Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"As You Were", Bukti Liam Gallagher Masih Bertaring

21 Oktober 2017   15:34 Diperbarui: 22 Oktober 2017   15:10 3053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Clashmagazine

Sebagai remaja tahun 90-an, saya mengalami banyak petualangan dalam hal mendengarkan musik. Di rentang tahun ini berbagai genre musik tumbuh satu persatu menunjukkan harmonisasi nada masing-masing. Band dan solois mulai saling menunjukkan keunikannya. Meskipun dianggap bergenre sama tak membuat mereka terpaku pada warna "wajib" genre yang bersangkutan. Terkadang hal ini akhirnya melahirkan warna musik baru.

Pada rentang tahun ini pula muncul sebuah culture movement di Inggris sana yang dikenal dengan nama British Pop atau Britpop. Britpop merupakan perlawanan musisi Inggris akan gempuran musik alternatif rock khususnya grunge yang tengah menguasai banyak telinga muda mudi di sana. Musik Britpop sendiri banyak dipengaruhi oleh warna musik band tahun 60-an terutama The Beatles.

Ada beberapa band yang digadang-gadang sebagai penggerak musik Britpop, di antaranya adalah Blur, Oasis, Pulp dan Suede. Dan karena dianggap telah berhasil membawa Britpop menuju kejayaan, empat band ini pun lalu dikenal sebagai "The Big Four of Britpop".

Diantara empat nama diatas, saya lebih suka medengarkan komposisi musik milik Blur dan Suede. Akan halnya Oasis dan Pulp, hanya beberapa lagu mereka yang kerap saya dengarkan.

Salah dua lagu milik Oasis yang saya sukai adalah "Don't Go Away" dan " Don't Look Back in Anger" . Ya, hanya dua karena lagu mereka lainnya seperti "Wonderwall", "Roll with It", "Stand by Me", "D' You Know What I Mean?" atau "Stop Crying Your Heart Out" itu tidak begitu menarik di telinga saya. Mungkin aura suram sang frontman, Liam Gallagher berpengaruh kepada harmonisasi melodi yang mereka mainkan, sehingga tembang-tembang mereka langsung mental dari telinga saya saat itu, aih lebay haha.

Ya, tak hanya dikenal dengan album-albumnya yang berisi nomor-nomor populer, Oasis pun terkenal dengan beberapa perselisihan, baik di luar maupun di dalam bandnya sendiri. Blur adalah salah satu yang terlibat perselisihan abadi dengan band yang berdiri di Manchester itu. Bahkan Setelah dua dekade berlalu, Liam Gallagher, masih menyalakan api permusuhan terhadap Damon Albarn, pentolan Blur. Hal ini terlihat dari kicauan pria berusia 45 tahun itu di akun Twitter-nya beberapa saat sebelum keluarnya album teranyar band virtual Gorillaz besutan Damon Albarn dan komikus Jamie Hewlett, Humanz.

Akan halnya di dalam band, Liam kerap berselisih dengan kakaknya sendiri yaitu Noel Gallagher. Api permusuhan dipicu oleh hal-hal kecil sejak mereka masih belia namun tahun demi tahun semakin membesar. Puncaknya ada pada tahun 2009, dimana akhirnya Noel memilih meninggalkan Oasis demi kebaikan bersama.

Sepeninggal Noel, Oasis dibekukan. Jika Liam memilih mengerjakan proyek-proyek musiknya dibawah nama Beady Eye dan sempat merilis dua album, maka Noel membentuk bandnya sendiri bersama dua mantan personil Oasis terdahulu yaitu Gem Archer, Mike Rowe, Chris Sharrock dan bassist dari band Indie The Zutons, Russel Pritchard. Band yang akan merilis album ketiga mereka yang berjudul "Who Built the Moon?" pada tanggal 24 November mendatang itu bernama Noel Gallagher's High Flying Birds.

Sebelum album ketiga sang kakak muncul, rupanya sang adik mendahului dengan merilis album solo yang bertajuk "As You Were" yang rilis tanggal 6 Oktober kemarin. Dan mungkin tahun ini memanglah tahunnya Liam. Album solo ayah dari Lennon dan Gene Gallagher ini hanya dalam hitungan minggu telah nangkring di posisi #1, Official Albums Charts karena telah terjual sebanyak 16.000 kopi dan menduduki peringkat ketiga penjualan album tercepat di tahun 2017 dibawah album milik Ed Sheeran dan Rag'n'Bone Man.

Album yang di produseri oleh Greg Kurstin ini berisi 12 tracks yang cukup menarik. Diawali dengan "Wall of Glass" yang membawa warna musik tahun 60-an dengan sentuhan gitar nan meliuk dan tentu saja suara harmonika yang memberi warna tersendiri. Hentakan drum yang dinamis mengiringi nomor yang ditulis Liam bersama Greg Kurstin, Andrew Wyatt , Andrew Sidney Fox, Michael Tighe ini.

"Chinatown" adalah nomor ringan namun memiliki kekuatan harmoni tersendiri. Berbagai bebunyian berpadu membentuk sebuah lagu yang menawan. Sedangkan "Paper Crown", lagu balad yang menarik dengan sentuhan petikan gitar akustik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun