Ada yang menanyakan tempat sol sepatu paling lengkap. Jawabannya “Sol Sepatu Kemiri”. Disebut sol sepatu kemiri karena letaknya persis berdempetan dengan makam atau kuburan Kemiri. Tepatnya di Jalan Rawamangun Muka persis di depan makam kuburan Kemiri, samping sebelah kanan Pasar Sunan Giri Rawamangun Jakarta Timur. Di sana ada sederet lapak khusus sol sepatu, sendal, tas, dan barang-barang sejenisnya yang terbuat dari kulit.
Saya pagi itu memang sengaja dari rumah, datang ketempat sol sepatu untuk ngesol sendal butut tetapi masih sangat nyaman dipakai. Membuka pembicaraan, “ ini ada banyak barang bermerk nangkring di rak barang-barang dari kulit asli, yang ini sandal bekas mau dijual berapa mas “ tanyaku. Yang itu tidak dijual pak, memangsih kualitasnya masih bagus pak, tetapi sekedar untuk pajangan, tidak untuk dijual, kecuali terpaksa “ pungkasnya.
Di rak yang sederhana dan menempel di dinding kayu kusam tersusun ala kadarnya beberapa jenis dan model sepatu dan sendal bekas, dan tas bekas, yang dijadikan pajangan untuk menarik para pelanggannya. Meskipun barang bekas pakai, tetapi sudah dipermak sehingga kelihatan menarik, ada pelanggannya yang suka menawar barang pajangan yang ia susun rapi dan menarik, seperti yang saya tanyakan tadi, padahal tidak untuk dijual, katanya sekedar untuk pantas-pantas.
Apa boleh buat saya bertanya juga sekedar basa basi, karena tujuan utama saya mau ngesol sendal, bukan mau beli sendal bekas. Tetapi paling tidak untuk membuka percakapan dengan mas Hari. Demikian, Hari Yuda dialah nama pemilik lapak sol sepatu yang saya datangi itu. Orangnya masih muda, yang mewarisi lapak sepatu milik orang tuanya, sejak 2 tahun lalu. Nama lengkapnya Hardi Yuda (27) membuka usaha sol sepatu, sandal, tas kuli, dan segala barang kerajinan kulit.
“Saya menempati lapak ini karena patuh sama orang tua, bapak saya Pak”, “Beliau sudah tua sudah saatnya istirahat di rumah, jadi saya yang harus menggantikan dan melanjutkan usaha beliau” katanya. Memang lapak sol sepatu yang ia miliki tidak besar, hanya ukuran 1,6 x 1, 75 meter. Dari Pemerintah DKI Jakarta hanya mewajibkan membayar Rp 300.000,- perbulan, dan dibayarkan lewat Bank DKI.
Hardi anak muda yang penuh optimis dan tipe pekerja keras. Sejak ia masih sekolah sudah ditanamkan oleh orang tuanya rasa tanggung jawab dan kerja keras. Hardi Yuda nama panggilannya Hardi (27) pria kelahiran 1988, asli Sukabumi. Setamat SMA Negeri Sukawening tahun 2006 yang sekarang menjadi SMA Negeri 14 Garut, ia bekerja di Unilever. Sedianya pengin melanjutkan kuliah di jurusan matematik UNJ, sesuai dengan jurusan IPA ketika di SMA.
Tetapi apa daya faktor biaya yang tidak mendukungnya. Terpaksa ia memutuskan untuk bekerja di PT Unilever Cikarang dengan status pekerja kontrak. Tahun 2010 ia berhenti dan mendapat pesangon sebesar Rp 9.000.000,- Dari pesangon yang ia peroleh dari perusahaan tempat ia bekerja sebagian dipergunakan untuk modal berdagan istrinya di rumah.
Sebagai suami yang baik ia berusaha keras harus mendapat pekerjaan baru demi menghidupi istri dan kedua anaknya Rehan (3) dan Ulfa (1). Ia beruntung tidak terlalu lama menganggur Hardi mendapat pekerjaan barunya di PT Yamaha Motor. Karena statusnya yang pekerja kontrak lagi-lagi hanya bisa diperpanjang sampai dengan 2012.
Usaha terakhir ia putuskan untuk untuk bekerja di PT L’oreal dari 2012 sd 2014 setelah kontrak kerja habis ia mencoba peruntungan untuk membuka usaha kecil-kecilan kerajinan dompet dan melanjutkan pekerjaan bapaknya sebagai tukang sol sepatu di Jakarta. Pekerjaan ini ia peroleh keahliannya langsung dari orang tuanya.