Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengembalikan Fungsi Zebra Cross

13 Juli 2017   08:44 Diperbarui: 13 Juli 2017   10:01 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: apakabardunia.com

Coba perhatikan gambar di bawah. Ada yang menarik? Zebra cross ini terletak tidak terlalu dekat dengan perempatan. Posisi berhenti mobil yang paling depan saat traffic lightmenunjukkan merah adalah garis di depan mobil warna biru di sebelah kiri. Foto diambil saat lampu baru saja berubah menjadi hijau dan kendaraan baru mulai bergerak (lihat mobil putih di sebelah kiri yang sudah melewati garis batas). Motor di sebelah kanan juga masih berhenti karena pasti ada delay time antara lampu hijau dan respon pengendara.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Situasi yang saya temui di kota Jeju, Korea Selatan, ini menarik perhatian saya dan langsung saya foto. Jika dibandingkan dengan situasi zebra cross yang berdekatan dengan traffic light di Surabaya (saya tidak tahu bagaimana di kota lain), hal ini jauh panggang dari api. Sebagian besar zebra cross yang berdekatan dengan traffic light akan didominasi oleh sepeda motor yang berhenti karena lampu merah. Pengendara bahkan berani melakukan hal itu saat ada petugas kepolisian yang berjaga di dekat situ. Seakan wibawa polisi sudah tidak ada lagi. Bisa jadi, polisi juga sudah malas mengingatkan karena tabiat 'ngeyel' yang sulit diubah.

Kondisi semrawut di sekitar traffic light sering membuat para pejalan kaki harus ekstra hati-hati. Salah sedikit, nyawa bisa melayang. Bukankah pengendara motor dianggap raja jalanan yang tidak pernah mau disalahkan? Mobil menabrak motor, PASTI mobil dianggap salah. Motor menabrak pejalan kaki, malah pejalan kakinya yang disalahkan. Ruwet kan? 

Pejalan kaki di Surabaya yang menyeberang di zebra cross juga tidak mendapatkan haknya. Area menyeberang diduduki oleh sepeda motor yang menunggu lampu berubah menjadi hijau. Sarana penyeberangan yang 'murah meriah' ini sudah kehilangan fungsinya. Mungkin ini juga salah satu penyebab banyak penyeberang jalan tidak lagi menggunakan zebra cross. 

Pernahkah Anda menyeberang di zebra cross? Apakah Anda harus menunggu lama untuk bisa menyeberang karena banyaknya kendaraan yang lewat dan tidak memberi kesempatan kepada Anda untuk menyeberang? Apakah Anda punya pengalaman hampir atau ditabrak kendaraan saat menyeberang di zebra cross? Jika zebra cross hanya sebuah hiasan jalan supaya jalan tidak terlihat 'boring', maka orang jadi malas menyeberang di sana. Naik tangga penyeberangan? Bisa jadi, ada bahaya lain yang mengancam, misal perampokan.

Tahun 2000 saya mendapat kesempatan mengunjungi kota Wismar, sebuah kota kecil di Jerman (Timur). Saat itu saya hanya berdiri dekat zebra cross dan sebuah mobil berhenti. Saya baru menyadarinya saat mobil itu membunyikan klakson dan pengemudinya memberi tanda mempersilakan saya untuk menyeberang. Jadi, berdiri di dekat zebra cross dianggap akan menyeberang dan pengemudi kendaraan akan berhenti.

Kota Jeju juga mendedikasikan zebra cross sebagai tempat penyeberangan. Pejalan kaki benar-benar dihargai dan diberi tempat yang layak. Sebagai pengendara kendaraan (bermotor atau tidak), mari kita belajar menghargai pejalan kaki dengan memberikan mereka kesempatan menyeberang dengan aman. Juga kalau kita melewati genangan air, sebaiknya kita tidak mempercepat laju kendaraan karena itu akan membuat mereka basah. Sebagai pejalan kaki, mari kita juga menyeberang di tempat yang telah disediakan.

Jika setiap orang mengerjakan fungsinya dengan bertanggung jawab, tentu saja hidup ini jadi lebih nyaman, kekhawatiran berkurang, dan kebersamaan akan timbul. Bukankah ini sebuah situasi yang kita semua inginkan?

Mari kita berubah! Salam kompasiana dari Jeju!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun