Soewirjo, Daan Jahja, Sjamsurizal, Soediro dan kini Joko Widodo. Nama-nama terdahulu adalah pejabat Walikota Jakarta dalam rentang waktu 15 tahun dari 1945 sampai 1960. [caption id="" align="alignright" width="284" caption="Soewirjo, walikota Jakarta I, apa mirip Joko Widodo ? (jakarta.okezone.com)"][/caption] Pada tahun 1961, saat Joko Widodo dilahirkan, Jakarta (baru) dipimpin oleh seorang gubernur yang bernama Soemarno Sosroatmodjo.  Jadi sebelum Jokowi lahir, Jakarta dipimpin oleh seorang Walikota, dan kini Jakarta melahirkan seorang "Walikota" untuk menjadi pemimpinnya. " Kang, apa yang membuat Jokowi mampu merebut suara warga Jakarta 52,97%  mengalahkan sang petahana gubernur Fauzi Bowo ?" tanya pak Pri " Terlalu arogan, dan terlalu percaya dengan nama besar partai Demokrat, ini yang membuat pak Fauzi tidak menyapa rakyat dengan baik setidaknya selama 4 tahun dia menjabat." tukas Nazar " Sudah tahu Demokrat menjadi bulan-bulanan media akibat para petingginya dijerat KPK akibat korupsi. Kasihan pak Fauzi dikibulin para politisi, coba kalau dalam masa jabatannya ia selalu turun ke bawah, menyapa rakyat, paling tidak gunakan "Hari Bebas Kendaraan" untuk berbaur di jalanan dengan rakyat. Jangan lupa program kerja juga harus jalan. Saya lihat pak Fauzi terlalu mengandalkan partai sih ?" ujar mas Bowo " Semua analisis bisa dimunculkan baik untuk kemenangan Jokowi maupun kekalahan Fauzi. Pada putaran I terlihat jelas apa yang dikehendaki oleh warga Jakarta. Mereka mau pemimpin yang baru, dan kebetulan pada sosok Jokowi, ada harapan akan perbaikan Jakarta yang dinilai semakin semrawut dan tidak makin pro dengan rakyat kebanyakan. Mal tumbuh dimana-mana, pasar modern dan mini market muncul bak jamur di musim hujan, sedangkan nasib pasar-pasar tradisional dibiarkan begitu saja. Jalanan semakin macet dan sepertinya tidak ada solusi yang ditawarkan. Warga Jakarta sudah muak, bahkan bukan saja warga Jakarta, mereka juga ingin Fauzi diganti. Melihat Jokowi berhasil dalam memimpin Solo, setidaknya ada harapan bagi warga Jakarta bahwa  Jokowi juga mampu membenahi Jakarta ke arah yang lebih baik." jawab kang Toha " Di era pemilihan langsung memang partai politik diperlukan sebagai kendaraan politiknya. Tetapi kalau kendaraan itu walaupun relatif baru tetapi terlihat jorok dan banyak rusak disana sini, penumpang yang mau naik juga ogah walaupun penumpang itu dibayar. " sambung kang Toha " Maksud kang Toha, Demokrat sudah tidak menarik lagi." ujar Nazar " Bukan hanya Demokrat hampir semua partai seperti itu, termasuk PDIP. Cuma barangkali skala kerusakannya yang berbeda, tingkat kerusakan Demokrat termasuk parah. Sehingga Fauzi dan Nachrawi selaku barang dagangan tidak cukup laku. Figur Jokowi menarik bukan karena PDIP-nya, tetapi Jokowi menarik karena kepribadian Jokowi, kepemimpinan Jokowi dan antusiasmenya dalam memperdayakan wong cilik sebagaimana yang ia tampilkan ketika memimpin Solo. Jokowi digambarkan sebagai pemimpin yang mau mengayomi warga yang berkekurangan dan jabatannya tidak digunakan untuk memperkaya dirinya." jawab kang Toha " Jakarta bukan Surakarta. Jakarta memiliki kompleksitas yang lebih tinggi. Warga Solo lebih homogen sedangkan warga Jakarta lebih heterogen, kepentingan politik dan ekonominya juga luar biasa.  Demikian juga masalah-masalah birokrasi di Pemda DKI dan juga persoalan anggaran yang segede gunung. Ini tentu menjadi tantangan terberat bagi Joko Widodo." sambung kang Toha. " Yang paling penting Jokowi harus mampu lepas dari berbagai kepentingan baik itu yang datang dari PDIP maupun Gerindra dan juga dari pihak-pihak yang merasa membantu "logistik" dalam memenangkan Pilgub yang baru lalu. Jangan sampai antusiasisme warga Jakarta dalam memilih dirinya ternyata dibalas dengan harapan kosong belaka. Tenyata Jokowi nggak beda.  Harapan masyarakat tentu harus direspon dengan baik. Ingat janji-janji kampanye juga harus diwujudkan apapun kendalanya, dan dengan kepemimpinan yang tegas serta TIDAK UNTUK MEMPERKAYA DIRI, Jokowi harus bisa membawa Jakarta dan warganya ke arah yang lebih baik." ujar kang Toha " Jadi .....Fokoke Jokowi untuk Jakarta Baru, ya Kang !" ujar Nazar sumber gambar; okezone.com