mendengar atau mempedulikan lagi lagu-lagu kebangsaan untuk menggerakkan kembali jiwa kebangsaan. Dulu sekali kita pernah mendengar lagu "indonesia" dari almarhum Gombloh yang lagunya sampai sekarang masih tetap berkumandang terutama di masa perayaan HUT RI seperti sekarang. Juga kita mungkin masih ingat lagu "Bung Hatta" dari Iwan Fals dengan gaya musiknya yang khas. Lagu-lagu tersebut diciptakan karena semata-mata dorongan hati dari para penciptanya yang ingin kembali mencintai dan menanamkan kembali rasa dan jiwa kebangsaan kepada para pendengarnya.
Tak cukup dengan itu, untuk kembali mengingatkan kaum muda pada perjuangan para pahlawan, grup band "Coklat" kemudian merilis album khusus yang berisi lagu-lagu nasionall seperti: Hari Merdeka, Satu Nusa Satu Bangsa dll. Memang lagu-lagu nasional yang dibawakan dengan vokal, gaya musik dan aransemen Coklat tersebut terasa ringan, tidak berjiwa, kurang hikmat, dan kurang menggambarkan semangat kepahlawanan seperti aransemen atau gaya aslinya, tetapi ada satu hal positif disini yaitu, dengan perombakan aransemen yang dilakukan oleh grup Coklat tersebut, kaum muda jadi tergerak kembali atau bersedia untuk mendengarkan lagu-lagu nasional. Perubahan "drastis" pada aransemen lagu nasional tersebut ternyata lebih bisa diterima oleh kaum muda zaman sekarang yang tentunya alam dan cara berpikirnya sangat lain dengan kaum muda zaman perjuangan dahulu.
Memang pada zaman sekarang ini, hari kemerdekaan lebih identik dengan upacara-upacara, karnaval, lomba-lomba, gerak jalan, pemasangan bendera di tiap rumah, umbul-umbul, gapura-gapura kampung yang dihias dengan pernak-pernik merah putih, atau panggung-panggung hiburan yang kesemuanya itu dibuat untuk merayakan hari kemerdekaan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan setahun sekali tersebut, masyarakat diingatkan bahwa hari itu adalah hari kemerdekaan, tetapi akhirnya ya cukup ingat saja, tidak lagi ada perasaan nasional ataupun rasa ikut memiliki bangsa Indonesia. Bahkan, beberapa warga sudah tidak lagi merasa wajib memiliki bendera merah putih di rumah mereka. Untuk apa? Toh tidak memasang bendera pada waktu hari kemerdekaan juga tidak apa-apa.......
Sikab yang sungguh memprihatinkan seperti di atas makin lama makin berkembang melampaui sikab cinta bangsa yang digembar-gemborkan oleh media-media cetak dan elektronik. Oleh karena itu, usaha sekecil apapun untuk kembali menghidupkan jiwa kebangsaan ini patutlah kita hargai. Apa yang dilakukan Gombloh, Leo Kristi, Iwan Fals, Guruh Soekarno Putra dan Coklat hanyalah setitik air di tengah samudra, tetapi bukan berarti bahwa itu sia-sia.
MERDEKA!!