Mood Booster di awal minggu buat saya adalah bisa dapat banyak inspirasi dari cewek cewek setrong dan kreatif di acara Sharing Moment SHEnergy Kreasi yang diadakan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan AnakKPPPA dan dibuka oleh Bu Menteri Ibu Bintang Puspayoga di Gedung Perpustakaan Nasional hari Senin 16 Desember 2019 lalu.
Para perempuan setrong ini bukan saja sukses membangun usahanya tapi juga memberi dampak luas bagi sekitarnya dan membuka lapangan kerja bagi ribuan orang.
Dalam sambutan pembukaanIbu Menteri Bintang Puspayota menekankan bahwa wirausaha perempuan harus bisa berkolaborasi dan menggandeng kaum perempuan lain, utamanya wirausaha perempuan milenial dan wirausaha perempuan di daerah tertinggal untuk berdaya dan memperluas jejaring usaha di era digital.
Perempuan diharapkan tidak hanya berdaya secara diri sendiri, namun juga mampu memberdayakan para perempuan di sekitarnya sehingga seluruh perempuan di pelosok tanah air bisa berdaya. Jika perempuan bisa berdaya, maka angka kekerasan terhadap perempuan dan anak akan menurun, begitu juga dengan angka perkawinan anak dan pekerja anak yang akan menurun.
Perempuan Indonesia juga diharapkan tidak hanya berdaya dalam bidang ekonomi, namun juga berdaya di bidang pendidikan, pengasuhan anak, dan sosial budaya, begitu kira kira harapan yang disampaikan Bu Menteri KPPA kepada kita semua.
Rangkaian topik yang dibahas dalam Sharing Moment "SHEnergy Kreasi" ini sangat sangat menarik bagi saya. Menghadirkan CEO Hijup.com, Diajeng Lestari; Co - Founder Du'Anyam, Hanna Keraf; GambaranBrand Group, Arto Biantoro; DuitHape, Sara Dhewanto; Gofood Top Merchant Kopi Soe, Silvya Surya; dan Head of Seller Development Blanja.com, Sherlyana.
Dari seluruh pembicarasaya paling terkesan dengan sharing dari CEO Hijup dan Duanyam. CEO Hijup, Diajeng Lestari bercerita mengenai kebiasaannya sejak kecil yang sering mengikuti ibunya ke bazar dan keadaan ekonomi keluarganya yang membuat ia bangkit berwirausaha.
"Sejak umur 5 tahun, saya sering diajak ibu saya mengikuti bazar. Ibu saya juga suka berpartisipasi menjual produk kerajinan tangannya di bazar atau menjual produk dari perajin lainnya. Jadi, sejak kecil sudah terbiasa melihat proses produksi pakaian dan kerajinan tangan hingga proses penjualannya, dan bagi saya hal tersebut mengasyikkan. Nah, ketika saya duduk di bangku kuliah, keadaan ekonomi keluarga saya terkena efek krisis moneter. Ternyata, salah satu penyebab krisis moneter adalah ketidakstabilan ekonomi negara, dan cara mengatasinya dengan memperkuat ekonomi dalam negeri, salah satunya dengan cara memperkuat kewirausahaan," tutur Diajeng.
Co - Founder Du'Anyam, Hanna Keraf juga bercerita mengenai perjuangannya dalam memberdayakan perempuan lokal, terutama dari daerah tertinggal melaui produk anyaman. Hingga saat ini, Du'Anyam telah memberdayakan 1.005 Mama - mama di Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kami awalnya melihat permasalahan yang terjadi di masyarakat sekitar, lalu mencari potensi yang dimiliki oleh masyarakat, salah satunya di NTT. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, anyaman telah digunakan dalam kehidupan sehari -- hari dengan bahan yang berbeda -beda.
Namun, belum ada wadah yang mengangkat anyaman untuk menjadi potensi ekonomi bagi perempuan di Indonesia. Awalnya, kami juga mengalami banyak penolakan dari klien perusahaan kami, namun kami tidak mau menyerah. Kita harus pintar beradaptasi dengan keterbatasan eksternal yang tidak bisa kita control, seperti infrastruktur terkait pengiriman barang.