Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Uang Jaminan untuk Gelas Plastik, Memang Bisa?

10 Mei 2019   03:00 Diperbarui: 10 Mei 2019   05:35 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Dokpri.

Dengan spirit mengekang hawa nafsu, sebenarnya puasa memang tak sekadar mengendalikan nafsu makan dan minum.

Termasuk pula nafsu untuk menggunakan plastik dalam segala kegiatan. Suatu nafsu yang kelihatan sepele namun sangat menganggu. Ia sama halnya dengan nafsu untuk merokok. Jika secara frontal bisa disejajarkan seperti itu. Walau memang tak sama, tapi keinginan untuk terus menggunakannya tetaplah ada.

Mudah, murah, dan ringan. Siapa yang tidak tertarik untuk terus menggunakan plastik dalam berbagai kegiatan. Dan tentu, jika tak menggunakan plastik, maka barang yang dibawa akan terlihat oleh banyak orang. Alasan ini yang menjadi dasar untuk terus menggunakan plastik. Atau jika plastik tersebut digunakan sebagai wadah, lagi-lagi masalah kepraktisan yang sering menjadi tumpuan.

Apalagi, jika plastik tersebut digunakan sebagai wadah makan atau minum. Untuk wadah makan, mungkin masih bisa disiasati dengan menggunakan kertas ataupun wadah lain yang bisa dicuci. Sedotan pun kini beralih menjadi sedotan metalik yang bisa digunakan sekali pakai. Nah yang menjadi masalah utama adalah penggunaan plastik untuk wadah minuman.

Es dawet, kolak, es doger, dan es-es lain pasti menggunakan plastik. Kalau tidak menggunakan plastik, lantas menggunakan apa? Apa iya menggunakan gelas kaca seperti penjual es puter yang bentuk gelasnya begitu melegenda? 

Saya rasa, kok sulit ya. Terlebih, minuman-minuman yang digunakan sebagai takjil itu kerap dibawa pulang. Kalau gelasnya dibawa pulang, rugi bandar dong pedagangnya. Memang ada yang mulai menggunakan gelas kertas seperti yang banyak digunakan oleh tenant besar. Tapi penggunaannya masih juga belum maksimal. Maka, perlu cara lain yang lebih efektif. 

Salah satu langkah yang sedang diujicobakan di Berlin ini mungkin bisa jadi pilihan. Bukan gelas kaca, melainkan gelas bambu yang bisa digunakan berkali-kali. Gelas ini akan dipinjamkan dengan membayar uang jaminan. Mirip dengan kunci kamar hotel.

Saat gelas dikembalikan, maka uang jaminan bisa dikembalikan kembali. Jika tidak, maka uang itu hangus. Seperti itulah teknis pengurangan plastik yang digunakan untuk wadah minuman.

Jika itu diterapkan di Indonesia, memang pada mulanya cukup sulit. Namun, bisa juga dilakukan dengan sedikit variasi. Wadah yang digunakan masih tetap wadah plastik. Namun, penjual bisa mematok harga yang lebih tinggi dibandingkan harga minuman yang mereka jual.

Semisal, jika satu gelas es dawet seharga 5.000 rupiah, maka penjual bisa mematoknya seharga 8.000 hingga 10.000 rupiah. Selisih dari harga itu digunakan sama untuk jaminan wadah plastik. Setelah pembeli mengembalikan ke penjual, maka uang jaminan itu bisa diambil.

Langkah ini memang cukup sulit mengingat tak semua pembeli akan kembali ke tempat penjual tersebut. Dan tentu, ada kemungkinan minuman yang dijual tidak laku akibat harga yang terlalu tinggi. Namun, jika dilihat untuk tujuan utama, maka sebenarnya tak masalah. Hal ini juga pernah menjadi pro kontra pembatasan tas kresek plastik di minimarket.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun