Mohon tunggu...
Ira Lathief
Ira Lathief Mohon Tunggu... Penulis - A Friend for Everybody, A Story Teller by Heart

Blogger、Author of 17 books、Creativepreneur, Founder @wisatakreatifjakarta @festivalkebhinekaan Personal Blog :www.iralennon.blogspot.com. IG @creative_traveler

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mohon Maaf Lahir Batin, untuk Kita yang Akan Gunakan Hak Pilih

15 Februari 2017   03:15 Diperbarui: 15 Februari 2017   04:24 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya dalam beberapa jam ke depan saja, aku , kamu, dan kita warga Jakarta akan memilih pemimpin Jakarta. Selama 4 bulan kemarin, saya termasuk giat sekali mempromosikan cagub yang saya dukung, dan mungkin pernah ada postingan saya yang mungkin menyinggung teman teman yang tidak sependapat . Tapi izinkanlah saya berbagi cerita tentang alasan saya memperjuangkan apa yang saya yakini. 

Sebagai Tourist Guide dan Penulis,  bagi saya lebih gampang untuk posting hal hal yang berkaitan dengan jalan jalan dan makan makan.  Ga pake pikir macem macem. Juga aman dan nyaman dibaca buat semua orang. Tapi saya sadar, hidup bukan melulu cari aman dan membuat nyaman semua orang. Ada hal hal yang layak diperjuangkan.  Apa yang saya lakukan selama empat bulan kemarin dalam mendukung Cagub yang saya jagokan, adalah bentuk memperjuangkan hak saya sebagai warga Jakarta untuk mendapatkan pemimpin terbaik untuk Jakarta, kota yang begitu saya cintai. 

Cinta saya terhadap Jakarta tidak muncul begitu saja, walaupun saya asli orang Jakarta. Saat 70persen warga Jakarta mudik ke kampung masing masing saat lebaran, saya tetap tinggal di Jakarta. Seumur hidup, saya tidak pernah merasakan yang namanya mudik lebaran, karena kampung saya adalah Jakarta. Tapi walau begitu, perasaan saya terhadap Jakarta yah “biasa biasa aja”, “datar datar aja”, dan perlahan berubah ketika saya mulai bekerja sebagai Tourist Guide Jakarta. 

Ketika saya memulai profesi sebagai Tourist Guide di tahun 2010, tidak sedikit saat itu orang bertanya kepada saya seperti “Apa menariknya sih Jakarta buat ditunjukkin ke para turis?”,  “Emang apa bagusnya sih cerita tentang Jakarta? “, “Ngapain berwisata  di Jakarta, bukannya kemana mana  cuma macet?”  Pertanyaan seperti itu banyak diajukan oleh warga Jakarta sendiri, yang banyak dari mereka sebisa mungkin memilih keluar dari Jakarta untuk berwisata.  

Saya pun sering bertanya kepada diri sendiri “ Kamu tinggal dan mencari nafkah disini, tidak bisakah kamu mencari tahu tentang hal hal menarik tentang kota ini?”, “ Tidak adakah sedikitpun hal yang bisa kamu banggkan dari kotamu sendiri?”

Tapi saat itu, saya pun belum menemukan banyak hal membanggakan dari Jakarta, selain kota ini adalah Ibukota dan pusat perhatian nasional.  Saat awal saya jadi Tourist Guide, Jakarta saat itu masih dipimipin Fauzi Bowo. Kesan kebanyakan warga Jakarta terhadap Gubernur saat itu juga kurang baik. Setiap kali melihat nama Fauzi Bowo di sosmed, biasanya isinya hanya keluhan dan makian warga tentang kondisi Jakarta.   

Sebagai Tourist Guide, saya diharuskan belajar untuk mengenal lebih baik tentang kota ini. Walaupun saat itu, belum begitu banyak hal menarik tentang Jakarta yang bisa saya ceritakan kepada para turis turis yang saya bawa.  Dalam pekerjaan sebagai Tourist Guide, saya juga menjelajah dan blusukan ke berbagai sudut Jakarta untuk membawa Tur, dari Cilincing hingga Rawa Bening. Dari  Muara Angke hingga Rawa Bangke, yang membuat saya lebih mengenal isi Jakarta. 

Saat saya bepergian ke luar negeri dan mengunjungi kota kota seperti Singapura, Kuala Lumpur, hingga Seoul, saya sering kali membandingkan kondisi Jakarta dengan kota kota maju itu. Saya sering iri melihat di kota kota disana begitu nyaman dan “manusiawi” . Ada banyak taman taman cantik tempat warga berkumpul. Sungai sungai airnya terlihat jernih dan bersih. Trotoar untuk pejalan kaki begitu nyaman untuk dilalui. Transportasi publik juga sangat mudah dan aman.Tidak ada kawasan kumuh yang tidak manusiawi.  Saya sering membatin , “Kapan ya di Jakarta bisa seperti ini? “ 

Impian-impian saya tentang kota ideal itu perlahan bisa saya lihat menjadi kenyataan. Bukan sulap dan bukan sihir. Dalam lima tahun belakangan ini, saya melihat perubahan Jakarta yang begitu cepat.  Di Jakarta saat ini, ada banyak taman taman cantik tempat warga berkumpul dan berkegiatan.. Kini trotoar untuk pejalan kaki pun begitu nyaman untuk dilalui, tidak lagi dikuasai para pedagang kaki lima. Transportasi publik juga sangat mudah dan aman, bahkan kini bis TransJakarta beroperasi hingga 24 jam dan juga sudah menjangkau ke berbagai pelosok Jakarta.  Sungai sungai di Jakarta kini terlihat jernih dan bersih, padahal dulu rasanya seperti mustahil melihat sungai di Jakarta bisa bersih dari tumpukan sampah. 

Dahulu saat membawa Tur, rasanya malu untuk menunjukkan sungai sungai kepada para turis. Sekarang, saya bisa dengan bangga menceritakan perubahan Jakarta, tentang kondisi sungai sungai yang jernih dan taman taman kota yang cantik, tentang kota Jakarta yang terus berbenah. Kini begitu banyak hal membanggakan tentang Jakarta yang bisa saya ceritakan dan bagikan kepada setiap wisatawan yang saya temui. 

Nenek saya sering bercerita, dulu di jaman Belanda kondisi sungai dan got got sangat bersih karena tiap minggu ada petugas yang membersihkan/ menyemprot ke pemukiman warga. Jadi nyamuk pun jarang.  Nenek saya kini sudah berusia 85 tahun dan kondisi fisiknya ga memungkinkan untuk bepergian ke luar rumah. Satu satunya hiburan baginya adalah duduk di teras untuk mencari udara segar. Tapi ia pun gak bisa duduk lama lama di teras, karena banyak nyamuk berseliweran di teras rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun