Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Sang Saka Merah Putih di Masa Rezim Koplak

23 Januari 2017   08:35 Diperbarui: 23 Januari 2017   09:14 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rezim ini seperti alergi dengan bau-bau arab. Mulai dari gamis putih pakistani (bukan arab), bau wangi misik, jenggot, celana cingkrang, orang-orang arab jalur Hadramaut, Yaman hingga bahasa arab sehingga keluarlah sebuah statemen sinting dari seseorang yang melafadzkan "subhana wa ta'ala" saja belepotan seperti orang jepang menyebut telor rebus. Arab seakan-akan menjadi racun peradaban di era rezim ini. Rezim yang se-indung dengan sebuah era dimana langit Indonesia diumbar ke dunia internasional dengan menjual murah salah satu BUMN ke negeri tetangga. Sinting kwadrat dikalikan bego seratus meter.

Mereka alergi dengan arab hingga keluar lagi racauan orang tua lupa diri tersebut bahwa jika ingin menjadi Islam harus benci dengan arab. Penulis jadi berfikir, jangan-jangan nabi yang dia maksud bukan bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib melainkan Bambang bin Waskito bin Sunaryo, seorang pria keturunan Pemalang asli.

Alkisah seorang hafidz (penghapal ribuan jumlah ayat, ratusan surat, puluhan juz) di tangkap pihak kepolisian karena membawa kemana setiap ada demo dari ummat islam terkait kebijakan politik rezim ini yang timpang kepada Islam selembar bendera merah putih yang di imbuhi dengan lafadz syahadatain. berikut pedang terhunus di tengah-tengahnya. Pihak kepolisian berdalih dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan yang memuat tentang sejumlah larangan.

Entah larangan tersebut secara implisit atau vested juga mungkin menggunakan kamus kosa kata yang kurang lebih menyatakan "hanya berlaku" kepada simbol-simbol arab dan obyek-obyek yang menggunakan bahasa arab sebagai media komunikasi sehingga beberapa fakta yang kurang lebih sama dengan prilaku dari hafidz yang mengibar-ngibarkan sang saka merah putih berikut imbuhan sebuah kalimat yang bahkan dunia pun bergetar, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah penyampai risalah kebenaran.

Jenderal Tito seperti mengalami amuk psikologis, entah efek dari begitu cepatnya karir dirinya melesat atau tekanan dari atasannya yang galau membuat pemimpin tertinggi institusi kepolisian di negara mayoritas berpenduduk islam ini menciduk Nurul Fahmi dan menjebloskannya ke penjara. Dalih peghinaan disandangkan kepada pemuda yang memiliki ghirah tinggi untuk membela agamanya. Dan Tito seperti lupa menyisir fakta-fakta digital disekian banyak situs yang menampilkan beberapa pihak yang dengan bangga memperlihatkan sang saka merah putih telah beralih rupa menjadi medium ekspresi yang mereka publikasikan sedemikian rupa.

Agar mempercepat proses penelusuran, maka penulis sertakan beberapa fakta-fakta beberapa oknum pelaku penghinaan kepada lambang-lambang negara seperti bendera di artikel ini. Semoga bisa membantu pihak-pihak yang berkompenten untuk segera menangkapi mereka dan menggabungkannya dengan pemuda yang memiliki kesukaan yang serupa, yakni menghina lambang-lambang negara.

Demikian sejumlah bukti-bukti yang bertebaran di dunia maya yang sangat bisa dibuktikan keotentikannya melalui metadata yang tentu saja sudah sangat dikuasai oleh tim cyber di kepolisian. Tinggal dipanggil beberapa pihak yang bisa menjadi saksi atas ekspresi (kalau tidak ada huruf arab bukan penghinaan) yang dilakukan oleh mereka.

Semoga Indonesia tambah makmur dan rakyatnya tidak perlu menanggung hutang hingga tujuh keturunan karena dikelola oleh pemerintahan yang galau (salah satu indikasinya adalah meriang jika melihat tulisan syahadatain) akut. Amin!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun