Mohon tunggu...
HPD Setiyorini
HPD Setiyorini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nomenklatur Pendidikan Pariwisata pada Perguruan Tinggi

27 Mei 2017   20:27 Diperbarui: 27 Mei 2017   20:36 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemenristek Dikti tengah mengadakan uji public tentang penamaan Program Studi di Perguruan Tinggi di tingkat S1, S2, dan S3. Adapun rancangan penamaan prodi tersebut telah di keluarkan pada tanggal 6 Mei 2017 sebagai bagian dalam pasal  5, 6, 7, 8, Permenristek Dikti Nomor 15 tahun 2017 tentang Penamaan Program Studi pad Perguruan Tinggi.

Berikut sedikit telaah kritis terhadap penamaan program studi kepariwisataan yang terdapat dalam rancangan tersebut.

Pariwisata menjadi andalan bagi Negara Indonesia untuk menghasilkan pendapatan Negara. Sebagai salah satu kategori ekspor, kemampuan untuk menghasilkan devisa berada di posisi ke-4 di Indonesia. Tidak hanya menghasilkan devisa, namun juga membuka ragam lapangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Era Kabinet Kerja ini, Pariwisata ditempatkan sebagai salah satu andalan yang diperhatikan sebagai motor penggerak pembangunan. Tidaklah muluk, apabila pemerintah berupaya keras untuk mendatangkan 20 juta wisatawan manca Negara berkunjung ke Indonesia.

Namun, tidak dapat dipungkiri, dibutuhkan upaya yang kuat untuk memasarkan dan mengelola kepariwisataan Indonesia agar mencapai hasil yang dicita-citakan.  Faktor SDM menjadi salah satu kunci untuk dapat mengembangkan pariwisata secara seimbang.

Selain digadang-gadang sebagai penghasil devisa yang andal, pengembangan pariwisata juga memiliki konsekuensi dampak negative, seperti kerusakan alam akibat pembangunan, meningkatnya angka kriminalitas yang tinggi, kesenjangan social, komersialisasi dan komodifikasi budaya, dan lain sebagainya. Hal ini membutuhkan SDM pengelola kepariwisataan yang tidak hanya terampil dalam menjamu tetamu atau wisatawan yang datang, namun juga berpikir kritis, komprehensif, dan solutif untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang timbul akibat pengembangan pariwisata.

Hal ini telah ditanggapi secara kritis oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia, dengan membuka kajian akademik untuk mengembangkan kepariwisataan pada level kesarjanaan. Tujuannya adalah untuk mengkaji pengembangan pariwisata secara komprehensif agar mampu menjawab tantangan dan dinamika yang semakin kompleks.

Selama ini, pendidikan tinggi pariwisata berada di jenjang diploma yang bertujuan untuk menghasilkan mahasiswa yang terampil untuk menjamu tamu atau wisatawan yang berkunjung. Kajian mendalam untuk berpikir stratejik tentang pengelolaan pariwisata yang multi sektoral dan kompleks kurang mendapat porsi dalam kurikulum dan pembelajarannya.

Maka, walau agak sedikit terlambat dari beberapa Negara tetangga, kajian kepariwisataan di pendidikan tinggi pada level kesarjanaan baru dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, pada tahun 2005 dengan mengembangkan kurikulum komprehensif kesarjanaan pariwisata yang menitikberatkan pada ranah akademik. 

Dalam perkembangannya, beberapa universitas seperti Victoria University di Australia dan Hongkong Polytechnic University juga sudah mengembangkan kurikulum dan pendidikan kesarjanaan di bidang pariwisata. Menyadari bahwa kompleksitas pengembangan pariwisata tidak hanya membutuhkan tenaga terampil di industry pariwisata, namun juga tenaga konseptual di bidang pariwisata, Victoria University mengembangkan pembelajaran untuk meraih kesarjanaan (degree). Sebelumnya, sekitar tahun 1962, universitas tersebut mengembangkan diploma untuk jurusan kepariwisataannya, baru tahun 1978 mengembangkan pembelajaran kesarjanaan di bidang pariwisata.

Hongkong Polythecnic University yang saat ini berada di posisi yang baik dalam publikasi ilmiah di bidang kepariwisataa sejajar dengan Surrey University (Inggris) dan Cornell University (AS) sebagai pioneer yang mengembangkan studi kesarjanaan kepariwisataan, juga mengalami evolusi yang sama. Pada tahun 1970an, Poly-U menyelenggarakan kegiatan Diploma, dan pada tahun 1990an mengembangkan pembelajaran untuk kesarjanaan dan kediplomaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun