Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Batik Khas Purbalingga

29 Oktober 2013   23:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:51 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13830623421690171419

[caption id="attachment_288657" align="alignleft" width="300" caption="sumber : www.produsenbatik.com"][/caption] "Eh, aku pengen tahu lebih banyak dong tentang batik Purbalingga,?" pertanyaan itu meluncur dari seorang teman, warga negara Indonesia di Australia melalui percakapan di dunia maya.  Ia membuka toko batik di Negeri Kanguru sana sehingga Ia ingin tahu lebih banyak referensi soal batik-batik di Nusantara.

Tentu saja aku kaget dan bingung menjawab pertanyaan temanku itu.  Sebab, setahu saya Purbalingga tidak dikenal dengan industri batiknya. Purbalingga lebih kondang dengan industri rambut dan bulu mata palsu atau knalpot. Batik, tentu saja banyak dikenal bukan berasal dari Purbalingga melainkan dari Solo, Jogja, Pekalongan atau Cirebon.

Saya pun mencari-cari tahu tentang keberadaan industri kerajinan batik Purbalingga. Teguh Trianton, pemerhati batik Purbalingga menjadi tempat bertanya saya. Menurutnya, kerajinan batik Purbalingga sudah ada sejak lama dengan sentra di daerah Kalimanah dan Bobotsari. Namun, diakuinya batik tulis karya pengrajin Purbalingga memang kurang menonjol lantaran minim kreasi, regenerasi dan promosi.

Menurutnya, pengrajin sampat saat ini masih mempertahankan motif pakem Banyumasan yang cenderung  berwarna gelap. "Motifnya kebanyakan juga masih tentang lukisan dan flora," katanya kepada KABARE BRALINK pekan lalu. Dua motif batik yang menonjol dari para pengrajin Purbalingga adalah motif lumbon atau daun keladi serta jahe serimpang, dengan dominasi warna hitam-putih atau coklat-putih.

Pengrajin batik tulis Purbalingga juga mempertahankan seni batik tulis yang dikerjakan dengan tangan, tidak menggunakan cap atau printing. "Sehingga jumlah produksinya sedikit dan terbatas sehingga memang batik tulis asal Purbalingga relatif kurang dikenal," katanya.

Karena jumlahnya terbatas dan dikerjakan dengan tangan, harga batik tulis juga relatif lebih mahal sehingga pembelinya lebih banyak adalah kolektor dan pecinta batik yang tentu saja jumlahnya sedikit.  Hal ini menyebabkan batik tulis produksi pengrajin semakin terdesak dengan batik dari daerah lain atau bahkan batik impor.

Menurut teguh, batik-batik yang banyak dijual di toko-toko Purbalingga justru kebanyakan bukan hasil karya pengrajin lokal. "Batik-batik yang dijual di toko-toko Purbalingga itu bukan batik tulis karya pengrajin, itu dari luar dan kebanyakan printing," kata Teguh yang sering menulis soal batik Purbalingga di berbagai media masa.

Selain itu, batik Purbalingga juga menghadapi persoalan lain, yaitu, minimnya regenerasi. "Pengrajin-pengrajin yang ada sekarang kebanyakan sudah berusia lanjut, penerusnya hampir sudah tidak ada," katanya. Kerajinan batik tulis kurang menarik bagi generasi muda karena dianggap tidak menjanjikan.

Pemerintah Daerah Purbalingga sebenarnya juga tidak tinggal diam. Pemda menyelenggarakan Gelar Cipta Karya Batik Purbalingga sebagai event tahunan. selain sebagai event budaya, pameran kerajinan batik tulis khas kabupaten tersebut juga bertujuan untuk mengangkat kembali batik di daerah tersebut dan meningkatkan kesejahteraan pengrajinnya. Dinas Perindustrian juga membantu

pengrajin untuk menghasilkan kreasi dan inovasi baru.

Menurut data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purbalingga, saat ini, ada sekitar 250 pengrajin batik yang tersebar di kecamatan Bobotsari, Karanganyar, Bojongsari, Kalimanah dan Karangmoncol. Rata-rata, pengrajin masih mengusahakanya sebagai pekerjaan sambilan.

Meski keberadaan batik tulis khas Purbalingga belum semaju daerah yang lain. Namun tetap dinilai berpotensi untuk menembus pasar nasional maupun internasional.

Salah satu pemilik toko batik sekaligus pengrajin batik di Purbalingga, Frederick Master Juhara mengatakan batik purbalingga masih eksis. Saat ini, sentra produksinya yang berada di Jl. Gang Korakan, RT01/RW5, Kalikabong Purbalingga memiliki 14 pengrajin.

Batik produksinya dengan merk Praba telah merambah ke Jakarta, Surabaya, Semarang dan Jogjakarta. Frederick merupakan generasi keempat pemilik Toko Batik Praba yang terletak di Jl. Ahmad Yani No 63, Purbalingga.

Menurut Teguh, batik tulis khas Purbalingga sebenarnya memang memiliki potensi yang besar."Secara kualitas dan estetis, batik tulis khas Purbalingga sangat baik," katanya. Batik tulis Purbalinga juga disukai oleh kolektor dan pecinta batik. Pada even Pemilihan Elite Model dan Citra Batik Indonesia Tingkat Nasional, batik purbalingga memperoleh gelar Juara Umum Citra Batik Nasional 2008.

Apalagi keberadaan batik saat ini sudah diakui oleh dunia melalui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Namun tentu saja, untuk mencapainya, perajin batik tulis khas Purbalingga dituntut untuk terus memacu kreativitas dan inovasinya agar bisa terus eksis. Tentunya, perlu dukungan dari masyarakat Purbalingga untuk menguri-uri batik sebagai busana kebanggannya.

Sedulur, mangkane ora susah isin nganggo batik khas Purbalingga yah..

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun