Mohon tunggu...
Heru Legowo
Heru Legowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yang suka sesuatu hal yang baru, yang menantang fisik, kecerdasan dan yang penting segala sesuatu yang membuatnya merenung! Oleh karenanya, dia kerap melakukan pekerjaan atau perjalanan yang tidak biasa. Hal-hal baru dan tempat-tempat baru selalu mengusik keinginan-tahuannya. Dia akan melakukan apa saja untuk dapat mengerti dan memahaminya, kemudian berusaha menuliskan pengalamannya; untuk sekedar berbagi. Semoga bermanfaat …

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bekerja dengan (Sepenuh) Hati

22 Oktober 2011   22:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat 21 Oktober 2011, jam 10.15 pagi saya duduk di seat 2A pesawat MD-90 Lion Air, mau pulang ke Jakarta. Kemarin saya diundang menghadiri peresmian Bandara Internasional Lombok oleh Presiden SBY. Pesawat sedang menunggu, karena Menteri BUMN Dahlan Iskan sedang on the way setelah mengikuti Presiden SBY meresmikan Mandalika Resort di Pantai Kuta Nyale Lombok.

Sebentar kemudian, dari jendela pesawat tampak beliau berlari dan dengan cepat menaiki tangga. Dan sebelum duduk di seat 2F, beliau berdiri dan minta maaf kepada para penumpang. Saya merasa pasti, tidak semua penumpang tahu siapa orang yang bersepatu kets dengan kemeja putih digulung setengah lengan dan meminta maaf itu. Beliau tampak sangat biasa dan tidak istimewa, sekilas dari tampilan luar sama sekali tidak tampak "potongan" sebagai seorang Menteri Negara!

Memperhatikan beliau yang tampak sangat sederhana itu, saya jadi mengingat kembali tulisan beliau yang ditulis ulang di koran Lombok Post tgl 20 Okt 2011 dibawah judul "Kisah Kasih Tak Sampai" tulisan yang kuat mengisyaratkan gambaran nyata dari judul tulisan ini. Dalam tulisan itu beliau berceritera lugas tentang rencana beliau untuk mundur dari Dirut PLN setelah 3 tahun. Pada waktu itu beliau sedang menunggu pesawat Garuda untuk boarding akan ke Eropa, tiba-tiba ada perintah dari Presiden untuk membatalkan perjalanannya. Ketika bersiap akan meletakkan jabatan yang satu, jabatan yang lebih tinggi justru mendatangi beliau. Itulah hidup.

Ilustrasi dalam tulisan Pak Dahlan menjadi gambaran bagaimana beliau bekerja dengan sepenuh hati. Termasuk menyiapkan pengganti, jika harus meninggalkan PLN. Bekerja dengan sepenuh hati. Rasanya itulah hal yang muncul di permukaan setelah membaca tulisan-tulisan beliau dan bagaimana beliau mengatasi titik kritis ketika harus menjalani operasi hati di China. Hanya saja tidak semua dari kita dapat memaknainya dengan sebenarnya.

Bekerja dengan hati, sering berhenti menjadi sekedar menjadi jargon. Cukup sulit untuk diterapkan dalam kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bekerja menjadi bagian dari eksistensi dan kebutuhan sebagai ummat manusia. Bekerja bukan hanya bertujuan untuk menghasilkan uang, tetapi bekerja demi kepuasan dan aktualisasi diri. Yang terakhir ini yang sulit. Tidak semua orang sempat masuk pada tingkatan yang terakhir ini. Memang pada kenyataannya banyak terjadi pada tahap awal saja belum terpenuhi, yaitu kebutuhan fisik. Jika ini yang ini saja belum terpenuhi, agak sulit juga masuk pada tahap berikutnya.

Bekerja dengan pikiran, fisik dan hati berujud sebuah akumulasi berupa totalitas dalam bekerja. Jarang orang melakukan itu. Kebanyakan orang berhitung untung-rugi yang diberikan berapa dan akan mendapat berapa? Seperti orang berdagang, kalau tidak menguntungkan ya mundur saja. Kalau itu bukan concern saya, biarkan saja, apa peduli saya?

[caption id="attachment_143268" align="alignright" width="300" caption="Menteri Negara BUMN - Bpk. Dahlan Iskan"][/caption]

Dari pengalaman, bekerja dengan totalitas ketika semua pikiran, fisik, mental dan hati menjadi satu akan menghasilkan daya yang luar biasa. Totalitas ini selain menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan tuntas juga memberikan kepuasan yang sulit diuraikan dengan kata-kata. Hanya si pelaku sendiri yang dapat merasakannya. Jadi jika kita melakukannya dengan sepenuh hati, maka sebuah totalitas akan kita peroleh bagi diri kita sendiri maupun bagi perusahaan dimana kita bekerja. Kisah kasih tak Sampai dari Pak Dahlan Iskan menjadi salah satu inspirasi agar kita bekerja dengan sepenuh hati.

Dan ketika semua penumpang bersiap untuk turun menunggu pintu pesawat dibuka, saya mengulurkan tangan dan menjabat tangan Pak Dahlan Iskan : "Selamat ya Pak Dahlan!" beliau menyambut tangan, saya sambil berkata : "Selamat apaaa?" terus beliau sibuk menjawab sms dan mengetikkan message di Blackberry Bold Dakota-nya.

Siang itu sambil menarik koper  di sepanjang koridor terminal penumpang Bandara Soekarno-Hatta, saya memperhatikan Pak Dahlan Iskan yang dijemput Direktur Personalia Umum PT. Angkasa Pura II berjalan cepat menuju ke terminal penumpang. Sesekali beliau berhenti, jongkok dan sambil menunjuk di dinding penyekat lorong terminal dengan apron.

Diam-diam sebuah pemahaman baru menyelinap direlung hati saya, dari sosok Pak Dahlan Iskan. Mudah-mudahan beliau tetap sehat dan semangat mengurus 141 BUMN yang harus disehatkan dan memberi kontribusi positif kepada negara. Jika masing-masing BUMN membutuhkan waktu 2 hari saja untuk membenahinya, maka akan dibutuhkan waktu setahun baru selesai. Terlalu banyak BUMN kita barangkali?

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun