Dinamika politik Pilkada DKI itu sederhananya adalah perang opini kontra opini dan isu kontra isu. Coba cek baik-baik materi kampanye para calon selama ini. Baik tim Anis maupun tim Ahok, keduanya terlibat dalam usaha saling serang untuk merebut persepsi publik.Â
 Citra dinaikan, reputasi diumbar, gagasan dijual sampai pada usaha saling fitnah pun dilakukan demi menjatuhkan kredibilitas lawan politik.Â
 Kedua tim melakoni hal ini. Isu Agama menyerang Ahok lantaran 'mulut panasnya' dan isu Anis Si Pembual karena 'mulut manisnya'.Â
 Belum terhitung ratusan bahkan mungkin ribuan berita hoax yang diproduksi dan direproduksi secara terus menerus oleh kedua belah pihak ke ranah publik. Jika ada suatu isu yang menyudutkan kandidat tertentu pasti ada kontra isu tandinganya.
 Namun rupanya isu Agama yang dimainkan kubu Anis berhasil merebut persepsi publik Jakarta. Pengaruhnya lebih kuat dibandingkan kontra opini/isu yang dimainkan kubu Ahok. Kekuatan isu agama makin mencengkram logika publik saat Ahok menyinggung ayat-ayat suci itu. Walaupun Isu agama memang sejak awal dihembuskan.Â
 Lantas walaupun survey menyebut tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Ahok tinggi namun tetap kalah oleh isu fitnah terhadap agama Islam yang gencar dipompa ke ranah publik.
 Itu artinya Ahok kalah karena isu agama yang mendominasi memori publik sehingga berpengaruh pada pilihan politik mereka. Ahok pun keok lantaran isu mulutnya yang panas.
 Banyak orang terkejut atas kekalahan Ahok ini.
 Namun bagi saya ini sudah diprediksi jauh-jauh hari seusai Ahok menyinggung ayat-ayat Almaidah itu. Bagi lawan, tak ada cara lain untuk menyerang Ahok selain mereproduksi terus isu ini ke ranah publik.
 Semakin dipompa semakin kuat cengkramanya ke memori publik. Sejak awal tim Anis terlihat sangat cantik memanage isu agama ini.Â
 Pada titik ini, kelemahan otak manusia rupanya mahir digunakan tim Anis. "Sebuah informasi yang hyperbol sekalipun semisal iklan TV jika terus ditayangkan akan diyakini sebagai kebenaran".
 Di sini tim Anis sungguh tahu bagaimana kampanye hypnosis mengubah persepsi publik terhadap Ahok. Publik tak pusing lagi apa saat itu ucapan Ahok menyebut kata "pakai" ayat Almaidah atau tidak. Dalam benak mereka, Ahok adalah pemfitnah agama atau paling tidak dalang kegaduhan politik negeri ini.Â