Mohon tunggu...
Hasan Nur Aminudin
Hasan Nur Aminudin Mohon Tunggu... Insinyur - Just Look Around 🌏

Geography UI 2009, Mapping Officer at PT. Jaya Real Property, A Husband, A Father, and A Man who trying to do the right thing in life

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cerita Kelahiran Anakku, Lahir Vakum sampai Rawat NICU

20 Mei 2017   21:19 Diperbarui: 24 Desember 2018   20:09 16285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, Tgl 18 April 2017

Ceritanya dimulai hari selasa tgl 18 april 2017. Selepas pulang kerja, saya mendapati istri sudah dalam kondisi mules-mules yg semakin parah (dari hari sebelumnya yg sudah pembukaan 1) dan langsung minta dibawa ke bidan. Saat itu saya langsung membawanya ke Puskesmas Kecamatan karena puskes itulah tempat persalinan terdekat dari tempat tinggal kami dan memang kami berencana lahiran menggunakan BPJS

Setibanya di Puskes, bidan yg jaga langsung mengecek dan ternyata sudah pembukaan 4. Oleh bidan, istri saya langsung dibawa ke kamar bersalin untuk menunggu pembukaan lengkap. Saat itu kurang lebih sudah pukul 20.00. Sekitar satu jam kemudian kondisi istri saya sudah pecah ketuban, dan setelah di cek sudah pembukaan 5. Bu bidan saat itu bilang kemungkinan istri saya akan mencapai pembukaan lengkap sekitar pukul 01.00.

Saya dan Ibu menemani istri yg tengah meringis kesakitan menahan kontraksi yang saat itu sudah per-lima menit sekali. Bingung dan tidak tega adalah hal yg saya rasakan ketika itu. Yg saya bisa lakukan adalah memegang tangannya sambil terus memberikan semangat. Dzikir dan Sholawat tidak henti-hentinya dilantunkan. Kondisi ruangan sebelah malah lebih parah lagi, si ibu disana sudah meronta-ronta tak karuan. Bidannya sampai kewalahan ngadepinnya. Padahal ini sudah persalinan anak yg ke-tiga katanya.

Masalah lain muncul, istri saya demam. Bidan kemudian memberikan paracetamol dan menyuruh istri saya untuk banyak minum, karena kemungkinan kekurangan cairan katanya. Setiap satu jam sekali bidan mengecek detak jantung bayi untuk mendeteksi kondisi si bayi di kandungan.

Rabu, Tgl 19 April 2017

Pukul  01.00, bidan kembali mengecek pembukaan. Saat itu istri saya sudah pembukaan 9 tipis katanya. Ditunggu sampai setengah 3 untuk sampai pembukaan lengkap. Tetapi kondisi istri saya saat itu masih demam. Sudah minum paracetamol dan minum banyak masih juga belum turun panasnya. Bidan kemudian memberikan infus dan oksigen untuk meredakan kondisi.

Pukul 02.30, bidan kembali mengecek pembukaan. Sudah hampir pembukaan lengkap katanya. Mulailah persiapan untuk persalinan. Istri saya diinstruksikan untuk mulai mengejan saat kontraksi datang. Tetapi berkali-kali mengejan kok belum ada perkembangan. Bidan bilang istri saya kurang kuat dalam mengejan. Kemungkinan istri saya sudah kelelahan. Namun ia masih terus mencoba, tapi tetap hasilnya nihil. Si kepala bayi belum kunjung muncul. Di antara rasa lelah dan frustasi, eh ruangan sebelah sudah terdengar suara tangis bayi. Si ibu sebelah yg sejak masuk ruang bersalin bersama kami dan sepanjang kontraksi meronta-ronta tak karuan malah sudah lahir duluan. Makin down lah istri saya.

Bidan akhirnya mengambil keputusan untuk merujuk istri saya ke rumah sakit. Sebab pertama kondisi istri saya yg sudah tidak memungkinkan (kelelahan dan demam), yg kedua detak jantung si bayi saat itu sudah lebih cepat. Bidan menyarankan ke RS Budi Kemuliaan saja, dan kebetulan kami juga pernah memeriksakan kandungan di sana pada saat awal-awal kehamilan.

Salah satu moment galau juga saat itu bagi kami. Kami yg sejak lama menginginkan persalinan dengan proses normal dihadapkan dengan situasi seperti ini yg saat itu saya berfikiran ini pasti akan Caesar karena sudah cukup genting kondisinya. Istri saya bahkan sampai minta maaf kepada saya karena tidak bisa melahirkan normal. Saya saat itu hanya bilang “yg penting kamu sama anak selamat, berdoa ke Allah untuk yg terbaik”. Yg saya sesalkan sebetulnya bukan masalah normal atau caesarnya. Tetapi kalau lah tahu akan Caesar ya nggak perlu lah sampai menghadapi kontraksi yg sakitnya pake banget (yg ini kata istri saya, saya sih nggak merasakan.hehe).

Istriku saat akan dibawa ke RSBK
Istriku saat akan dibawa ke RSBK
Setelah selesai mengurus segala administrasi di puskes, kami langsung dibawa ke RS dengan menggunakan Ambulance yg memang selalu standby di sana. Sesampainya RSIA Budi Kemuliaan (RSBK), istri saya langsung dibawa ke IGD. Segala sesuatunya diurus bu bidan yg menangani kami di puskes, dari mulai membawa masuk IGD, menjelaskan kondisi istri saya ke pihak RS dan mengurus rujukan. Saya dan ibu hanya menunggu di luar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun