Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Berudu atau Kecebong, makhluk hidup yang sedang menuju transformasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKI Harus Meminta Maaf Dahulu Agar Sejarah Versi Orde Baru Bisa Direvisi

20 September 2017   08:50 Diperbarui: 20 September 2017   09:47 3518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bejo Untung yang sudah sangat sepuh masih memperlihatkan kesungguhannya untuk "menjernihkan" dan "meluruskan" wadah butek dan benang kusut dari tragedi paling berdarah dalam sejarah panjang manusia.  Ketua Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965, sebuah yayasan yang didirikan oleh eks tapol PKI di jaman Orde Baru ini masih bertahan untuk menunggu permintaan maaf yang disebut oleh anak pentolan PKI, Ilham Aidit di sebuah acara di televisi semalam. Raut wajah keras karena tekanan luar biasa yang dia terima saat di tahan di Kodam V Jaya tanpa sebuah proses peradilan. Memakan daging tikus, kadal dan nasi basi bercampur batu. Begitu katanya.

Setidaknya di dalam acara tersebut, secara implisit dan mengalir, anggota aktif dari IPI (ikatan pelajar Indonesia) sebuah organisasi underbouw dari PKI tersebut mengaku "kekiriannya" dan menjelaskan posisi pandangan politiknya. Bagi penulis semalam sudah jelas terungkapkan bahwa Bejo Untung dan Ilham Aidit mengakui paham yang mereka anut yakni komunisme. 

Lalu dimana lagi relevansinya pertanyaan apakah PKI atau Neo-PKI masih eksis atau tidak? Jelas dua gembong pergerakan ini menyatakan bahwa mazhab politik yang paling fasis ini masih dianut oleh mereka dan berpeluang besar akan terus mengusung dan menyuarakan paham sesat lagi menyesatkan dalam politik negara ini. Insiden demi insiden yang dibangun persepsi publik mereka sedang dan terus dikuyo-kuyo adalah sebuah proses marketing yang brilyan. Maka patut sekali rasanya tekanan demi tekanan juga selalu diberikan kepada PKI oleh rakyat yang anti PKI agar persepsi di publik senantiasa berimbang. Tidak ada pembiaran sehingga pada akhirnya mereka mendapatkan ruang untuk bertransformasi kembali ke wajah asli mereka.

Upaya-upaya politis mereka meminta maaf karena adnya pemahaman bahwa -sebut saja- genosida yang terjadi selalu dilakukan oleh negara (state crimes) tanpa berusaha untuk flash-back bahwa jika pembantaian yang dilakukan oleh militer itu di sokong oleh kekuatan sipil kepada simpatisan, anggota dan pengurus inti PKI berikut semua organisasi underbouw-nya karena aksi inisiasi yamg terjadi pada tahun sebelum 1965 (kejadian Madiun 1948 dan sebelum September 1965) yang mengakibatkan Gubernur Suryo dan Dr. Moewardi (diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit daerah di Solo) di bunuh secara keji. Banyak sekali aksi-aksi sadis PKI ini yang mereka sendiri malu untuk mengeksposnya dan memilih untuk menghiba-hiba menceritakan saat rakyat sipil anti komunisme melakukan perlawanan balik.

Dalam beberapa angle di acara di televisi semalam tersebut terlihat para gembong PKI ini gesture-nya menunjukkan mereka tetap berpihak kepada ideologi fasis tersebut. Baik Bejo Untung dan Ilham Aidit (anak pentolan PKI, Aidit yang ditembak oleh tentara) mengekspresikan bahwa kaum kiri masih eksis. Perbedaan mencolok mereka hanya berkutat bagaimana sedihnya diburu oleh kaum nasionalis-agamis dan melupakan prilaku barbar mereka saat sedang berjaya-jayanya karena menjadi anak kesayangan Soekarno.

Wahai PKI minta maaflah kepada para korban yang di cacah-cacah muka dan badannya saat masih bersarung, tengah wirid di mushala dan berlarian di pematang sawah. Minta maaflah kepada istri-istri, anak-anak dan orang tua yang kehilangan jiwa terkasih mereka disela-sela mata beringas kaum marxis ini. Jangan pernah berharap rekonsiliasi jika kalian masih berfikir kalian adalah korban.

Adapun para penggiat HAM dan bangga menyebut dirinya sebagai manusia bijak di jaman peradaban dan cenderung mengumpati mereka yang masih meradang atas sikap-sikap provokatif Bejo Untung CS untuk segera memilih sikap. Tidak ada area abu-abu diantara pertikaian berdarah ini. Tidak ada juntrungannya reaksi keras ini melulu oleh FPI dan ormas garis keras lainnya. FKPPI, Pemuda Pancasila, Laskar Muslim dan puluhan juta bahkan ratusan juta penduduk Indonesia menyediakan waktu untuk bersatu padu menghadapi setan-setan ini.

Salam Ujung Jari!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun