Mohon tunggu...
Intan Nurcahya
Intan Nurcahya Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N Sukaresmi Cianjur, berlatih menulis, menyerap dan menyebar virus literasi.

Guru SMP N Sukaresmi Cianjur, berlatih menulis, menyerap dan menyebar virus literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dunia Terbalik yang Tak Serenyah dalam Sinetron

29 Maret 2017   21:19 Diperbarui: 29 Maret 2017   21:39 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Saatnya dunia terbalik”…begitulah salah satu PM akun medsos teman saya di suatu malam. Ya sekarang ini memang demam “Dunia Terbalik” sedang melanda para penggemar tontonan di televisi. Dunia terbalik adalah sinetron yang ditayangkan di salah satu stasiun tv swasta, dibintangi oleh Agus Kuncoro, Sutan Simatupang, Indra Birowo, Bengbeng, dll yang mengisahkan tentang kehidupan  sebuah kampung yaitu dimana banyak perempuannya menjadi TKW di luar negeri. 

Para istri harus mencari nafkah menggantikan peran seorang suami mencari uang di luar negeri. Sementara para suami harus mendidik anak serta mengurus rumah tangga yang biasanya menjadi urusan para istri. Diantara para suami desa  itu ada Akum, Aceng, Idoy, dan Dadang.

Saya sendiri jarang sekali menonton sinetron, tapi saking penasarannya saya menyempatkan diri menontonnya, dan saya akui sinetron ini sangat menghibur, mengangkat cerita yang dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Konflik –konflik ringan dalam kehidupan bertetangga disajikan dengan senyata mungkin, membuat penonton ikut merasakan apa yang ada di sinetron tersebut. 

Dengan kemampuan acting yang alami dari para pemainnya, Dunia Terbalik seakan menjadi paket komplet, drama, humor, dan sisi religi menjadi satu. Sisi religi yang diangkat pun hal-hal yang dekat dengan penonton. Ketika sinetron lain banyak dihujat karena dianggap memberikan tontonan tanpa tuntunan, sinetron ini seakan menjadi kebalikan dari hal itu.

Menurut sutradaranya,  Dunia Terbalik terinspirasi dari sejumlah daerah yang ada di Jawa Barat yang kaum perempuannya banyak berprofesi sebagai TKW, sementara para lelaki mengurus rumah, berperan ganda menjadi ibu dan sekaligus ayah. Meskipun banyak juga suami–suami di kota besar yang beralih profesi sebagai bapak rumah tangga karena ditinggal istri bekerja. Melalui Dunia Terbalik ada pesan yang ingin disampaikan bahwa seharusnya tugas mencari nafkah itu diemban suami, bukan istri. Sinetron ini merupakan sindiran  secara halus untuk para pria yang tidak bekerja dan malah mengandalkan istrinya.

…………

Sebenarnya kehidupan dunia terbalik pernah sangat dekat di kehidupan saya. Pada awal tahun 1999 sampai hampir 15 tahun berikutnya, saya ditugaskan di daerah Cianjur dimana banyak sekali perempuan-perempuan di sana bekerja sebagai TKW di daerah Timur Tengah. Kabupaten Cianjur pada tahun 2011 tercatat sebagai kabupaten dengan jumlah TKW terbanyak di Jawa Barat. 

Saya tidak punya data pasti mengenai persentase atau perbandingan jumlah perempuan yang menjadi TKW itu, tapi dari yang saya lihat hampir setiap rumah di sekitar saya memiliki anggota keluarga yang menjadi TKW. Dan sayangnya dunia terbalik yang saya kenal tidaklah serenyah dalam sinetronnya, tanpa melalui penelitian, saya cukup tahu banyak kisah-kisah “underground” dari fenomena ini dari pengalaman saya menjadi guru di sana.

Saya pernah nge-kost di suatu rumah dimana gang ke rumah itu dikenal dengan sebutan Gang Saudi, ini dikarenakan banyaknya penduduk di sana (perempuan) yang pergi ke Saudi menjadi TKW, baik yang masih aktif atau yang sudah jadi mantan Saudi (sebutan bagi yang pernah jadi TKW) termasuk ibu kost saya. Deretan rumah permanen di sana sebagian besar adalah rumah Saudi, ini merupakan salah satu imbas positif dari pekerjaan jadi TKW, tingkat melanjutkan sekolahpun mengalami kemajuan dari tahun-tahun sebelumnya, rombongan anak-anak sekolah dengan gadget di tangan atau tak jarang seliweran dengan sepeda motor menjadi pemandangan sehari-hari.

Dalam sinetronnya dunia terbalik hanyalah menyindir kaum laki-laki yang menjadi pemalas dan mengandalkan istri untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Di sini pun memang demikian, meski mungkin tidak bisa digeneralisasikan bahwa suami yang istrinya menjadi TKW pasti seperti itu. Hanya saja jika perginya istri ke Saudi hanya menjadikan suami jadi malas, dan berperan terbalik menjadi pengurus rumah tangga, itu mungkin tidaklah terlalu buruk. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, beberapa fakta dunia terbalik di sini benar-benar membuat “dunia terbalik”.

Saya mengajar di salah satu SMP Negeri, tak terhitung siswa di sana yang ditinggal ibunya merantau jadi TKW, mereka biasanya tinggal sama ayah atau sama kakek/neneknya. Ada yang baru ditinggal bulanan saja, atau baru dalam hitungan 1, 2, atau 3 tahun, bahkan ada yang ditinggal sejak masih balita sampai usia mereka di SMP. Ada yang rutin ibunya pulang tapi ada juga yang sejak kecil hampir tak pernah bertemu lagi. Ada yang masih berhubungan via telepon atau medsos, tapi banyak juga yang loss kontak sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun