Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lagi Maki dan Fitnah Hewan Unta!

28 Desember 2016   22:20 Diperbarui: 29 Desember 2016   00:38 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dengan tersenyum lebar dan mata yang bercahaya, sang unta gurun ini dengan lembut menggendong dua gadis cilik kulit putih ini, menelusuri sebuah pantai indah di Mesir. Sumber image www.thinkstockphotos.ca.

 

Di negara Indonesia yang sedang mengalami banyak gangguan keagamaan sekarang ini, banyak sekali orang (saya tidak termasuk) yang dengan KERAS dan KEJAM suka memaki dan menfitnah seekor hewan gurun pasir yang tahan haus lantaran memiliki bank air di punuk-punuknya, yang kita namakan UNTA (atau camel).

Di banyak tempat dan kesempatan saya sudah bilang untuk mengingatkan, "Wah unta itu binatang yang tidak bersalah. Unta itu sama baiknya dengan cendrawasih, elang, kupu-kupu, ayam, itik, kambing, burung unta, domba, pig, kuda, keledai, bagal, dog, panda, singa, ular, sapi, kerbau, burung hantu, kura-kura, fliper, ikan mas, bunglon, gajah, mammoth, musang, katak, buaya, cicak, kadal, marmut, tikus, kelinci, pingguin, serigala, rase, dan seterusnya (tambahkan sendiri ya).

Semua hewan nonmanusia dalam dunia ini yang jumlah spesiesnya sangat banyak, ya tidak berpolitik, tidak beragama, tidak berbudaya, dan tidak mendirikan ormas-ormas apapun yang punya akta pendirian yang legal. Juga tidak ada ormas ilegal hewan pingguin atau semua binatang lain. Semua hewan itu baik, dan harus manusia lindungi dan jaga, apalagi hewan yang hampir punah karena ulah manusia atau karena kondisi-kondisi alam yang berubah radikal dan merusak habitat mereka masing-masing.

Sama seperti manusia cerdas itu muncul dari evolusi biologis, begitu juga unta dan semua hewan nonmanusia lain tercipta lewat evolusi. Evolusi biologis itu FAKTA yang tak perlu lagi diperdebatkan dan disangkal. Yang diperlukan adalah menerangkan dan mendeskripsikannya dengan makin persis dan makin detail sejalan dengan kemajuan pesat berbagai bidang ilmu lain, khususnya biologi molekuler.

Pada awal evolusi, yang ada adalah anekaragam mikroorganisme bakteri. Kemudian setelah mikroba-mikroba berevolusi selama 3,5 milyar tahun lebih, maka 300.000 hingga 400.000 tahun lalu alam (atau jika lebih indah buat anda, sebut saja: Tuhan) melahirkan organisme cerdas yang dalam bahasa Latin disebut Homo sapiens, insan yang arif dan cerdas, di Afrika Selatan. Lambat-laun, sambil terus berevolusi jangka sangat panjang, Homo sapiens bergerak menyebar ke segala penjuru Bumi lewat banyak rute perjalanan.

Kita SAMA dengan unta, dan unta SAMA dengan kita, dalam arti bahwa kedua hewan ini sama-sama produk evolusi biologis lewat SELEKSI ALAMIAH yang berlangsung RANDOM lewat kemampuan atau ketidakmampuan setiap spesies untuk BERADAPTASI dengan lingkungan-lingkungan alam sebagai habitat masing-masing yang terus berubah karena bermacam penyebab, alamiah atau buatan sendiri. Dalam rangka adaptasi inilah semua spesies lambat laun mengalami baik MUTASI maupun EVOLUSI pada segi mental (emosi dan kognisi) dan segi fisik, atau juga PUNAH jika tidak bisa beradaptasi atau terkalahkan dalam kompetisi atau tidak bisa bertahan ketika diserang berbagai bencana alam.

Nah, ada PERBEDAAN YANG TAJAM antara kita dan unta. Kita memiliki bagian besar terluar otak (dua pertiga dari keseluruhan volume otak kita) yang dinamakan KORTEKS NEO-MAMALIA atau korteks MAMALIA MODERN. Korteks NM yang usianya masih sangat muda dalam rentang sejarah panjang milyaran tahun evolusi biologis ini membuat Homo sapiens memiliki kemampuan KOGNISI yang sangat jauh lebih maju jika dibandingkan hewan unta padang gurun.

Unta tidak memiliki korteks NM yang membuat manusia memiliki kemampuan RASIONAL untuk berpikir, bernalar, berargumentasi, belajar, bertanya, meragukan, skeptik, dan untuk membangun ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, masyarakat yang ditata dengan legal dan rasional, dan peradaban yang terus makin maju ke depan. Dengan memiliki korteks NM manusia juga mampu bertafakur, merenung dalam-dalam tentang asal-usul dan maksud serta tujuan kita ada dalam dunia ini.

Kapasitas kognitif kontemplatif eksistensial ini tertanam dalam sentra-sentra neurologis yang memproses kemampuan kognitif kita untuk mencapai kearifan dan kebajikan yang terus meningkat dan meluas. Filsafat, kearifan, mitologi, senibudaya, religi, pertanyaan-pertanyan besar ("Big Questions") eksistensial muncul karena kita punya korteks NM. BQs itu mencakup pertanyaan-pertanyaan: "Siapa kita?", "Dari mana asal kita?", "Apa hakikat kehidupan ini?", "Kenapa kita menderita, bagaimana kita bisa bahagia?", "Ke mana tujuan kehidupan kita?", "Siapa sesama kita?", "Kenapa kita mati?", "Bagaimana cara untuk mencapai keabadian?", "Darimana jagat raya ini berasal?", dll. Dalam budaya mistikal Jawa, dikenal sebuah renungan filosofis sangkan paraning dumadi.

Hewan unta hingga detik ini tidak mampu masuk ke ranah kontemplatif eksistensial ini karena otak unta tidak punya korteks NM. Unta tidak membangun sistem filosofis dunia peruntaan. Unta tidak menginvensi agama. Tidak menyusun kisah-kisah dan tidak mencipta berbagai metafora. Mereka tidak membangun peradaban peruntaan. Tentu saja tidak ada unta ilmuwan, unta teknolog, unta seniman, atau unta politikus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun