Ingat Anas Urbaningrum, ingat Akbar Tanjung, Ingat Nurcholis Madjid, tiga nama ini memiliki tali benang merah yang sama, mereka sama-sama mantan ketua umum HMI, sama-sama cerdas, sama-sama smart, bahkan nama pertama dan ketiga, biografinya telah ditulis dan dijadikan tesis untuk meraih gelar S3……..bukan main.
Akbar Tanjung dan Nurcholis telah sukses melalui liku-liku terjal dunia “politik”, Nurcholis Madjid sukses melalui slogannya “Islam yes, politik no”, sepintas memang Nurcholis tidak berpolitik, kalau itu dikaitkan dengan politik praktis, benar, tetapi sesungguhnya beliau telah sukses melakukan apa yang disebut dengan high politic, sedangkan Akbar Tanjung, semua orang sudah tahu kepiawaian abang kita ini, dari mulai ketua umum HMI, pimpinan redaksi harian Pelita, menteri, dan terakhir ketua umum Golkar, tetapi yang saya ingin sampaikan bukan soal ketua umum Golkar itu, karena jabatan itu normative saja, tetapi, bagaimana seorang Akbar Tanjung yang telah menjadi tersangka dalam kasus penyalahgunaan dana nonbudgeter Bulog senilai Rp 54,6 milyar dapat lolos dan menyelesaikan masalahnya. Inilah kepiawaian dua pendahulu Anas.
Bagaimana dengan Anas?
Sebagaimana dua pendahulunya, sampai sampai saat ini, Anas selalu memenangkan pertempuran terhadap SBY, analisa kemenangan Anas terhadap SBY itu dapat kita lihat sebagai berikut:
·Sebagai kandidat yang “tidak” dijagokan oleh SBY, Anas mampu mengalahkan Andi Mallarangeng dan Marzuki Ali, pada putaran pertama pada pemilihan ketua umum Partai Demokrat di Bandung pada 21-23 Mei 2010, kekalahan Andi Mallarangeng sebagai indikasi kekalahan pertama SBY pada Anas
·Kekalahan kedua, ketika suara Andi Mallarangeng di hibahkan pada Marzuki Ali pada putaran kedua, hal ini menunjukan pertanda kuat bahwa sejatinya Anas bukanlah pihak yang mendapat restu dari SBY, sehingga dengan demikian Anas Urbaningrum harus dikalahkan, sekali lagi Anas memenangkan pertempuran ini.
·Kekalahan ketiga ketika Rakornas pada tanggal 23 Juli 2011 di Sentul digelar di tengah berbagai tuduhan korupsi mendera sejumlah elit Partai Demokrat, khususnya Ketua Umum Anas Urbaningrum, SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dengan tegas meminta para kader yang tak menjalankan etika berpolitik yang bersih, cerdas, dan santun agar mengundurkan diri. Sekali Anas masih aman pada posisinya.
·Kekalahan ke empat, ketika Angelina Sondakh ditetapkan sebagai tersangka, sore harinya SBY segera melakukan pertemuan di Cikeas, hasilnya, kita semua tahu, hanya Angelina Sondakh yang terdelet, sementara Anas Urbaningrum masih melenggang pada posisinya.
Pertanyaannya sekarang, jika Juli 2012 undang-undang Pemilu selesai dibahas oleh DPR dan pemerintah, itu berarti tahapan pemilu mulai dilakukan. Ini artinya harus ada solusi yang mendesak agar secepatnya masalah Intern Partai Demokrat diselesaikan, pemecahannya hanya dua, SBY harus tegas terhadap Anas Urbaningrum, Anas harus dikenai sangsi parta seperti yang dialami Nazarudin dan Angelina Sondakh, atau solusi yang lain,para pihak melakukan kompromi-kompromi, dengan pertimbangan menyelamatkan Partai Demokrat dari kehancuran, jika hal terakhir ini yang akan ditempuh oleh SBY, maka skor yang tercipta 5-0………..wallahu a’llam