Mohon tunggu...
Hilmi Inaya
Hilmi Inaya Mohon Tunggu... Penulis - connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Write what do you want, what do you think, what do you feel, and enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hedonisme Ala Qarun

26 Agustus 2017   01:31 Diperbarui: 26 Agustus 2017   06:12 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
islamslogic.wordpress.com

Hedonisme dalam KBBI berarti pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama hidup. Kaum hedonis menganggap kesenangan sebagai sesuatu yang baik, sedangkan kesengsaraan dianggap hal yang tidak baik. Oleh karena itu, segala bentuk yang menyakitkan akan dihindari oleh kaum hedonis. 

Sehingga mereka akan mencari bentuk-bentuk kesenangan seperti, bermain-main di luar rumah, membeli barang-barang bermerk untuk kepentingan gengsi dan jalan-jalan di mall atau tempat yang ramai dengan gaya hidup yang bermewah-mewah. Karena tujuan hidup kaum hedonis adalah kesenangan yang diperoleh dari cara apapun entah itu jalan yang haram atau halal.
Padahal, Allah telah menjelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 216,

"tetapi boleh kamu menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak"

Kesenangan merupakan suatu hal yang relatif, ada yang sudah senang dan puas dengan hal-hal yang sederhana, ada juga yang tidak merasa senang dan puas bahkan dengan milyaran. Masalah inilah yang dihinggapi oleh kaum hedonis, yakni ketidakpuasan. Jenis orang yang memuja materi sangat berkaitan dengan pola konsumerisme. Seseorang bahkan rela membeli tas yang berharga puluhan juta demi memuaskan dirinya. Gaya hidup yang seperti ini tentu berdampak negatif pada dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar. Hedonism membentuk pribadi yang individualistik, serba instan, konsumtif. 

Dengan begitu, individu yang serba instan kurang bisa mennghargai perjuangan perjuangan yang harus digapai untuk mencapai kesuksesan. Contoh, individu akan lebih aman jika masuk ke universitas dengan hasil nyogok bukan karena tes atau karena prestasi mereka. Contoh lain, masuk tatanan pejabat karena nyogok bukan karena kepiawaian. Jika hal ini terus terjadi, maka akan menghilangkan bentuk kejujuran manusia. Ini adalah dampak dari individu yang serba instan.

Sedangkan contoh dari gaya hidup yang individualistik yakni dapat dicontohkan dengan perilaku korupsi para pejabat pemerintahan. Mereka yang bergaji puluhan juta masih saja tidak puas, sehingga cara haram pun di lakukan demi memenuhi titik kepuasan dan kesenangan dirinya. Para koruptor sangat rela mengabaikan norma-norma yang telah dijadikan pedoman selama menjadi wakil rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat yang jauh lebih besar lagi. Sehingga mereka hanya memedulikan kehidupannya sendiri tanpa melihat masalah rakyat yakni kemiskinan yang merajalela.

Hedonism dalam Islam diatur oleh Al-Quran surat al-Kautsar ayat 1,
"bermegah-megahan telah melalaikan kamu."
Ayat ini bisa diartikan sebagai dampak dari bermegah-megahan yakni lalai. Lalai dapat berarti mengindahkan kewajiban. Lalai menyebabkan manusia hanya berfikir untuk dunia saja tanpa memikirkan kehidupan yang hakiki yakni di akhirat. 

Mari menilik gaya hidup hedonism seorang Qarun pada masa Nabi Musa. Qarun adalah orang terkaya di masa itu. Gaya hidupnya yang selalu mengenakan jubah berbeda setiap keluar rumah dan jubah tersebut merupakan jubah termahal yang pernah ada, kemudian ia memamerkannya. Tak hanya itu, Qarun mempunyai banyak tentara pribadi, banyak istana, banyak kuda, banyak emas dan materi-materi lainnya yang dipamerkannya kepada masyarakat. 

Singkat cerita, Allah menenggelamkan semua materi yang Qarun pamerkan kepada masyarakat.
Lantas, apa persamaan gaya hidup hedonism ala Qarun dan masyarakat saat ini? mereka sama-sama berlomba-lomba untuk memakai pakaian termahal dan bermerk yang pernah ada kemudian dipamerkan. Senang terhadap baju atau sandal yang bagus memang diperbolehkan. Tidak ada yang melarang. Tapi yang dilarang adalah sifat berlebihan dan niat pamer seperti yang dilakukan leh Qarun. Pamer sangat erat hubungannya dengan sifat sombong. Padahal dalam hadis dijelaskan:

Dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang di hatinya ada kesombongan meskipun seberat biji sawi."

Takutlah, bahwa suatu saat Allah akan menenggelamkan semua materi seperti yang telah Allah lakukan kepada Qarun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun