Mohon tunggu...
Jade Suharja
Jade Suharja Mohon Tunggu... -

Pejuang Kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Anies: Mengungkapkan Keberhasilan Harus Elegan!

23 Februari 2017   10:11 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:33 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: indowarta.com

Keberhasilan harus disampaikan dengan cara yang elegan, karena ia bukan sesuatu yang berdiri sendiri, apalagi disimplifikasi hanya melalui satu sosok. Tetap harus rendah hati dalam menyampaikan setiap kesuksesan dan keberhasilan, sebagai upaya untuk mengapresiasi “sesuatu yang lain” yang membantu, dan berada di luar kuasanya. Tak perlu ada kesombongan, apalagi kecongkakan, untuk mengungkapkan dan mengapresiasi sebuah kerja.

Sebab jika cara yang elegan itu tidak dilakukan, maka akan kita temukan sosok-sosok yang dengan sombong dan congkaknya mengungkapkan keberhasilannya, lalu menantang “semesta” untuk mencoba kekuatannya.

Contohnya, Ahok yang pernah sesumbar tentang banjir di Jakarta, lalu oleh para pemuja dan pengikurnya diviralkan sedemikian dahsyat dengan tema keberhasilan menaklukkan banjir di Jakarta. Bahkan Ahok, masih sempat-sempatnya, menantang “semesta” dengan nada yang agakkurang elegan (sebagaimana ciri khasnya).

Ternyata, ketika “semesta” berbicara, hujan mengguyur Jakarta dengan intensitas yang sebenarnya tak begitu luar biasa, banjir terjadi dimana-mana, dan tak surut hanya dalam satu hari saja. Lalu? Ahok dan para pemujanya terdiam. Tentu ini bukan soal “kutukan” atas tantangan Ahok tersebut, tapi itulah isyarat “cosmos”, bahwa tak perlu dan tak penting mengungkapkan keberhasilan dengan cara jumawa yang berlebihan, bangga tak alang kepalang.

Padahal Ahok belum benar-benar selesai memecahkan “Da Vinci Code” dari banjir yang belum terpetakan dengan jelas. Tapi Ahok kemudian mendahului “takdir”, yang ketika “takdir” itu datang kembali untuk menyapa Jakarta, Ahok Cs kembali tak berkutik, lalu banyak hal yang ia salahkan (lagi, sebagaimana ciri khasnya).

Berbeda dengan Anies, ia lebih memilih untuk menyampaikan prestasi dan kerjanya dengan cara yang jauh lebih elegan, karena ia tidak mau terlihat “aneh” ketika dipuji. Anies selalu menekankan pentingnya situasi kebersamaan, sehingga setiap keberhasilan, sejatinya dimiliki secara bersama. Ketika Anies berhasil melakukan sesuatu, tak pernah ada kata jumawa berlebihan keluar dari mulutnya.

Ia tak pernah mengatakan, “Indonesia Mengajar telah bekerja, untuk menyebarkan ilmu ke segala pelosok negeri. Tak akan ada lagi daerah terpencil yang kekurangan guru, karena Indonesia Mengajar telah menjamah semua daerah”. Tak pernah. Tak mungkin juga Anies berkata seperti itu. Begitu pula untuk prestasi lain yang diperolehnya, bahkan untuk yang berkelas internasional dan tak banyak rakyat Indonesia yang memilikinya.

Tentu, kita masih bagaimana dalam satu moment ketika Debat Pilkada DKI Jakarta, Anies pernah mengungkapkan prestasinya, tapi ia mendahului penjelasannya dengan kata “Maaf, bukan bermaksud menyombongkan, tapi terpaksa, hal ini harus disampaikan”. Artinya apa? Ini adalah bagian dari cara Anies untuk menyampaikan apa yang dikerjakan dan berhasil dengan cara yang lebih elegan dan rendah hati, terutama ketika Anies sadar betul, bahwa pencapaian itu dihasilkan dari cucuran keringat banyak pihak. Itulah nilah yang ingin disampaikan.

Cara menyampaikan keberhasilan yang berbeda itu, tentu mengandung implikasi yang berbeda pula di masyarakat. Cara yang elegan dan rendah hati, tentu akan lebih disukai ketimbangekspresi berlebihan dan terkesan sombong untuk sebuah “keberhasilan”, apalagi menantang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun