Mohon tunggu...
Mohamad Kurniawan
Mohamad Kurniawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan sosial bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani.

Setiap orang adalah guru. Setiap tempat adalah sekolah. Setiap waktu adalah belajar. Menulis adalah untuk mengabadikan semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Anak itu Asyik

31 Mei 2017   07:51 Diperbarui: 31 Mei 2017   07:54 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Barangkali banyak diantara kita para orang tua yang pernah merasakan atau bahkan sering mengalami serangkaian hal ini: susahnya menyuruh anak untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, susahnya membangunkan anak dari tidur lelapnya di pagi hari atau susahnya menyuruh anak untuk makan tepat waktu dan sekaligus tepat menu. Belum lagi kalau kita menyuruh anak untuk sholat, mengaji, belajar bisa jadi kita perlu usaha yang lebih ekstra lagi. Mengapa anak cenderung susah untuk diperintah? Mengabaikan larangan? Hanya mau melaksanakan pekerjaan yang enak-enak saja? Memang penyebabnya bisa beragam.

Namun, bila kita telisik lebih jauh, sebenarnya salah satu sifat paling dasar dari seorang manusia adalah: mau enaknya sendiri! Gak peduli itu anak-anak, orang muda maupun orang tua, kaya maupun miskin, dari suku manapun sifat gak mau susah adalah sifat default.

Kembali ke pertanyaan di awal tadi, lantas apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Selalu dalam kondisi ‘tensi tinggi’ ketika menghadapi anak tentulah bukan sikap terbaik. Energi negatif yang keluar akibat respon lemot anak kita atau bahkan mengabaikan sama sekali, tidak hanya berdampak pada hubungan jangka pendek antara kita dan anak kita. Pengalaman pribadi, sebagai seorang ayah dari dua anak perempuan, 16 dan 8 tahun, mengajarkan kepada saya bahwasanya dalam jangka pendek akan tercipta kondisi sama-sama galau. Gak enak hati. Efeknya pada perintah kita hanya akan dikerjakan si anak dengan penuh keterpaksaan. Sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa, hasilnya pun akan asal-asalan. Asal perintah terlaksana, asal dikerjakan dan asal beres. Ujung-ujungnya orang tua dan si anak akan tambah galau. Gak enak banget kan?

Nah, kalau kondisi seperti ini yang tercipta terus menerus, setiap kali orang tua memerintah sesuatu dan reaksi si anak selalu sama, maka bisa kita bayangkan akibatnya untuk jangka panjang bukan? Galau dan asal-asalan yang tiada akhir. Oleh karena itulah maka 3 hal yang harus selalu dipegang oleh kita sebagai orang tua dalam mendidik anak tetap harus kita ingat, dalam situasi dan kondisi apapun. 

Pertama, selalu belajar dengan niat sepenuhnya untuk menjadi orang tua yang baik. Kedua, memberi contoh terbaik dengan melaksanakan apa yang diucapkan. Walk the talk. Anak-anak akan lebih respek kepada orang tua yang melaksanakan apa yang dikatakannya. 

Ketiga, bukan perintah yang diberikan, tapi ajakan untuk mengerjakan sebuah atau beberapa tugas secara bersama-sama. Ingat, tak ada sesuatu yang berkualitas itu tercipta secara instan. Jadi, kerjakan dengan penuh kesabaran dan konsistensi tinggi. 

Keempat, selalu mohon kepada Allah SWT supaya kita sebagai orang tua selalu diberi kekuatan dan kemampuan terbaik untuk menjaga amanah terbesar dariNya. Dan jangan pernah lupakan bahwa anak-anak itu bukanlah ‘orang tua yang masih kecil’. Mereka tetaplah anak-anak yang punya dunia dan pikirannya sendiri. Dan kalau kita mengerti dan memahami dunia mereka, maka kita akan bilang kalo mendidik anak itu asyik!

Selamat belajar!  

#30DWC6 #Day14

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun