Mohon tunggu...
Islah oodi
Islah oodi Mohon Tunggu... Penulis - Wong Ndeso

Penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tubuh pun Bertoleransi

19 November 2019   13:31 Diperbarui: 19 November 2019   13:42 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pixabay.com

Isi hati manusia tak ada yang sama. Isi alam pun berbeda-beda. Bahkan dalam satu keluarga; ayah, ibu dan anak-anak semua memiliki ciri khas sebuah perbedaan. Karena perbedaan adalah sunnatullah yang mana menjadikan keindahan tersendiri.

Pelangi terlihat indah sebab warnanya yang beraneka. Tak jauh-jauh, wajah seseorang pun terlihat sempurna karena adanya bentuk yang berbeda-beda. Dalam wajah terdapat dua mata, satu hidung, mulut, alis, bulu mata pun pada bulat mata terdapat warna yang tidak ada satu macam saja. 

Mengapa harus membenci perbedaan? Toh pada diri manusia itu sendiri mengandung jutaan perbedaan yang berfungsi secara beda pula. Afala tatafakarun? Apakah tak terpikirkan?

Dalam satu komponen tubuh pun ada makna toleransi yang seharusnya bisa menjadi suri tauladan. Tak ada istilahnya otak memaksakan kehendak agar hati sesuai jalan pikiran pun sebaliknya.

Beberapa contoh saja; hati ingin memaafkan, tapi otak kadang egois dengan pendiriannya. Pernah merasa yang sedemikian? Atau tentang orang yang sakit kanker, lidah ingin makan daging tapi tubuh tak bisa menerimanya. Jika toh dipaksakan makan bisa jadi penyakit kankernya semakin menjadi-jadi.

Karena dalam tatanan raga pun ada makna toleransi, dalam tatanan alam pun ada ajaran toleransi. Lalu manusia dengan manusia lainnya hanya karena perbedaan agama, ras, budaya malah saling bermusuhan, mengklaim hanya dirinya saja paling benar.

Andaikan tiap orang cukup berperan sesuai kemampuannya, mungkin kan tercipta peradaban maha dahsyat yang mana impian gemah ripah loh jinawi dan baldatum toyyibatun warrobun ghofur tak hanya wacana belaka. Namun, wujud menjadi nyata. Mulut berperan sebagai awal proses pencernaan. Hidung berperan untuk bernafas. Mata berperan untuk melihat sesuatu yang layak dilihat dan semua unsur-unsur jasad menjalankan titah sesuai porsinya.

Contoh-contoh diatas hanyalah sebatas analogi ngawur yang mungkin salah serta menyesatkan. Karena mungkin setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Saya pun mengakuinya.

Cilacap 191119

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun