Mohon tunggu...
ikhsan bang haji
ikhsan bang haji Mohon Tunggu... Lainnya - adalah seorang pegawai desa di Desa Wanayasa

Menyukai menulis dan concern terhadap pemerintahan desa dan gerakan belanja di warung tetangga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cacian Tak Cerdas

29 Agustus 2017   21:45 Diperbarui: 29 Agustus 2017   21:52 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa ulama besar pernah singgah di Kabupaten ini, tiada lain adalah memenuhi undangan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Sebut Saja, Emha Ainun Najib, KH. Agiel Siradj, KH. Maruf Amin, dan yang terakhir minggu lalu Muhammad Luthfi Bin Yahya yang merupakan Ra'is 'Am jam'iyah Ahlu Thariqah al Mu'tabarah an Nahdiyah sekaligus ketua MUI Jawa Tengah. Para Ulama tersebut mengisi berbagai agenda kerohanian yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta. 

Adalah tanggung jawab pemimpin dalam hal ini seorang Kepala Daerah berkewajiban untuk berperan serta membina ummat, salah satunya adalah dengan menggelar Tabligh Akbar, Diskusi Keislaman, Dzikir bersama dan lain hal sebagainya. Mungkin atas dasar itulah, Bupati Purwakarta secara rutin mendatangkan ulama-ulama besar sekaliber nama-nama di atas, dari sisi keilmuan kesemuanya tidak perlu diragukan tentunya. Mereka adalah sosok yang faham secara mendalam mengenai Islam dan Keislaman.

Namun seperti inilah zaman sekarang, beberapa kalangan yang "kurang sehat" pengelihatannya bahkan mendatangkan ulama untuk membina ummat pun dianggapnya sebagai sebuah pencitraan, dianggap sebagai sebuah strategi berlindung dibalik nama-nama besar ulama tersebut. Yang lebih parah adalah menganggap bahwa Dedi Mulyadi memperalat Ulama-ulama tersebut untuk kepentingan politiknya.

Untuk asumsi-asumsi tersebut mari kita beristighfar!

Mari kita lihat dari sudut pandang lain, sudut pandang yang tak terhalang kebencian, sudut pandang yang tak terbungkus emosi dan kepentingan. Sepertinya justru dalam hal ini pernyataan-pertanyaan "kurang sehat" tersebut sepertinya malah merendahkan harkat dan martabat para ulama.

Kalimat "Dedi Mulyadi memperalat ulama untuk kepentingan politiknya" justru sama sekali tak merendahkan target "pembusukan" (Dedi Mulyadi) tetapi malah justru tanpa disadari pernyataan tersebut sama dengan menganggap bahwa Ulama-ulama besar tersebut mudah diperalat. 

Wow .... dengan nama besar serta keilmuan yang "luhung" para ulama tersebut, sepertinya sedikit mustahil beliau-beliau ini bisa diperalat dan satu lagi, Bupati Purwakarta tidak akan seberani itu bahkan tersiratpun sepertinya tidak untuk menjadikan ulama sebagai tameng terlebih untuk kepentingan politik.

Para pencaci telah melakukan blunder yang sangat fatal. Berniat melakukan pembusukan dengan menuduh Bupati Purwakarta memperalat Ulama, malah justru mereka itu secara tak sadar telah merendahkan ulama. Jika saya adalah salah satu pelaku "nyinyir" tersebut pastinya saya telah sholat taubat atas apa yang telah saya perbuat.

Beberapa waktu lalu, seorang yang juga mengaku sebagai ulama menyebut bahwa Purwakarta adalah "Kota Setan", Kota Musrik dan berbagai sebutan lainnya yang bertujuan untuk mengesankan bahwa Bupati yang menakhodai Purwakarta saat ini adalah sosok yang berbahaya dan membahayakan aqidah ummat Islam. Saya menjadi sedikit kebingungan dengan pernyataan tersebut. 

Jika benar adanya, lalu mengapa beliau yang mengaku ulama ini malah menyebarluaskan fenomena tersebut, rajin mengupdate status media sosialnya dengan nada kebencian yang sangat, bukankah sebaiknya dan seharusnya beliau ini sekuat tenaga meluruskan? Pertanyaan berikutnya, apakah dengan gencar menebar kebencian lalu permasalahan yang beliau anggap serius ini akan terselesaikan? Ataukah malah Ummat menjadi resah? Apakah dengan men"sosialisasi"kan kebencian mendapat pahala?

Tentu saja beliau yang mengaku ulama yang satu ini mempunyai kilah dan alasan tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun