Mohon tunggu...
Iis Ariska
Iis Ariska Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gaya Hidup Konsumtif di Balik Kartu Kredit

28 Agustus 2017   18:18 Diperbarui: 28 Agustus 2017   18:38 2809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berbicara masalah gaya hidup masyarakat Indonesia, salah satu masalah yang paling menonjol adalah budaya konsumtif. Pada zaman sekarang masyarakat dengan mudahnya membeli sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu di butuhkan . Itu artinya masyarakat tidak peduli lagi dengan sifat kebutuhan mana yang utama, mana yang kebutuhan tambahan dan mana yang kebutuhan jaga gengsi. Saat ini manusia sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang benar benar kebutuhan mana yang hanya sekedar keinginan. 

Semakin tinggi pendapatan semakin banyak pengeluaran, semakin tinggi kelas masyarakat semakin gaya pula pola hidupnya. Sepertinya gaya hidup seperti ini yang semakin banyak di gandrungi masyarakat. Budaya konsumtif sepertinya malah didukung dengan adanya kemudahan fasilitas kartu kredit. Kartu yang tak ubahnya sebagai kartu pengabul permohonan seseorang.

Kartu kredit  adalah alat pembayaran yang dapat di gunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus atuupun secara angsuran (PBI pasal 1 angka 4 nomor 10/8/PBI/2008).

Kartu kredit di Indonesia pertama kali diperkenalkan tahun 1980-an oleh Bank Duta yang bekerjasama dengan principal international Visa dan Master Card. Waktu itu kartu kredit yang dipasarkan masih bersifat konvensional dan hanya di tunjukan orang orang kaya di Indonesia yang sering berpergian ke luar negeri. Penggunaan kartu kredit di Indonesia kini selain sebagai alat pengganti pembayaran, namun juga telah berfungsi sebagai gaya hidup. Memng banyak sekali kemudahan yang didapat dari kartu kredit. Diantaranya terbilang lebih simple dan praktis karna kita tidak perlu membawa uang tunai kemana mana. Sayangnya seiring banyaknya fasilitas kemudahan yang dimiliki kartu kredit, acapkali masyarakat lupa akan dampak negatifnya pula. Salah satunya dampak yang tidak disadari adalah kartu kredit mendorong manusia lebih konsumtif. 

Pada dasarnya dengan penggunaan kartu kredit, masyarakatpun lebih bebas untuk mendapatkan apa saja yang mereka inginkan karena mereka merasa tidak lagi dibatasi uang tunai yang di bawa atau  dimiliki. Jadilah masyarakat merasa lebih leluasa karena kemampuan belanja nya tidak lagi dibatasi oleh uang tunai sebagai pengontrol atau pembatas pengeluaran. Masyarakat lebih cendrung membeli barang-barang yang disukai karena masih merasa mampu membelinya dengan adanya kartu kredit ditangan. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa kartu kredit dimiliki oleh orang -- orang yang berpenghasilan tinggi. Maka dari itu tak jarang mereka berbondong bondong menaikan gengsi. Masyarakat menaikan gengsi status sosialnya dengan bergaya hidup yang tinggi.

Maka dari itulah banyak masyarakat yang menggunakan secara berlebihan. Seiring berbagai penawaran kemudahan yang ditawarkan kartu kredit banyak masyarakat yang semakin terlena didalamnya. Kemudahan mendapatkan atau menggunakan kartu kredit yang menyebabkan berbagai masalah kartu kredit bermunculan. Ada tiga masalah yang sering di kompalin konsumen terhadap bank penerbit kartu kredit menurut Rafi Kamello ( 2008: 11), yaitu masalah bunga tagihan kartu kredit, penyampain informasi yang tidak transparan dan masalah penagihan hutang atau debt collector.

 Masalah tersebut terjadi karena keteledoran konsumlah yang menjadi penyebab sewaktu menggunakan kartu kredit. Bank penerbit kartu kredit kerap tidak terbuka dalam memberi informasi sebab akibat dalam penggunaan kartu kredit yang diberikan. Seringkali kemudahan -- kemudahan itu tidak diimbangi dengan kemungkinan -- kemungkinan yang pahit terhadap pemakaian kartu kredit seperti bunga yang tinggi dan cara penutupan kartu kredit.

Padahal jika di perhitungkan dengan baik kebijakan kartu kredit seperti lintah darat yang menyedot biaya dengan rakus seperti iuran bulanan, tahunan, denda keterlambatan pembayaran, bunga tarik tunai , bunga tidak membayar secara penuh, dan masih banyak istilah lainnya. Nah sebenarnya dibalik kartu penolong tersimpan benalu yang rakus bukan ?? sebenarnya semua itu tergantung pada sikap penggunanya. 

Jika kita pandai dalam cara penggunaan dan pengelolaannya kemudian memanfaatkan seperlunya dan disiplin dalam memenuhi tanggungan yang harus di bayarkan sebelum jatuh tempo , kemudian mengikuti syarat ketentuan yang berlaku untuk mengikuti program yang ada, tentunya kita tidak akan tercekik oleh si kartu plastik ajaib, janngan sampai kita terlena oleh indahnya dunia sementara yang di ciptakan oleh kartu kredit. Bila perlu kartu kredit yang dimiliki tidak perlu dibawa kemana -- mana suaktu kita meninggalkan rumah, untuk menghindari keinginan untuk membeli setiap melihat sesuatu diluar rumah.

Dari sinilah kita mulai perubahan dari diri kita sendiri mulai sekarang. Lebih selektif dalam pemanfatan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh zaman. Jadilah masyarakat yang bijak, gunakan dengan penuh pertimbangan diantaranya, utamakan fungsi bukan gengsi yakni menggunakan produk sendiri, utamakan kebutuhan bukan keinginaan atau menguki tren yang tidak ada habisnya. Yakni kita harus mempertimbangkan matang-matang apa perlu memakai kartu kredit atau hanya sekedar mengikuti zaman agar tidak dianggap ketinggalan. 

Jadi penting sekali bagi kita untuk memahami atauran permainan serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kebijakan kartu kredit agar kelak kita tidak buta akan cara penggunaan kartu kredit yang kita miliki. Dengan begitu kita bisa memaksimalkan kerja kartu kredit. Jangan sampai kita hanya menerpkan budaya latah yang ikut arus sana sini saja tanpa paham betul manfaat dan dampak ahirnya malah kemudahan itu berbalik arus menjadi bumerang dalam hidup kita yang bisa mematikan diri sendiri. Dan kita harus menjadi masyarakat Indonesia yang bijak agar negara tercinta tak lagi dilanda krisis ekonomi dan inflasi yang berkepanjangan.

IIS ARISKA NURHASANAH

MAHASISWA PACASARJANA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun