Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Gedung, yang Dipakai Bersama untuk Mesjid dan Gereja

20 Mei 2013   12:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:18 2615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1369026607946783125

[caption id="attachment_262426" align="aligncenter" width="624" caption="Sholat di Gereja St.Jhon Episcopal. Sumber: BBC News"][/caption] Ketika Damaskus ditaklukan pada abad ke-7 M oleh Khalid bin Walid, ada cerita yang menarik yang pernah saya baca. Tentang sebuah gedung tua yang amat luas, bekas dipakai oleh penganut Zoroaster. Gedua tua ini dibagi dua. Disatu sisi dipakai sebagai gereja, dan disisi lain dipakai sebagai mesjid. Jadi, satu gedung dengan halaman dan pagar yang sama dipakai beribadah oleh dua penganut agama yang berbeda. Indah sekali bukan? Walaupun karena penggunaan yang semakin luas, pada abad ke 9, gedung ini akhirnya dijadikan Mesjid, tetapi itu dilakukan setelah negosiasi yang cukup lama dan kompensasi pembangunan Gereja Virgin yang tak kalah indahnya di Damaskus. Jadi, bayangkan, kebersamaan beribadah di gedung yang sama itu dilakukan cukup lama. Kemudian, abad-abad toleransi yang indah juga dilakukan oleh Akbar, kaisar Mogul di India (1556 - 1605 M). Kaisar ini mempunyai semacam balairung dan penasihat yang diisi oleh berbagai agama, dari Islam, Kristen, Hindu, Sikh, Buddha. Penghormatannya terhadap agama lain membawa India menjadi negara yang cukup damai. Bukan itu saja, di bawah kepimpinan Akbar, India menjadi negara terkaya di dunia. Bahkan Ratu Elizabeth I mengirim surat kepada Akbar, memuji kepemimpinan yang memakmurkan India dan penghormatannya terhadap keyakinan yang 'lain' itu (sumber BBC documentary). Tetapi sayang, pengganti Akbar adalah orang yang ingin memaksakan umat Hindu masuk Islam. Dan perang pun berkecamuk. Darah tumpah, kemiskinan menjerat. Dan baru-baru ini saya baru membaca berita yang mengharukan. Di Scottland, Inggris, sebuah gereja (St.John Episcopal Church) menyediakan tempat bagi umat Islam untuk sholat jumat di gerejanya. Ini terjadi karena sang Pendeta tidak tega melihat umat islam yang ketika jumatan diterpa musim dingin. Mesjid yang ada tidak mencukupi, sehingga luber hingga ke jalan. Pendeta ini dengan pro aktif menawarkan gerejanya dijadikan tempat sholat. Tawaran ini disambut hangat oleh imam mesjid tersebut. Jadilah mereka sholat di gereja jika jumatan. Indah sekali bukan? Dan konteksnya dengan Indonesia. Aku cuma pedih saja jika ada orang yang menghalangi orang beribadah. Menghancurkan gereja, mesjid (dari aliran yang 'dianggap' sesat).  Padahal apakah hal itu menambah keyakinannya? Orang yang percaya diri dengan keyakinannya, dan mengetahui hakikat kemanusiaan untuk saling membantu dan menghargai, tidak akan 'terancam' dengan sesuatu yang 'beda'. Tetapi jika rendah diri, gamang dengan keyakinannya, dan tidak punya 'rasa aman' dalam dirinya, apapun yang 'berbeda' bisa jadi sebagai ancaman. ‘…dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara biara Nasrani, gereja gereja, sinagog sinagog, tempat tempat ibadah, dan mesjid mesjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti akan menolong orang yang akan menolong Nya. Sesungguhnya Allah benar benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa… (QS AlHajj: 40) Mengapa yang dilawan orang yang beribadah? Mengapa bukan koruptor, penjajah, pembunuh, perampok hak milik manusia lain, penyerang orang yang tidak bersalah yang seharusnya DILAWAN? Yang menyebabkan kita semua, rakyat Indonesia ini masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, keterpurukan? Entahlah.....mungkin akarnya emang kebodohan dan kejahilan, kerendah dirian, atau masalah tidak 'secure' dengan keyakinan sendiri, yang menyebabkan sekelompok manusia yang merasa menkapling surga menyerang kelompok lain. Tidak nyaman, merasa 'terancam' dengan yang 'beda'. Perbedaan itu adalah Rahmat (Hadist)...ya sudah, Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun