Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebaikan Bisa Datang dari Mana Saja

13 Juli 2017   14:41 Diperbarui: 14 Juli 2017   03:25 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama beberapa hari di jeju, cuaca di sini berubah seperti bunga bank! Maksudnya kalau berubah tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu. Ramalan dan kenyataan bisa jauh berbeda. Yah... namanya juga ramalan cuaca! Namun, secara umum dominasi berawan (mendung) dan hujan (gerimis sampai lebat) adalah dua kondisi yang mendominasi.

Jadi, tidaklah mengherankan apabila Anda berjalan menyusuri lorong kota-kota di Jeju, maka banyak orang membawa payung. Yep! SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN. Pepatah ini benar-benar dilakukan orang yang tinggal di Jeju, setidaknya itu yang saya amati, karena hujan bisa datang kapan saja.

Suatu hari, saat saya baru saja keluar dari sebuah supermarket dan berjalan ke arah halte bus hujan turun secara tiba-tiba. Untung bukanlah hujan lebat yang akan membuat sekujur tubuh basah. Ini cuman gerimis koq. Berjalan di depan saya, seorang perempuan muda yang baru saja keluar dari bakery dan dengan sigapnya dia mengeluarkan dan membuka payungnya. Voila! Air hujan tidak lagi membasahi dirinya lagi. Saya sendiri agak malas mengeluarkan payung yang memang sudah saya siapkan sebelum berangkat. Hujan juga tidak terlalu lebat, selain itu bawaan saya juga lumayan banyak.

Namun perjalanannya harus terhenti. Perempuan muda itu memutuskan untuk berhenti, bukan karena hujan bertambah lebat. Dia memilih berhenti bukan karena barang bawaannya ada yang jatuh atau ia melupakan sesuatu. Lampu tanda penyeberang jalan masih menyala dengan warna merah. 

Saya yang berjalan mengikutinya dari belakang juga akhirnya berhenti karena alasan yang sama. Semula semua tampak biasa saja. Kami adalah sesama pejalan kaki yang keluar dari toko lalu kena hujan. Bedanya dia mengeluarkan payungnya sedangkan saya memilih tidak. Satu sama lain adalah orang asing yang pasti tidak saling mengenal. 99.99% kami baru pertama kali bertemu.

Saat sedang menanti lampu hijau, saya dengan cueknya juga berdiri saja karena memang tidak ada bangku yang dapat dipakai duduk sambil menunggu. Ketika dia menoleh ke kanan, barulah dia menyadari ada seorang cowok ganteng berdiri satu meter di sebelahnya membiarkan dirinya kehujanan. Ups...!

Rupanya dia kaget, karena cowok itu membiarkan dirinya berikut tas bawaannya basah. Tiba-tiba dia menawarkan payungnya untuk dipakai bersama-sama. Wow, romantis? Mungkin! Apakah cowok itu menerima tawaran sang  perempuan muda itu? Silakan tebak sendiri deh!

Apa yang dilakukan oleh perempuan muda tadi mengingatkan saya pada sebuah film yang saya tonton sekitar 10 tahun yang lalu, mungkin lebih. Judulnya "Pay It Forward". Ini kisah seorang anak laki-laki yang menolong orang lain dan meminta orang yang ditolongnya itu membalas dengan menolong tiga orang yang lain lagi. Pesan itu diteruskan ke setiap orang yang baru saja ditolong dan menjadi sebuah gerakan yang luar biasa.

Ya... kebaikan bisa datang darimana saja. Tidak peduli akan waktu, suku, ras, tempat, situasi, cuaca, dkk. Saya percaya bahwa kita semua bisa menjadi agen-agen perubahan, yang membuat 'orang asing' yang kita temui merasa diperhatikan. 

Menebar kebaikan bukanlah dengan motivasi menebar pesona. Apakah artinya menebar kebaikan sekaligus menebar pesona? Bukankah itu artinya kita menebar kebaikan untuk mendapatkan keuntungan? Saya yakin bahwa jika setiap orang menebar kebaikan tanpa diikuti dengan menebar pesona, maka dunia ini menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Siapa pun merasa betah dan menikmati kehidupannya. Tidak ada pihak yang dipinggirkan, tidak orang yang disingkirkan, semua orang diperhatikan tanpa pandang bulu, dst.

Jika semua orang menunggu orang lain berbuat baik kepadanya baru dia akan membalasnya kepada orang yang lain lagi, maka perubahan itu tidak akan pernah terjadi. Ini saatnya kita - mari mulai dari kita sendiri - untuk bergerak! Bergerak memberikan perubahan yang berarti untuk lingkungan kita. Siapa lagi yang akan mengubah lingkungan kita kalau bukan kita sendiri?

Ayo buktikan kita bisa!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun